DUNIA MELIHATKU - Aku kembali mengaktifkan blog ini karena aku telah menyelesaikan membaca novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer. Aku menemukan semangat dari Eyang Pram yang menulis novel ini dengan menghidupkan tokoh-tokoh spektakuler. Selanjutnya, dua tokoh dalam novelnya. Pertama, Minke yang menulis untuk melawan ketidakadilan. Serta, Nyai Ontosoroh yang memberi semangat kepada Minke dalam menulis untuk menyalurkan buah pikiran Minke. Lantas, novel ini juga diangkat menjadi sebuah film hebat. Bagaimana review film Bumi Manusia Karya Hanung Bramantyo?
Film Bumi Manusia Karya Hanung Bramantyo
"Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri." Quotes dalam novel dan film Bumi Manusia.

Minke itu seperti Dilan?

Pemeran Minke adalah Iqbaal Ramadhan. Siapa yang tidak kenal Iqbaal? Warga Negara Indonesia, khususnya generasi muda pasti kenal. Iqbaal Ramadhan merupakan pemeran film Dilan 1990 dan 1991 yang sudah tayang di Indonesia. Ia memerankan tokoh Dilan dengan sangat baik, meski sebelumnya pernah terjadi pro dan kontra tentang perannya. Tokoh Dilan memiliki karakteristik perayu hebat. Lantas, bagaimana peran Minke?

"Kita telah melawan Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya." Quotes dalam novel dan film Bumi Manusia.

Ah, Minke yang juga seorang pemuda, ia juga memiliki kesamaan karakteristik seperti Dilan. Ia digambarkan Pram sebagai perayu hebat. Pram memang menciptakan tokoh Minke sebagai sosok yang sangat menghormati dan mencintai seorang perempuan dengan gaya perayu hebat. Namun, kenapa masih banyak yang merasakan bahwa Minke itu seperti Dilan?


Ah, aku pikir karena mereka adalah orang-orang yang telah menonton film Dilan lebih dulu. Coba bayangkan, seandainya kita menonton film Bumi Manusia lebih dulu, pasti rasanya Dilan itu seperti reinkarnasi Minke. Haha... Aku sendiri bukan termasuk mereka yang menonton Dilan dengan penuh penghayatan alias menonton sambil lalu. Eh, malah Dilan 1991 aku masih belum menonton. Jadi, aku menemukan Minke sebagai Minke yang dihidupkan Hanung Bramantyo dari novel Bumi Manusia karya Pram.

“Hidup bisa memberikan segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima.” Quotes dalam novel dan film Bumi Manusia.

Film Karya Hanung Bramantyo pasti cinta-cintaan

Ada yang bilang, "ah, kalau film karya Hanung Bramantyo, pasti ceritanya tentang cinta-cintaan dan gombal-gombalan". Wah, bagaimana ya menanggapi komentar semacam ini? Memang sih, Hanung Bramantyo itu sutradara yang terkenal membuat film bertema cinta. Contohnya, Ayat-ayat Cinta, Perahu Kertas, hingga lain sebagainya dan dapat dilihat di Wikipedia. Namun, film karya Hanung selalu berhasil memikat hati penonton.

Novel Bumi Manusia Karya Pram saja dimulai dengan pertemuan Minke dan Annelies. Keduanya oleh Pramoedya Ananta Toer ditakdirkan sebagai sepasang kekasih. Hanung menghidupkan Minke dan Annelies dengan baik. Namun, cerita tetap fokus pada melawan kaum kolonial karena dilandasi dengan cinta.


Film Bumi Manusia tentang cinta dan melawan kaum kolonial

Singkat saja dan tanpa spoiler. Jika kita menonton trailer film Bumi Manusia, kita melihat adegan pemuda pribumi yang berpenampilan seperti Belanda, Minke. Pakaiannya menunjukkan bahwa ia seorang bangsawan. Minke bertemu dengan gadis indo, Annelies. Pertemuan mereka dapat ditebak sebagai awal kisah cinta antara pemuda pribumi dengan gadis indo.

“Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.” Quotes dalam novel dan film Bumi Manusia.

