REVIEW NOVEL BUMI MANUSIA PENDEKATANKU DENGAN MINKE DAN PRAM
Aku awal tahu Pramoedya Ananta Toer karena teman-temanku di komunitas sastra. Tapi, jujur... Aku tak begitu berminat membaca karyamu setelah perkenalanku dengan Gadis Pantai. Aku suka Gadis Pantai. Aku bisa merasakan bagaimana perjuangan tokoh utama dalam cerita tersebut. Tapi, maaf... aku kehilangan buku tersebut dan terpaksa aku tidak mengulasnya.
Dan, maaf Pram... setelah perkenalanku dengan Gadis Pantai, aku merasa, kamu bukan tipe yang aku cari. Novel berikutnya, membuatku malas untuk mengenal Pram. Ini mungkin karena dunia kita berbeda. Baik dari sisi cerita dan gaya bahasanya yang membuatku lelah untuk mengerti.
Selang, dua tahun kemudian, aku mendengar orang-orang mulai membicarakan Bumi Manusia. Aku kembali mengenang Pram.
Tentu saja, aku ingat Pram. Aku tidak melupakanmu, tapi aku membiarkanmu menjadi kenangan. Aku bahkan sudah beberapa kali melihat Bumi Manusia di rak-rak toko buku yang aku lewati begitu saja. Maaf Pram, saat itu, aku (masih) percaya bahwa kita tidak sama. Meski teman-temanku dari komunitas sastra selalu mengelu-elukanmu dan berharap aku mau kembali mengenalmu. Tapi, aku tetap pada pendirianku. Aku tidak suka kamu, tepatnya aku tidak suka cerita kamu.
Aku benar-benar tidak suka memaksa diriku untuk menyukai sesuatu, termasuk kamu dan tulisan kamu. Tapi, Bumi Manusia yang dielu-elukan mereka, membuatku memberanikan diri melangkah ke hadapanmu dan meyakinkan diri bahwa aku harus kenal, bukan sekedar tahu. Alasanku hanya satu, mungkinkah waktu itu aku salah. Lantas, biarkan aku mencoba sekali saja.
Maka, aku mulai menyentuh Bumi Manusia.
***
Ternyata waktu itu, aku keliru.
Saat aku melihat cover dan sinopsis Bumi Manusia membuatku semakin yakin bahwa novel ini akan membuatku benar-benar lelah dalam membaca. Tentang Indonesia pada awal abad ke-20. Tapi, tahukah Pram...
Novel ini diawali dengan perkenalan Minke yang dibaca Mingke. Nama pria yang tengah diceritakan di seluruh Indonesia melalui Bumi Manusia. Sayangnya, imajinasiku tentang Minke sudah ditentukan karena saat aku membaca Bumi Manusia, novel ini sudah digembar-gemborkan akan difilmkan dengan tokoh Minke yang akan diperankan oleh Iqbaal Ramadhan. Kalau ditanya soal setuju atau tidak setuju, aku bebas, asal aktor benar-benar bagus dalam memerankan sosok Minke. Tapi, aku hanya kecewa imajinasiku tentang sosok Minke sudah tergambarkan jelas sosok Iqbaal. Baiklah! Lupakan soal ini.
Minke adalah siswa H.B.S atau Hogere Burger School Surabaya.
H.B.S. merupakan pendidikan menengah umum pada Zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropa, atau elite pribumi dengan bahasa pengantar Bahasa Belanda.
Minke menjelaskan tentang dirinya pada perkenalannya dengan Annelies dan Mama (Ibu dari Annelies).
Perkenalan Minke membuatku tertarik dengan karakternya. Tokoh Minke digambarkan sebagai sosok remaja laki-laki pribumi, yang di awal novel dikatakan tidak memiliki nama keluarga dan bukan keturunan Indo. Ia merupakan pribumi berdarah priyayi yang sekolah di H.B.S.. Namun, karena ia pribumi, ia kurang disukai siswa-siswi Eropa di H.B.S.. Selain itu, ia digambarkan sebagai sosok yang pandai, ganteng (mungkin karena aku membayangkannya sebagai sosok Iqbaal), dan tentu saja menghormati wanita. Benar-benar remaja laki-laki idaman. Selain itu, Minke ternyata digambarkan sebagai penulis yang hebat dan kritis.
