Dunia Melihatku - Literasi Digital Nasional, hmm... membaca judulnya saja rasanya berat sekali ya? Apa yang pertama kali kamu pikirkan mendengar judulnya? Rasa-rasanya, aku perlu sharing knowledge tentang Literasi Digital Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Siber Kreasi. Eits, tunggu dulu... Aku hanya sharing sesuai pengalamanku saja ya.

Literasi Digital Nasional "Makin Cakap Digital" - Kemenkominfo dan Siber Kreasi. Gambar: Nid

Bagaimana sih Literasi Masyarakat Indonesia?

Aku ambil dari Kompas, menurut penelitian UNESCO pada 2016 menunjukkan, kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah. Hasil studi berjudul "The World's Most Literate Nations" menyebutkan, Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara.

Ya ampun, menurut kamu wajar nggak sih kita berada di peringkat terbawah? Nggak dong. Menurutku, bagi masyarakat Indonesia yang memiliki akses baca, mereka justru malas membaca. Sementara, bagi masyarakat Indonesia yang memiliki keterbatasan akses baca, mereka justru rajin membaca saat mendapatkan buku-buku. Ini juga yang pernah diungkapkan oleh Windy Ariestanty, penggiat literasi dan menyibukkan dirinya di Patjar Merah.

Selain itu, Kompas juga menuliskan informasi berdasarkan survei PISA yang dirilis OECD pada tahun 2019, tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 10 terbawah dari 70 negara.

Pertanyaannya sekarang, mau sampai kapan kita memiliki literasi rendah ketika kita sudah berada di era literasi digital?

Permasalahan yang kerap kali muncul di Literasi Digital

Jika kita melihat kecakapan kita dalam berliterasi, Indonesia masih memiliki tingkat kecakapan rendah tapi bukan berarti semua orang memiliki tingkat literasi rendah. Ada beberapa orang yang memiliki tingkat literasi tinggi, termasuk kamu yang tetap membaca post ini sampai selesai. Selamat ya! Kita bisa sama-sama meningkatkan kemampuan literasi kita nih.

Namun, karena kita berada di tengah masyarakat yang belum begitu aware dengan literasi, maka ada banyak permasalahan yang kerap kali muncul di literasi digital. Kamu tau kan apa saja itu? Misal yang sering kita dapati, orang sering baca judul saja lalu berkomentar tanpa membaca isi informasi atau lucunya malah saling menyerang di kolom komentar yang pada akhirnya menyulut kemarahan dari masing-masing pihak, dan tentu masih banyak lagi permasalahan literasi digital yang sering kita temui atau hadapi.

Kalau kamu memiliki literasi yang baik, aku yakin kamu akan "waras" dalam menanggapi para netizen yang justru sering bikin kita geleng-geleng kepala karena memviralkan hal-hal nggak penting dan malah mengabaikan hal-hal yang penuh dengan pengalaman, wawasan, dan ilmu pengetahuan. Saranku, boleh dipake boleh nggak, kalau ketemu hal yang nggak berfaedah, cuekin aja biar nggak viral.

Asyik banget ya! Selain berbagi, bisa ketemu banyak temen. Gambar: Nid

Literasi Digital Nasional "Makin Cakap Digital"

Pernah nggak sih kamu mendengar atau mengikuti acara Literasi Digital Nasional secara virtual? Aku harap, kamu sudah tidak asing dengan program yang dihelat setiap hari di berbagai provinsi yang ada di Indonesia. Acara yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Siber Kreasi ini diluncurkan secara virtual oleh Presiden Joko Widodo.

Menurut Jokowi dalam berita Antara News, acara ini mendorong semakin banyaknya talenta anak bangsa semakin cakap dalam menggunakan teknologi digital.

Melalui acara ini, ada banyak materi yang dapat kita serap untuk meningkatkan literasi kita termasuk literasi digital. Siapapun kamu, kamu berhak mengikuti kegiatan ini untuk meningkatkan literasi kamu, khususnya literasi digital.

