Buku Xenoglosofilia Karya Ivan Lanin - Indahnya Indonesia
DUNIA MELIHATKU - Aku mau tanya dulu. Apakah kamu mencintai bahasa Indonesia? Apakah kamu juga menguasai bahasa asing? Mungkin juga, kamu paham bahasa daerah. Jujur, aku cukup takut mau mengulas atau aku biasa menyebut di sini dengan kata "review" buku karya Ivan Lanin. Kenapa takut? Karena takut salah EYD dan penulisan kata-katanya. Namun, aku memberanikan diri mengulas buku Xenoglosofilia karya Ivan Lanin yang merupakan Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia.
![]() |
Buku Xenoglosofilia karya Ivan Lanin. Kenapa harus nginggris? Gambar: Nid |
Xenoglosofilia adalah kesukaan berlebih untuk menggunakan bahasa asing, dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Jika kita perhatikan dengan seksama, sebenarnya banyak masyarakat Indonesia yang menjadi Xenoglosofilia, termasuk aku.
Buku Xenoglosofilia karya Ivan Lanin inilah yang menyadarkanku bahwa selama ini kita terlalu abai atau tidak peduli dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kita bahkan terlalu sibuk mengikuti teman-teman kita dengan menggunakan kata bahasa Inggris dalam kalimat bahasa Indonesia. Dengan kata lain, kita masih suka mencampur-campur bahasa kita. Pada mata kuliah Linguistics jurusan Bahasa Inggris, hal ini dikenal dengan Code Mixing. Sebenarnya, Code Mixing sah dilakukan. Apalagi kita melakukannya pada kegiatan atau tulisan tidak resmi.
Selain itu, Buku Xenoglosofilia menginformasikan kata-kata serapan yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari. Ia menginformasikan asal kata serapan, fungsi, alasan, hingga kata padanannya. Nah, dari apa yang ia ulas dalam bukunya, ternyata masyarakat Indonesia dikenal sebagai Xenoglosofilia. Selain itu, ternyata kata padanan yang diinformasikan oleh Ivan Lanin tidak semuanya menjadi populer. Contohnya saja, bon, terhubung/terputus, gawai, dan lain-lain. Yuk, mari kita populerkan!
![]() |
Salah satu halaman yang ada di dalam buku Xenoglosofilia karya Ivan Lanin. Gambar: Nid |
Kosakata dalam bahasa Indonesia ternyata banyak dipengaruhi dari kata serapan. Nah, jika kita biasanya mengetahui kata serapan bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris. Namun, Ivan Lanin sukses menginformasikan bahwa kata serapan dalam bahasa Indonesia ternyata banyak dipengaruhi dari bahasa Belanda, bahasa Portugis, bahasa Sansekerta, hingga bahasa Inggris. Oh ya, satu lagi, ada juga yang dari bahasa Arab, meski tidak banyak.
Buku Xenoglosofilia ini juga menginformasikan tentang cara penulisan yang tepat tentang suatu kata. Salah satu contohnya, kata hubung dan kata imbuhan. Banyak masyarakat Indonesia belum mengerti perbedaan keluar atau ke luar. Apa kabarnya guru-guru bahasa Indonesia?
Ivan Lanin hadir dengan buku Xenoglosofilia untuk menyadarkan kita betapa penting mengetahui bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Namun, bukan berarti kita tidak boleh mengetahui atau menguasai bahasa asing. Boleh dan justru harus menguasai bahasa asing.
Satu hal lagi. Kita tetap boleh menggunakan bahasa asing. Namun, mari kita belajar untuk tidak asal mencampur-campurnya. Apalagi kita menulisnya untuk suatu hal yang resmi, jangan dicampur-campur. Nantinya, malah terlihat tidak "profesional".
Jadi, maukah kamu bangga menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
25 Comments
Wahhh kalo karya bang ivan lanin emang keren banget, apalagi di twitter sering banget kasih kasih masukan gituu.. suka bbangett
ReplyDeleteIya, Uda Ivan Lanin keren dan buku Xenoglosofilia semakin menyadarkanku bahwa dia keren Kak.
DeleteSepertinya memang harus menjadi kajian serius karena hampir semua milenial terkena virus xenoglosofilia. Contoh: penggunaan kata by the way (daripada ngomong-ngomong), atau tidak usah jauh-jauh, istilah blogger lebih populer kan daripada narablog.
ReplyDeleteBenar sekali Pak. Saya bahkan baru-baru ini mengerti arti dari "narablog". Dulu tahunya "blogger".