Sedangkan, Annelies sebagai tokoh remaja perempuan keturunan Belanda yang cantik dan cerdas namun tidak bersekolah karena harus bekerja di rumah bersama mamanya. Jadi, Annelies digambarkan dengan tepat bahwa ia kurang dalam bersosialisasi. Sebagai remaja, Annelies digambarkan sangat kanak-kanak. Sisi ini, membuatku gemas sekaligus mengharapkan Annelies bisa dengan Minke.
Mama. Tokoh wanita yang membuatku dan Minke kagum. Mama merupakan seorang "Nyai", sapaan untuk wanita yang menjadi istri simpanan. Ia digambarkan sebagai sosok yang menderita karena tidak memiliki hak asasi manusia. Hal ini dikarenakan statusnya sebagai istri simpanan. Tapi, menariknya, Mama sadar akan kondisi ini dan membuatnya berusaha keras untuk belajar agar diakui sebagai seorang manusia. Ia tampil percaya diri, pintar, dan memiliki gaya kehidupan yang sangat Eropa. Ia juga selalu tampil perfeksionis, cantik, dan tidak menunduk dalam berjalan untuk menunjukkan bahwa ia percaya diri. Bahkan, ia digambarkan sebagai sosok wanita modern yang berani mengungkapkan pendapatnya dan melawan penghinaan, kebodohan, kemiskinan, dan sebagainya.
Pram menulis dengan sangat baik dan mudah dipahami. Maka, dari sini aku menjadi semakin kecanduan untuk segera menamatkan Bumi Manusia. Buku ini menceritakan masa munculnya kebangkitan nasional. Buku ini merupakan awal periode kegelisahan di mana Minke yang digambarkan sebagai tokoh utama yang ingin bebas dan merdeka.
Minke mulai menulis dan tulisannya banyak dimuat di koran-koran Belanda yang dikagumi banyak orang. Minke digambarkan sebagai tokoh revolusioner yang melawan dengan menulis. Ia berani melawan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Ia juga berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa yang membuatnya selalu berada di bawah.
Pram melalui buku Bumi Manusia menggambarkan keadaan pemerintahan kolonialisme Belanda dengan sangat baik dan terasa hidup sekali bersama tokoh-tokohnya. Pada buku ini ditunjukkan bahwa belajar merupakan hal penting untuk mengubah nasib. Seperti Mama yang tidak bersekolah tapi memiliki pengetahuan yang sangat luas, bahkan lebih luas dari guru-guru H.B.S. karena Mama terus belajar dari buku-buku, kehidupan sehari-hari, dan pengalaman. Begitu juga Minke, ia belajar di H.B.S. sekaligus belajar dari Mama yang selalu berbagi pengetahuan dengan Minke.
Sebenarnya Bumi Manusia masih memiliki banyak tokoh pendukung lainnya, seperti Jean, pria Eropa yang menjadi sahabat Minke dan memiliki anak bernama May. Serta, Darsam yang merupakan pria Jawa yang bekerja untuk Mama.
Aku terkejut karena pada akhirnya aku mulai menyukai tulisan Pramoedya Ananta Toer. Namun, pendekatanku kali ini cukup baik. Aku menyukai tulisanmu, Pram.
Jadi, bagaimana menurutmu tentang Bumi Manusia?
![]() |
Gambar: Google |
Dan, maaf Pram... setelah perkenalanku dengan Gadis Pantai, aku merasa, kamu bukan tipe yang aku cari. Novel berikutnya, membuatku malas untuk mengenal Pram. Ini mungkin karena dunia kita berbeda. Baik dari sisi cerita dan gaya bahasanya yang membuatku lelah untuk mengerti.
![]() |
Bumi Manusia. Gambar: Google |
Selang, dua tahun kemudian, aku mendengar orang-orang mulai membicarakan Bumi Manusia. Aku kembali mengenang Pram.
Tentu saja, aku ingat Pram. Aku tidak melupakanmu, tapi aku membiarkanmu menjadi kenangan. Aku bahkan sudah beberapa kali melihat Bumi Manusia di rak-rak toko buku yang aku lewati begitu saja. Maaf Pram, saat itu, aku (masih) percaya bahwa kita tidak sama. Meski teman-temanku dari komunitas sastra selalu mengelu-elukanmu dan berharap aku mau kembali mengenalmu. Tapi, aku tetap pada pendirianku. Aku tidak suka kamu, tepatnya aku tidak suka cerita kamu.
Aku benar-benar tidak suka memaksa diriku untuk menyukai sesuatu, termasuk kamu dan tulisan kamu. Tapi, Bumi Manusia yang dielu-elukan mereka, membuatku memberanikan diri melangkah ke hadapanmu dan meyakinkan diri bahwa aku harus kenal, bukan sekedar tahu. Alasanku hanya satu, mungkinkah waktu itu aku salah. Lantas, biarkan aku mencoba sekali saja.
