DUNIA MELIHATKU - Kamu masih ingat tentang Minke dan Pramoedya Ananta Toer? Kali ini, aku mau cerita kalau aku baru menyelesaikan kencan ketiga kami, meskipun kencan ketiga kami sedikit banyak tidak terlalu mulus karena pada cerita kencan kami. Aku melihat ada banyak perubahan dalam diri Minke, dari usia remaja hingga dewasa. Pemikiran Minke semakin dewasa dan lebih terbuka dibandingkan dua cerita sebelumnya. Untuk informasi detailnya dari hasil kencan ketiga kami, aku melahirkan review novel Jejak Langkah Karya Pramoedya Ananta Toer.


Baca juga:

Jejak Langkah karya Pram jauh berbeda dari dua seri sebelumnya lho. Seperti judulnya yang menyiratkan sebuah jejak langkah, pada novel ini menceritakan sebuah perjalanan yang dilakukan oleh Minke untuk pertama kalinya. Pada novel ini pun, untuk pertama kalinya kita melihat Minke menjadi sosok yang besar dan dewasa.



Jika pada dua seri sebelumnya, Minke diceritakan hanya sebagai sudut pandang saja. Maka, pada novel Jejak Langkah, kamu akan melihat bahwa Pram akan menceritakan Minke sebagai tokoh utama yang mendominasi cerita. Seperti yang pernah diungkapkan Minke bahwa selama ini Minke berada di bawah bayang-bayang Mama atau Nyai Ontosoroh. Maka, pada novel ini, siap-siaplah melihat Minke sebagai tokoh utama yang tengah diceritakan oleh Pram. Lupakan soal Mama, Darsam, Jean Marais, serta Surabaya.


Minke mengawali Jejak Langkahnya dengan melakukan perjalanan ke Jakarta dan mendaftar sebagai murid di sekolah kedokteran yang bernama STOVIA atau School Tot Opleiding Van Indische Artsen atau dalam Bahasa Indonesia berarti Sekolah Pendidikan Dokter Hindia. Pada zaman itu, STOVIA menjadi sekolah pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia Belanda. Saat ini, STOVIA telah menjadi Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia.

Oh ya, untuk sedikit informasi saja... STOVIA menjadi sekolah pilihan untuk pribumi yang ingin dipandang dan mendapatkan kehidupan layak. Namun, sayang sekali, Minke memilih untuk hengkang dari STOVIA. Pada novel ini, Minka harus membayar denda yang terbilang cukup mahal dan dia berhasil membayarnya, padahal para pengurus dan guru STOVIA sudah mengira bahwa Minke tidak akan kuat membayar. Nah, siapa yang membantu Minke?


Selama bersekolah di STOVIA, Minke bertemu dengan Ang San Mei karena wasiat yang diberikan oleh Khouw Ah Soe. Hubungan Minke dan Ang San Mei sangat baik dan keduanya, seperti yang aku duga, ternyata mereka menikah. Pada pernikahannya, Minke menjadi lebih terbuka pemikirannya dan lebih kritis. Ia terinspirasi dari gerakan Angkatan Muda Tiongkok melalui Ang San Mei.

Minke menjadi seseorang yang mulai berperang melalui tulisan. Ada banyak kejadian yang terjadi pada Minke yang sedang hidup sebagai perantauan. Salah satunya yang paling kuat, yaitu bagaimana Minke terpengaruh dengan sangat kuat melalui kuliah umum yang menghadirkan Dokter Jawa yang telah tua. Kuliah umum yang disampaikan Dokter Jawa ini menceritakan bagaimana organisasi telah terbentuk di negara-negara seberang, namun di Hindia belum ada satu pun organisasi yang terbentuk.


Karena kuliah tamu inilah, Minke terpacu untuk membentuk Medan Priyayi. Ia juga teringat dengan Mama atau Nyai Ontosoroh yang menyuruhnya membuat penerbitan sendiri. Akhirnya Medan Priyayi lahir. Medan menjadi sorotan dan mendapatkan tempat di hati masyarakat, khususnya masyarakat pribumi. Namun, meski begitu, perjalanan yang dilakukan Medan sebagai sumber informasi, edukasi hukum, dan pengaduan hukum bagi masyarakat pribumi juga tidak berjalan baik. Di sinilah, Minke terus mempertahankan Medan.

Sembari terus mempertahankan Medan, Minke juga menyadari bahwa perdagangan juga menjadi kunci kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa. Sehingga, ia membentuk Syarikat Dagang Islamiyah atau SDI yang ternyata berkembang menjadi organisasi besar di Asia Tenggara.