Einid Shandy Jadi Bagian dari Literasi Digital Nasional

Kamu mungkin sudah mengenalku sebagai sosok yang dari dulu selalu mencoba menyebarkan literasi melalui berbagai macam platform media sosial, salah satunya aku blogging. Lalu, suatu hari ada lembaga yang menghubungiku untuk menjadi pemateri di Literasi Digital Nasional. Aku kaget dong karena aku nggak pernah berharap untuk menjadi pemateri acara tersebut. Ada 2 perwakilan dari lembaga berbeda yang menghubungiku untuk menjadi pemateri Literasi Digital Nasional.

Menurut kamu, apa jawaban yang aku berikan? Iya atau tidak?

Karena aku tipe introvert, tentu saja, aku memilih iya dong, tapi ragu tentu saja. Aku ngerasa pengalaman, wawasan, dan ilmu pengetahuan yang aku miliki belum banyak banget, bahkan bisa dibilang jauh dari mumpuni. Selain itu, aku juga sudah lama sekali tidak menggabungkan diri dalam berbagai komunitas literasi.

Sayang sekali, ternyata aku memang belum diizinkan untuk menjadi pemateri acara Literasi Digital Nasional karena ada salah satu dokumen yang belum aku miliki. It's okay, aku sendiri belum yakin.

Sebulan kemudian, kedua perwakilan dari lembaga berbeda tersebut kembali menghubungiku. Mereka berharap dokumen yang belum aku miliki sudah aku urus dan miliki. Iyap, dokumenku sudah jadi. Dokumen sengaja aku jadikan karena aku juga perlu untuk kebetuhan mendesak ke depannya. 

Akhirnya aku jadi pemateri acara Literasi Digital Nasional!

Einid Shandy Berbagi di Literasi Digital Nasional

Ternyata, menyiapkan materi untuk Literasi Digital Nasional itu berat juga. Aku rela begadang untuk menyiapkan materi dengan maksimal di tengah aktivitasku yang padat. Aku khawatir materi yang aku sampaikan tidak maksimal jika aku tidak bersungguh-sungguh dalam memberikan materi.

Awalnya, aku mendapatkan 2 jadwal dalam 1 bulan, tapi 2 jadwal tersebut belum terlaksana sampai selesai, tiba-tiba aku mendapatkan jadwal tambahan. Jadi, 1 bulan aku mengisi 3 jadwal. Ada 1 jadwal yang sempat mendadak sekali karena ketua lembaga yang menaungiku, Satu Atap, lupa untuk menginformasikan bahwa aku mendapatkan 1 jadwal tambahan.

Wow... itu pengalaman super sekali karena materi yang aku bawakan juga berkaitan dengan "Peluang dan Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh". Padahal tema lainnya cukup mudah dan aku berkecimpung di dalamnya yaitu, Keamanan Berinternet: Tips & Pentingnya Internet Sehat dan Budaya Internet: Menjadi Pelopor Masyarakat Digital.

Kenapa tiba-tiba aku mendapatkan tema Peluang dan Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh? Kamu kan tahu, aku bukan guru, pendidik, apalagi dosen. Panik nggak panik nggak? Paniklah, masa' nggak?

Anyway, jika kamu ingin melihatku di Literasi Digital Nasional? Pantengin story instagram-ku ya. Aku akan mengisi lagi kok, jadi kita bisa ketemu di sana.


Sopan santunmu di internet
sama dengan sopan santunmu di kehidupan nyata
Einid Shandy

Indonesia Makin Cakap Digital

Referensi:

- Kompas: Sejarah Hari Buku Nasional, Bagaimana Tingkat Literasi di Indonesia

- Dunia Melihatku: Patjar Merah: Festival Kecil Literasi dan Pasar Buku Keliling

- Antara News: Indonesia sambut Program Literasi Digital Nasional

14 Comments

  1. Wah keren bgt nih mba Einid.

    Astaga, kok miris ya mbak ternyata kebiasaan membaca di negara kita ini rendah bgt, sebelum aktif ngeblog akupun termasuk tim yg males bgt baca, tp sejak aktif ngeblog jadi lebih rajin baca.