![]() |
Cover Bumi Manusia. Gambar: Nid |
Maka, aku mulai menyentuh Bumi Manusia.
***
Ternyata waktu itu, aku keliru.
![]() |
Gambar: Nid |
Saat aku melihat cover dan sinopsis Bumi Manusia membuatku semakin yakin bahwa novel ini akan membuatku benar-benar lelah dalam membaca. Tentang Indonesia pada awal abad ke-20. Tapi, tahukah Pram...
Novel ini diawali dengan perkenalan Minke yang dibaca Mingke. Nama pria yang tengah diceritakan di seluruh Indonesia melalui Bumi Manusia. Sayangnya, imajinasiku tentang Minke sudah ditentukan karena saat aku membaca Bumi Manusia, novel ini sudah digembar-gemborkan akan difilmkan dengan tokoh Minke yang akan diperankan oleh Iqbaal Ramadhan. Kalau ditanya soal setuju atau tidak setuju, aku bebas, asal aktor benar-benar bagus dalam memerankan sosok Minke. Tapi, aku hanya kecewa imajinasiku tentang sosok Minke sudah tergambarkan jelas sosok Iqbaal. Baiklah! Lupakan soal ini.
![]() |
Gambar: Nid |
Minke adalah siswa H.B.S atau Hogere Burger School Surabaya.
H.B.S. merupakan pendidikan menengah umum pada Zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropa, atau elite pribumi dengan bahasa pengantar Bahasa Belanda.
Minke menjelaskan tentang dirinya pada perkenalannya dengan Annelies dan Mama (Ibu dari Annelies).
![]() |
Gambar: Nid |
Perkenalan Minke membuatku tertarik dengan karakternya. Tokoh Minke digambarkan sebagai sosok remaja laki-laki pribumi, yang di awal novel dikatakan tidak memiliki nama keluarga dan bukan keturunan Indo. Ia merupakan pribumi berdarah priyayi yang sekolah di H.B.S.. Namun, karena ia pribumi, ia kurang disukai siswa-siswi Eropa di H.B.S.. Selain itu, ia digambarkan sebagai sosok yang pandai, ganteng (mungkin karena aku membayangkannya sebagai sosok Iqbaal), dan tentu saja menghormati wanita. Benar-benar remaja laki-laki idaman. Selain itu, Minke ternyata digambarkan sebagai penulis yang hebat dan kritis.
Sedangkan, Annelies sebagai tokoh remaja perempuan keturunan Belanda yang cantik dan cerdas namun tidak bersekolah karena harus bekerja di rumah bersama mamanya. Jadi, Annelies digambarkan dengan tepat bahwa ia kurang dalam bersosialisasi. Sebagai remaja, Annelies digambarkan sangat kanak-kanak. Sisi ini, membuatku gemas sekaligus mengharapkan Annelies bisa dengan Minke.
Mama. Tokoh wanita yang membuatku dan Minke kagum. Mama merupakan seorang "Nyai", sapaan untuk wanita yang menjadi istri simpanan. Ia digambarkan sebagai sosok yang menderita karena tidak memiliki hak asasi manusia. Hal ini dikarenakan statusnya sebagai istri simpanan. Tapi, menariknya, Mama sadar akan kondisi ini dan membuatnya berusaha keras untuk belajar agar diakui sebagai seorang manusia. Ia tampil percaya diri, pintar, dan memiliki gaya kehidupan yang sangat Eropa. Ia juga selalu tampil perfeksionis, cantik, dan tidak menunduk dalam berjalan untuk menunjukkan bahwa ia percaya diri. Bahkan, ia digambarkan sebagai sosok wanita modern yang berani mengungkapkan pendapatnya dan melawan penghinaan, kebodohan, kemiskinan, dan sebagainya.
![]() |
Gambar: Nid |
Pram menulis dengan sangat baik dan mudah dipahami. Maka, dari sini aku menjadi semakin kecanduan untuk segera menamatkan Bumi Manusia. Buku ini menceritakan masa munculnya kebangkitan nasional. Buku ini merupakan awal periode kegelisahan di mana Minke yang digambarkan sebagai tokoh utama yang ingin bebas dan merdeka.