DeleteSemoga Buku Xenoglosofilia karya Ivan Lanin ini bisa membantu Generasi Milenial untuk tidak lupa identitasnya.
Reviewnya selalu menarik kaka :D
ReplyDeleteAh, terima kasih Kak.
DeleteBaru tau saat ini karyanya mas ivan, saya suka.
ReplyDeleteThanks for share
Iya, saya juga baru tahu karya Ivan Lanin itu buku Xenoglosofilia.
DeleteBang lanin emang populer banget di twitter kasih referensi berbahasa indonesia yang baik dan benar, menurutku buku ini dan cuitannya di twitter adalah upaya yang keren dan inspiratif banget membuat kaum milenial yang paling banyak kena xenogfilia ini jadi sadar pentingnya mencintai bahasa ibu, sebetulnya menggunakan bahasa asing juga tidak salah sih asalkan pada tempatnya dan tidak dicampur-campur tentunya. Intinya rawat bahasa ibu dan kuasai bahasa asing. Makasih kak einid! ulasan yang keren
ReplyDeleteHai Kak...
DeleteBenar sekali, Uda Ivan Lanin sebagai Wikipediawan pecinta bahasa Indonesia keren. Apalagi karyanya dikumpulkan jadi satu dalam sebuah buku Xenoglosofilia.
Terima kasih Kak.
memang penyakit ini sudah melanda di mana-mana termasuk aku lebih tahu bahasa asing daripada bahasa Indonesia
ReplyDeleteWkwkwk...
DeleteSepertinya hampir banyak masyarakat Indonesia menjadi Xenoglosofilia dan Uda Ivan Lanin menyadarkan kita melalui bukunya.
Saya kalau ngomong suka campur bahasa jawa sama bahasa indonesia. Kalau pakai bahasa inggris malah diketawain temen.
ReplyDeleteWkwk.... Karena kedengaran aneh..😂
Wah... Kakak perlu berlatih menjadi Xenoglosofilia. Kalau aku, beruntung sih bisa semua bahasa. Tapi, bahasa Jawa yang aku belum menguasai dengan baik karena keren.
DeleteBahasa Jawa keren karena memiliki banyak tingkatan.
DeleteEYD bukannya udah berubah jadi EBI, ya?
ReplyDeleteSelama ada padanan bahasa Indonesianya, saya selalu berusaha memakainya ketimbang pamer kemampuan bahasa Inggris yang sungguh amburadul ini. Tapi, ada beberapa kata yang termasuk pengecualian, misalnya, saya lebih sreg menggunakan kata "band" daripada grup musik. Toh, bisa buat alternatif juga biar kata-katanya enggak itu melulu.
Lalu, untuk dialog cerpen biasanya dibuat slang, bahkan pakai bahasa Inggris, daripada pakai bahasa Indonesia dan jadi terlihat kaku. Penulis boleh menabrak kaidah bahasa Indonesia juga, kok. Yang penting dasarnya orang itu sudah paham aturan. Bukan melanggar karena dari awal tidak mengerti.
Terlepas dari hal-hal barusan, buat saya sih yang penting pesan itu dapat tersampaikan ke pembaca. Ehehe.
Nah ini dia, sebagai generasi lama, aku update dengan perubahan EYD menjadi EBI. Terima kasih sekali atas koreksinya ya KAk.
DeleteIya, bener-bener. Nggak salah kok menggunakannya untuk bahasa Indonesia. Hanya aku takjub juga ternyata orang Indonesia punya banyak kata serapan.
Tapi, selama bisa menggunakan bahasa Indonesia, gunakan bahasa Indonesia ketimbang dicampur-campur.
Terima kasih Kakak.
Salam cinta bahasa Indonesia.
Mantap, makin banyak aja artikelnya
ReplyDeleteHehe 😂😂
IntechGame
Hai Kak. Terima kasih ya. Aku sedang berusaha. Hehe...
Deletesetuju, sebaiknya jangan dicampur aduk……...
ReplyDeleteIya Kak. Terima kasih sekali.
Deletependek kata, jangan hilangkan identity bahasa...
ReplyDeleteIya Kak Anies. Terima kasih.
Deleteya mengapa harus ngingris? Menggelitik rasa ingin tahu. Tapi jujur aku bukan kutu buku tapi kutu nonton di layar... Salut sama kak Shandy karena membaca pengatahuan menjadi luas
ReplyDeleteHahaha... Terima kasih atas pujiannya ya Kak. Gpp. Setiap orang punya kesenangan yang berbeda-beda.
DeleteTerima kasih Kak.
Berjejaklah ketika berpetualang di sini.
TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.