Pada Novel Jejak Langkah karya Pram ini juga menyoroti beberapa organisasi yang terbentuk pada awalnya. Mulai dari Syarikat Priyayi, Budi Utomo, dan Syarikat Dagang Islamiyah. Selain itu, juga ada Medan Prijaji sebagai media yang pergerakannya kuat dibawah naungan Minke. Meski Medan Prijaji bukan organisasi, namun cara kerja Medan sebagai media ini sangat disoroti dan menjadi media kuat untuk menggugah semangat nasionalisme kepada pribumi. Media Medan menjadi ruang bagi pribumi untuk percaya bahwa pribumi bisa bersatu dan melawan penjajah.

Selain beberapa organisasi yang disoroti, juga dengan piawainya menyertakan beberapa tokoh nasional yang diceritakan turut andil dalam menguatkan alur NOvel Jejak Langkah dan membantu Minke yang menjadi sosok yang dielu-elukan oleh pribumi sebagai bapak dari Medan Prijaji.


Seperti yang sempat aku singgung di awal bahwa pada novel ini pemikiran Minke telah dewasa dan terbuka. Pada novel ini, kita melihat perubahan karakter Minke. Jika pada dua novel sebelumnya, Minke digambarkan sebagai sosok yang lebih menyukai Bahasa Belanda dan memandang sebelah mata Bahasa Melayu dan segalanya, pada novel ini justru kebalikannya. Hal ini didasari bahwa Bahasa Melayu menjadi alat yang tepat untuk propaganda terhadap golongan pribumi dan hal ini membuat Minke ingat Mama dan Jean Marais yang selama ini memaksanya menulis dalam Bahasa Melayu.

Bahkan, ia sempat berada di titik bahwa ada salah satu tokoh yang tidak mau menggunakan Bahasa Melayu tapi menggunakan Bahasa Belanda untuk perkumpulannya dan Minke tidak setuju hal ini karena Bahasa Melayu atau Bahasa Jawa menjadi bahasa pemersatu pribumi. Ia berdebat dan akhirnya mundur.

Selain itu, karakter dewasa yang sangat terlihat dalam novel ini, yaitu ketika dia menjadi dewasa dan mandiri karena beberapa situasi yang telah dia alami sejak memasuki Betawi dan pernah mengenyam pendidikan di STOVIA meski tidak selesai.


Banyak dan padatnya informasi yang dikemas dalam Novel Jejak Langkah sebagai novel yang paling tebal (721 halaman), novel ini membuatku seperti membaca buku sejarah, namun tetap dengan kemasan campuran dari fiksi dan fakta. Pram berhasil membuatku menemukan banyak informasi pada abad ke-20 tanpa merasakan bosan dan lelah. Tapi, tetap saja, Pram juga menampilkan sosok wanita di sisi Pram.

Jika pada dua seri sebelumnya, Minke mencintai satu wanita, yaitu Annelies, maka pada novel ini kamu akan bertemu 3 wanita yang ada di dalam lingkaran Pram. Mulai dari Ang San Mei, Maysaroh (putri Jean Marais), dan Princess Van Kasiruta. Haha... tidak satu pun dari 3 wanita yang dipilih Minke ada namaku. Sayang sekali. Tapi, sekali lagi, dari ke-3 wanita tersebut, mereka memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, sehingga kalau aku disuruh memilih, termasuk disuruh memilih Annelies, sepertinya aku tidak sanggup, meski aku perempuan. Pantaslah, Minke jatuh cinta.


Namun, yang paling aku sayangkan... Aku tidak tahu pasti, Novel Jejak Langkah Karya PRam ini sesuai dengan sejarah atau hanya mengikuti alur yang dirancang oleh Pram. Hal ini dikarenakan aku tidak terlalu tahu banyak sejarah dan akan membutuhkan banyak waktu untuk mencari informasi sejarah tersebut.



Mungkinkah diantara kalian ada yang tahu, benarkan Novel Jejak Langkah ini seuai dengan fakta sejarah atau tidak? Let's share together!

71 Comments

  1. beberapa buku Pramudya pernah saya baca, diantara buku yang berkesan adalah:
    Gadis pantai…
    Bukan pasar malam…..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku tahu Gadis Pantai Kak, tapi sudah nggak bisa review. Hehe...