Minke mulai menulis dan tulisannya banyak dimuat di koran-koran Belanda yang dikagumi banyak orang. Minke digambarkan sebagai tokoh revolusioner yang melawan dengan menulis. Ia berani melawan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Ia juga berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa yang membuatnya selalu berada di bawah.
Pram melalui buku Bumi Manusia menggambarkan keadaan pemerintahan kolonialisme Belanda dengan sangat baik dan terasa hidup sekali bersama tokoh-tokohnya. Pada buku ini ditunjukkan bahwa belajar merupakan hal penting untuk mengubah nasib. Seperti Mama yang tidak bersekolah tapi memiliki pengetahuan yang sangat luas, bahkan lebih luas dari guru-guru H.B.S. karena Mama terus belajar dari buku-buku, kehidupan sehari-hari, dan pengalaman. Begitu juga Minke, ia belajar di H.B.S. sekaligus belajar dari Mama yang selalu berbagi pengetahuan dengan Minke.
![]() |
Cover belakang. Gambar: Nid |
Sebenarnya Bumi Manusia masih memiliki banyak tokoh pendukung lainnya, seperti Jean, pria Eropa yang menjadi sahabat Minke dan memiliki anak bernama May. Serta, Darsam yang merupakan pria Jawa yang bekerja untuk Mama.
Aku terkejut karena pada akhirnya aku mulai menyukai tulisan Pramoedya Ananta Toer. Namun, pendekatanku kali ini cukup baik. Aku menyukai tulisanmu, Pram.
Jadi, bagaimana menurutmu tentang Bumi Manusia?
41 Comments
Sandy kamu hobby membaca, bagus sekali saya suka membaca juga
ReplyDeleteIya Kak. Terlihat sekali ya kalau aku suka membaca? Semoga kakak juga selalu suka membaca ya Kak.
DeletePram memang pandai menjerat orang melalui buku-bukunya, ya. Tergambar dalam tulisan ini. Makanya begitu banyak orang menyukai karyanya. Oya, terima kasih sudah berkunjung ke blog saya, ya :)
ReplyDeleteIya Kak. Aku saja jadi suka Pram dan malah jadi jatuh hati sama tokoh Minke.
DeleteKeren tulisan nya gan
ReplyDeleteTerstruktur sangat rapih
Jadi penasaran sama novelnya
Udah lama gak baca buku tebal :D
Terima kasih Kak.
DeleteTerbiasa menulis rapi.
Kapan-kapan baca novel tebal ya Kak.
Tulisan Mbak mengenai buku ini jadi bikin saya teringat ebook ilegal Bumi Manusia yang saya download bulan lalu. Penulisan di ebooknya nggak karuan, bikin malas baca. Yah... mungkin saya memang harus membeli bukunya di Gramedia.
ReplyDeleteHihi...
DeleteAku kapok download ilegal ebook Kak.
Soalnya ya pernah ngalami hal begitu.
Jadi sekarang lebih suka menabung untuk sebuah buku.
Generasi muda, awal mulanya pasti tidak suka dengan karya pram, yang terlanjut di identikan dengan keterlibatan atau sebagai simpatisan PKI. Hal itu wajar. Dan sebelum membaca karyanya pastinya orang juga akan menebak-nebak isinya. Hal lumrah itu.
ReplyDeletesaya punya koleksi buku karya pram, hampir semuanya. Semua karnya enak untuk dibaca dan bisa menambah wawasan tentang sejarah, budaya dan sebagainya. Termasuk dalam cara menulis buku sastra maupun novel.
Iya Kak, teman2ku bahkan tidak pernah tertarik baca, padahal aku baca bisa ada di mana-mana.
DeleteTapi, aku suka.
Keren.
Kit bisa belajar banyak hal melalui buku Pram.
Tulisanya bagus sekali. Jadi makin penasaran sama buku-buku tebal karya Pram.
ReplyDeleteTapi, kalau sudah baca bukunya Pram siap-siap berpikir ya Kak.
DeleteSelain tebal, ceritanya juga kuat.
Great, dari benci jadi cinta. Pram mmg luar biyasah....
ReplyDeleteIya Kak. Keren. Dia membuat seseorang jadi suka.
DeleteMantap
ReplyDeletemantap om
ReplyDeleteTerima kasih Kak.
DeleteSaya suka membaca, namun beda cerita ketika saya membaca. Saya lebih menyukai membaca novel secara online dan berkaitan dengan imajinasi liar yang dapat menyesatkan dan menjerumuskan, hingga akhirnya aku berhenti untuk membaca novel.
ReplyDelete:)
Seperti apa itu Kak imajinasi liar?