    Disamping byknya orang di negara kita yg punya tingkat literasi rendah, byk juga media masa yg ngawur kalau ngasih judul, jadi ga heran kalau byk bgt berita hoax dan masyarakat yg termakan hoax, karna mreka cuma suka baca judulnya doang, padahal isinya gas seperti itu.

    ReplyDelete
  2. Tidak kaget sih Indonesia berada di peringkat 10 terbawah dalam hal literasi, banyak aku lihat orang yang hanya baca judulnya saja tanpa membaca isinya, akibatnya malah berantem.😂

    Wow mbak Shandy jadi pengisi materi literasi digital Kominfo, selamat ya mbak. Pasti berat tantangannya tapi aku yakin mbak Shandy bisa.😀

    ReplyDelete
  3. Wow .... menjadi pemateri Literasi Digital Nasional. Super keren, ananda Einid. Selamat ya ananda, atas kepercayaan yang kamu emban.

    ReplyDelete
  4. Minat baca orang Indonesia memang sangat rendah jangankan menbaca buku yang tebal sampai ratusan halaman baca artikel blog saja yang cuma ratusan kata yang di baca hanya judulnya saja dan langsung komentar.
    Mungkin harus dididik sejak dini untuk menumbuhkan bina baca agar literasi Indonesia bisa masuk sepuluh besar dari atas bukan dari bawah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya mas, baca judul artikelnya saja terus ngegas di kolom komentar, giliran disuruh baca artikelnya baru malu.🤣

      Delete
  5. I wholy agree with you Dear friend! Technological advances increase day by day and we should get enough tech-education to orientation of modern world.

    ReplyDelete
  6. kita memang selalu berada di posisi bawah dalam banyak hal....

    # Tulisan bermanfaat

    ReplyDelete
  7. Welcome! A very interesting post. It really makes you think. Thank you and best regards!

    ReplyDelete
  8. Keren banget, Mbak Einid jadi pemateri di Literasi Digital Nasional 😆. Semoga dengan ada acara ini dan dengan bantuan Mbak Einid juga, masyarakat Indonesia jadi lebih sadar dan melek literasi, ya. 🤲🏽

    Ngomong-ngomong, sangat disayangkan banget sih, di tengah kemajuan teknologi gini orang Indonesia malah semakin banyak yang gak melek literasi. Secara, cari literatur sekarang mudah banget. Gak usah susah-susah beli buku ke toko, gak usah pinjam ke perpus kota. Tinggal di rumah pencet-pencet gadget pun kita bisa dapat buku yang dimau. Lagi bokek? Masih ada iPusnas yang bisa diakses gratis. Makanya aku tuh bingung. Ada apa dengan para pemuda Indonesia. Kenapa mereka segitu getolnya pengen viral di media sosial? Kenapa kemudahan ini gak dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih positif 😤? Duh, jadi geregetan kan aku jadinya.

    ReplyDelete
  9. Benar! karena budaya mainstream dan alih alih budaya dengan edukasi kita lebih condong lebih tertarik entertain. Ini tantangan bagi kita semua

    ReplyDelete
  10. Memang kak, kita tidak boleh hanya membaca judul saja bila melihat suatu berita yang muncul. Apalagi diera sekarang ini banyak sekali sumber berita yang hanya mementingkan jumlah klik pada lamannya dengan membuat judul yang terkesan sangar, menantang dan penasaran. huh, jadi perlu berhati-hati ya kak

    ReplyDelete
  11. Congratulation! Itu adalah pencapaian nyata walau kadang terasa seperti anugerah, mamun itu adalah timbunan dari kerja keras

    ReplyDelete

Berjejaklah ketika berpetualang di sini.

TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.