      Delete
  2. karya orang dulu-dulu, penuh dengan kejiwaan... kerana itu ia sangat relevan hingga ke hari ini

    ReplyDelete
  3. Lama2 aku tertarik buat review buku/novel, masalahnya, aku ga suka baca, hiks, payah bgt. Padahal menarik bgt ya kalau review novel gini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuk Kak mulai melatih diri untuk membaca novel. Lalu, kalau sudah terbiasa baca novel mencoba untuk review deh.

      Delete
  4. Sayang sekali, aku berkenalan dengan Pram dari buku yang salah!

    Pada kelas dua SMA aku membaca dua bukunya, Sang Pemula dan Panggil Aku Kartini Saja.

    Kedua buku ini banyak sekali footnote Padahal tulisannya sudah kecil. bentuknya juga bukan fiksi,L namun non fiksi. Setelah itu aku tidak membaca karya Pram yang lain.

    Akhir-akhir ini berkenalan dengan teman yang banyak merekomendasikan karya Pram. Dia bilang bukunya menarik, penting untuk dipelajari, dan gaya tulisnya juga enak. Tapi, aduh! Aku terlanjur mencintai karya karya orang lain. Haha

    Makasih review-nya. (Bukutaqin)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Serius... Aku dulu juga berkenalan dengan buku Pram yang salah, jadi males baca lagi.
      Eh, temen-temen pada rekomendasi'in buku Pram, akhirnya tertarik baca lagi.

      Coba deh... Siapa tahu kali ini suka.
      Tulisannya enak kok, baik gaya bahasanya & penulisannya sendiri.

      Delete
  5. Jaman dulu Pramudya Ananta Toer ditakuti oleh penguasa karna tulisannya dianggap membahayakan, namun sekarang karya2 tsb malah menjadi rujukan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Keren banget tulisannya Eyang. Beliau jadi dikenang di masa sekarang.

      Delete
  6. ditunggu review novel selanjutnya... enakan baca reviewnya simpel, cepat dan mudah dipahami,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap. Siap. Aku belajar bikin review yang lebih simple lagi ya Kak.

      Delete
  7. Heeem.....review nya penuh makna karna tokohnya yang melegenda.......

    "BERPERAMG MELALUI TULISAN"

    inilah realitas kata untuk semua para blogger

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya... Mari kita mencontoh Eyang Pram Pak. Pasti keren.

      Delete
  8. Iya, Baca kisah minke itu kalau sudah khusyuk, rasanya jadi lupa kalau sedang baca novel. Mirip baca buku sejarah 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak, berasa bayangin dulu itu yang dialami Minke & para tokoh lainnya.

      Delete
  9. Bisa jadi alurnya memang ngikut kejadian sejarah saat itu mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. Bisa jadi, tapi siapa yang tahu imajinasi penulis Kak.

      Delete
  10. bagus ini kak novel nya, ada kisah sejarah nya juga disana yang menceritakan tokoh2 nasional indonesia, sehingga bisa mencerahkan generasi milenial sekarang ini ya ;)

    Oh iya, minal aidin wal faizin ya kak, mohon maaf lahir dan batin atas salah2 dan khilaf saya selama ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh mereka yang ingin belajar Sejarah lebih santai.

      Sama2 Kak. Mohon maaf lahir batin juga ya.

      Delete
  11. jadi penasaran juga sama novel cerita jadul ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuk ah Kak di baca. Novelnya jadul tapi isinya tak lekang oleh waktu.

      Delete
  12. menarik kak cerita nya.
    aku pernah baca buku nya pramoedya ananta toer juga, tapi lupa yg judul nya apa ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Tulisannya Eyang Pram selalu memikat hati pembaca.

      Delete
  13. pertama semoga cepat sembuh sis, mengenai novel jujur aku sukanya baca novel luar negeri , novel dalam negeri sukany novel sejarah seperti surapati, sukma sejati ya seperti itu kalau yang perlu analisa seperti novel ini berat saya membacanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Kak. Aku sudah sembuh setelah 2 mingguan sakit.

      Iya, hanya orang-orang tertentu yang berani baca bukunya Eyang Pram.
      Gpp Kak. Selera orang beda-beda.