DeleteSaya belum baca buku-bukunya, tetapi memang banyak yang membicarakan. Sepertinya saya tertinggal jauh dari orang-orang. Huhuhu
ReplyDeleteKakak tidak tertinggal jauh kok, mungkin buku-bukunya bukan selera Kakak. Hehe...
DeleteSaya belum pernah membaca novel BM ini. Melihat review di blog ini, kayaknya saya mau cari novel itu
ReplyDeleteSemoga tertarik baca novelnya Kak.
DeleteMenarik diikuti kok sebelum filmnya tayang.
Hehe...
Gadis Pantai is one of the best book I ever read.
ReplyDeleteTerima kasih sudah mengingatkan kembali karya Pramudya Ananta toer
True. Gadis Pantai is a great book.
DeleteTerima kasih juga.
mantap tulisannya jadin tambah pengetahuan juaga karena jarang baca novel dan sejenisnya
ReplyDeleteby www.goletilmu.xyz
Iya Kakak.
DeleteMakasih Kak.
Semoga jadi suka baca novel ya Kak.
Karya Pram tidak bosan untuk kita baca Gan. Makasih
ReplyDeletePOLA REJEKI
Iya Kak. Bukunya selalu menampilkan hal-hal baru.
DeleteMantap tulisanya
ReplyDeleteTerima kasih Kak.
DeleteSaya belum membaca "Bumi Manusia", tapi caramu mengulas novel itu di sini sangat menarik. Trims sudah mampir ke blog saya, Kak.
ReplyDeleteIyaaa... Terima kasih Kak.
DeleteSemoga suatu hari tertarik membaca Bumi Manusia ya.
Aku pertama baca buku karya Pramoedya ya buku Bumi Manusia itu .., ceritanya aku dipinjemin, bisa dikata 'dipaksa' oleh temanku itu aku bawa pulang bukunya dan dia berpesan 'wajib dibaca !'.
ReplyDeleteKuturuti perintahnya daaan ... benar setelah itu aku langsung sangat suka gaya penulisannya.
Wah... Keren temannya sampai mau memaksa.
DeleteKalau aku nggak mau memaksa ah.
Tapi, syukurlah jadi suka sama tulisannya.
Makasih Kak sudah mampir.
Wwwkkk ...
DeleteKebetulan saja paksaan temenku itu bentuk paksaan bermanfaat namanya :D
Sama-sama, kak Einid.
O, iya sedikit saran ya :
Kulihat kak Einid masih menggunakan akun G+ ya.
Ada baiknya settingan segera diganti ke profil pengguna Blogger agar tidak kena giliran penonaktifan G+ oleh Google.
Semoga bermanfaat infonya :)
Syukurlah...
DeleteWah Kakak...
Makasih ya Kakak atas bantuannya.
Aku dari kemarin-kemarin mau mengganti bingung. Nggak tahu caranya & nggak kepikiran sampai ke sana.
Makasih banyak Kakak.
Maklum, new blogger. Hehe...
Aku penasaran sama historical facts di buku ini. Minke yg katanya Tirto Adi Suryo dan leluhur dari Pram sendiri (beneran kisah hidupnya sedramatis ini? Mana yg imajinasi, mana yg fakta?). Dan Nyai Ontosoroh yang terinspirasi dari kasus wanita pribumi melawan pengadilan kulit putih di Surabaya (kalau aku ga salah inget). Uaaaa
ReplyDeleteWah... aku sendiri juga penasaran sih Kak, tapi mau melakukan penelitian kok susah sekali ya karena basic-ku bukan sejarah. Aku berharap sih ada yang bisa melakukan penelitian tentang Minke, Nyai Ontosoroh, dan Pram sendiri. Atau mungkin mau ngajak aku kolaborasi deh. Aku mau kok.
DeleteSoalnya pasti harus melalui pencarian yang panajang dan berat.
Bisa tidak membaca karya beliau itu tidak berurutan misalnya rumah kaca dulu baru bumi dan manusia ...apa harus bumi manusia dulu baru yg lain..terima kasih
ReplyDeleteAku nyaranin tetap membaca secara berurutan sih kak, soalnya kalo nggak urut, banyak tokoh yang tidak kenal dan juga banyak cerita yang bikin kita jadi bingung kenapa ada cerita seperti itu.
DeleteTapi, untuk yang Rumah Kaca masih bisa dibaca lebih dulu karena itu jawaban dari seluruh buku yang ada.
Berjejaklah ketika berpetualang di sini.
TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.