      Delete
  14. Wah mantab nih novelnya, kapan-kapan coba baja juga ah~


    Ngomong-ngomong, Halo, Kak.. Hehe ini saya mantan pemilik blog Tekno Bytes yang sering kakak kunjungi. Karena blog Tekno Bytes sudah saya jual, jadi entah pemilik barunya mau mampir balik atau gak ke blog kakak kalau kakak komentar disana. Jadi, saya bikin blog baru biar bisa saling mengunjungi lagi kayak dulu. Hehehe..
    Mampir ya ke blog baru saya, kak - blogudir.com
    Terima kasih :)

    ReplyDelete
  15. penulis terkenal slalu menghasilkan karya yang bagus

    ReplyDelete
  16. Saya sama sekali belum pernah baca buku karya Pramudya. Sebenarnya di komunitas literasi yang saya ikutin suka ngebahas soal ini buku-bukunya doi sih, cuma saya ngga pernah ada kesempatan buat baca. Penasaran juga ngeliat reviewnya orang-orang pada bagus. :) Makasih infonya Mba. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga jadi tertarik membaca karya Pram ya Kak karena justru bukunya lebih keren dari dugaan kita.

      Delete
  17. aah karya seorang novelis lama namun karyanya tidak bisa dikatakan kuno..
    selalu menarik yaa mba tulisan beliau tapi sayang belum pernah baca juga sih karya belia :( moga secepatnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga buku Pram segera masuk dalam list bacaan kamu ya.

      Delete
  18. makasih kak informasinya...
    mampir ke blog ana juga yaa

    ReplyDelete
  19. Selama ini saya kenal bapak pram hanya sekedar lewat kata katanya (kata mutiara/quote) .saya belum pernah baca sekalipun baca novelnya.

    Karena di zaman sma, pas mau nyoba baca novelnya, fiuhh kata katanya butuh fokus tinggi untuk bisa paham. Wkwkwk dasar aku yang gak suka baca juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya gpp Kak, coba deh baca buku ini, kalau saranku sih ngikutin dari awal ya, lebih bagus.

      Delete
  20. Baca review-nya, sepertinya menarik nih alur cerita novelnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga jadi tertarik untuk baca novelnya ya Kak.

      Delete
  21. bagus isi nya tentang masa lalu dan inspiratif
    Memang sepertinya perlu didalami kalo kejadiatan nyata sejarahnya tapi mengesampingkan itu sudah terbayang perjalanan hidup nya walau kisah nya selintas diatas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa... aku juga suka perjalanannya sih di luar dari belajar sejarahnya. Keren banget rasanya... aku pengen belajar menulis ke Minke rasanya.

      Delete
  22. Ulasan yang sangat menarik. Walaupun belum tuntas baca karya ini, setidaknya ada beberapa yang sudah tuntas dibaca. Karya Pramoedya memang luar biasa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah... terima kasih ya Kak, semoga bisa tuntas baca karyanya.
      Terima kasih Kak.

      Delete
  23. Baca novel yang ada sejarahnya gini selalu seru, sekalian belajar ya. Tapi emang bener kita nggak tahu sejarahnya bener apa enggak,
    Meskipun begitu tetap seru sih....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau ingin tahu, boleh juga sih baca buku sejarah. hehe..

      Terima kasih kakak.

      Delete
  24. Novel milik ananta toer ini memang kebangetan dah,..populer banget dan harus jadi contoh ni untuk penulis indonesua agar jangan takut menulis

    Terudlah berkarya walaupun itu hanya sebuah tulisan karena keluatan tulisan tersebut bisa mengubah dunia dan menggoncangkannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa Kak. terima kasih ya Kak.
      Semangat menulis juga untuk kita.

      Delete
  25. Sekali sekali review puisi sastra juga dong, ini aku kasih puisi romantis karya Khairil Anwar:

    Buat Sri Ajati

    Ini kali tidak ada yang mencari cinta
    Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
    Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
    Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.

    Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
    Menyinggung muram, desir hari lari berenang
    Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
    Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

    Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
    Menyisir semenanjung, masih pengap harap
    Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
    Dari pantai ke empat, sedu penghabisan bisa terdekap.

    1946

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah... boleh-boleh, suatu saat akan review puisi juga. Makasih ya Kak.

      Delete
  26. Saya telah membaca tuntas juga buku jejak novel ini. Ada kritikan tentang sekolah ke dokteran dan munculnya koran medan priyayi.
    buku ini hanya sekedar novel, dan disana ada kritikan pastinya. Untuk bicara soal sejarah ya pastinya sedikit berbeda. Saya hanya senang dengan cerita, paling tidak memberi semangat untuk terus belajar dan menjadi orang yang kritis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak, kritikan tentang sekolah kedokteran itu keren banget menurutku. Serta, Koran Medan Priyayi itu wow dan aku juga nggak nyangka memang ada Koran Medan Priyayi.
      Yap... Terima kasih Kak.

      Delete
  27. blog saya kena jigling teh enit, jadi saya non aktifkan dulu kolom komentrnya dan semoga aja yang jigling dapat balasan yang setimpal ya,...kudoakan hidupnya enggak pernah berkah,..biarlah mereka menjigling dan biarkan karma mendatangi mereka dan say juga enggak akan bw lagi mungkin dan terima kasih kepada teteh dan teman-teman yang selama ini sudah mau berkomentar di blog saya

    saya bukanlah orang yang baik tapi saya akan memberikan yang terbaik, jika mungkin ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan dan hati, selama saya bw saya minta maaf dan saya akan tetap ngeblog

    dan bagi para pelaku jigling tunggulah karmanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huwaaa... menyedihkan sekali, aku pernah kena jingling sekali dan rasanya nggak enak banget Ko... Tiba-tiba pengunjung naik 1k dalam menit yang sama, kan parah.

      Semoga blog-nya kembali aman, tetap blogging dan semangat Koo... Aku tetap rajin berkunjung ke blognya Ko Kuan Yu kok.

      Delete
  28. Owh ..,kak Einid berharapnya di novel karya Pram ..,nama Einid ikut disertakan yaa 😄 ?

    Kubantu kudoakan,kak ..
    Keinginan kak Einid dibaca oleh anggota keluarganya Pram daan .. nama Einid Shandy muncul di novel karya berikutnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih Kak, pengen banget masuk di novel Karya Pram, kan aku juga sudah pakai kebaya ini. Haha...

      Iya Kak, terima kasih.
      Aamiin...

      Delete
  29. Saya belum baca karya Pram yang lainnya selain Gadis Pantai. Cara bertutur Pram memang unik dan ada segi beratnya, tetapi ada juga segi pemikiran pesimisnya dalam Gadis Pantai.
    Karena saya belum baca novel Jejak Langkah jadi tidak tahu secara keseluruhan bagaimana. Dalam perjuangan selalu ada kepahitankah selain optimisme? Atau ada arofansi kalangan tertentu yang membuat kalangan lemah tertindas?
    Satu hal yang saya suka dari karya Pram adalah balutan bahasa sastranya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak... bukunya Pram selalu keren dan memang ya Gadis Pantai paling dikenal oleh masyarakat luas.

      Keren deh.

      Delete
  30. Maaf, saya baru berkesempatan singgah di blog ni. Terima kasih kerana sudi comment di blog sy. I'll back soon utk baca dan comment lagi...see ya!

    ReplyDelete
  31. Jadi malu, ngaku suka baca tapi belum pernah sama sekali baca karyanya Pram hahaha
    Padahal menarik banget ya, meski baru baca review nya di sini

    Saya paling suka membaca buku karena sudah baca reviewnya duluan, jadi punya bayangan saat membeli bukunya.
    Apalagi kalau di kasih spoillernya hahaha

    Saya mah, tipe orang yang baca buku, sebelum baca awalnya, udah baca akhirnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau saya baca buku belum selesai keburu harus dikembalikan ke perpusda hehehe

      Delete
    2. Kak Rey... gpp sih Kak, setiap orang punya selera buku bacaan sendiri-sendiri kok, tenang saja.
      Baca yang lainnya juga boleh, selama Kakak mau baca buku sih.

      Oh yaaa... ada juga temenku yang kayak gitu, padahal nggak seru lho menurutku.

      Kak Aris... Haha... sama, makanya aku jarang pinjem sekarang dan malah hampir nggak pernah pinjem sih.

      Delete
  32. Ajarkan aku agar tergugah utk baca novel kak.. Minimal pengarang terkenal seperti mbah Pram ini..
    Orangnya sdh tak ada,.karyanya masih masih ada jejaknya..

    Tapi salut buat yg bisa mereview buku ratusan halaman menjadi beberapa halaman saja..
    Kalo saya yg review bisa bisa 10 halaman lebih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha... gimana ya cara ngajarinnya? Aku bingung juga ini Kak... Karena membaca itu dari keinginan hati sih sebenarnya.

      Wah... terima kasih sekali Kak, aku ambil intinya saja sih ini. Hehe...

      Delete
  33. Gw udah baca semua tetralogi buru. Koleksi gw dong lengkap banget kalo karya Pramoedya Ananta Toer

    Wkwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow... Kok keren Kak. Asyik nih... Bolehlah sharing sama aku tentang buku-buku karya Pram.

      Aku juga udah Tetralogi Buru. Keren.

      Delete

Berjejaklah ketika berpetualang di sini.

TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.