Kisah cinta ini tentu bukan kisah cinta biasa karena ada perbedaan besar di antara mereka pada zamannya. Lalu, cinta menjadi awal mula Minke menyadari bahwa pribumi tertindas di tanahnya sendiri. Maka, ia memilih melawan kaum kolonial. Hal ini ditunjukkan dengan kuat di trailer pada adegan Nyai Ontosoroh bersama Minke melawan kaum kolonial di pengadilan putih.




Minke Melawan Kaum Kolonial bersama Nyai Ontosoroh

Minke sebagai pelajar melakukan perlawanan dengan menulis dan tulisan-tulisannya diterbitkan. Namun, yang disayangkan perlawanannya menggunakan tulisan kurang diperlihatkan. Kalau menurutku memang sangat sulit sekali untuk bagian ini. Bagian menulis dan menerbitkan tulisan-tulisan hanya tampak sekilas. Kalau kita baca novelnya, kita bisa menyadari bahwa Minke sedang berjuang melawan dengan tulisan.

Sebaliknya, pada filmnya, kita melihat Minke tampak berjuang melawan sebagai bayangan atau anak Nyai Ontosoroh di pengadilan putih. Pengadilan yang membuat Minke dan Nyai Ontosoroh 
menyadari bahwa pribumi tengah mengalami ketidakadilan di tanah mereka sendiri.

“Mas, kan kita pernah berbahagia bersama?"
"Tentu, Ann."
"Kenangkan kebahagiaan itu saja, ya Mas, jangan yang lain."
Quotes dalam novel dan film Bumi Manusia.

Menurutku, Hanung Bramantyo bisa dengan baik menceritakan dengan baik bagaimana ketidakadilan yang saat itu terjadi dan perlawanan yang dilakukan Minke dan Nyai Ontosoroh dengan dukungan sinematografi yang baik.

Sinematografi Bumi Manusia

Wah... Sejak awal film Bumi Manusia dimulai, aku sudah berdecak kagum dengan sinematografi hasil garapan Hanung Bramantyo dan krunya. Bagaimana tidak? Ia membangun perkampungan, kereta api uap, hingga membangun rumah, perkebunan, hingga peternakan Nyai Ontosoroh yang di novel Bumi Manusia digambarkan sebagai rumah yang sangat besar dan terkaya di Wonokromo.

Banyak informasi yang mengatakan bahwa latar yang dibangun oleh Hanung Bramantyo merupakan latar pertama di Indonesia yang totalitas. Oleh karena itu, akhirnya Sutradara kondang Bumi Manusia ini mendedikasikan Museum Bumi Manusia di Desa Gamblong, Kulonprogo, Yogyakarta dan telah resmi dibuka pada Selasa, 13 Agustus 2019.

"Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji, dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya." Quotes dalam novel dan film Bumi Manusia.

Film yang cocok ditonton untuk umur 17 tahun ke atas ini menurutku pantas menyandang predikat keren. Yach, paling tidak, semoga kamu suka Review Film Bumi Manusia Karya Hanung Bramantyo - Cinta dan Melawan Kolonial.

Ah, rasanya aku turut bangga. Bagaimana dengan kamu?

24 Comments

  1. pernah dengar filem ini, tapi aku belum nonton, mbak di youtube aga gak ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Kakak... Film Bumi Manusia Karya Hanung Bramantyo masih ada di bioskop-bioskop kesayangan kita semua. Hehe...

      Delete
  2. Dilihat dari trailernya kayaknya bagus, cuma belum nonton fullnya si hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuk Kak, segera nonton Film Bumi Manusia karya Hanung Bramantyo. Filmnya keren banget, parah. Buat aku sih ya.

      Delete
  3. Saya suka nih kalo ada unsur2 sejarahnya meski cmn jadi latar belakang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Bang Day, aku juga lho... Dan aku suka sekali sama film Bumi Manusia karya Hanung Bramantyo.

      Delete
  4. Kayaknya bagus ini filmnya, dari critanya aja sudah membuat kita terbawa dalam suasa mengharu biru, semoga sesuai kayak yang di ceritakan pramodya ananta

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Kak Devina, iya, aku setuju kalau film Bumi Manusia itu bagus. Aku bahkan suka sekali sama Sinematografi garapan Hanung Bramantyo.

      Delete
  5. Yess..setuju. Kurang greget pas menunjukkan perlawanan lewat tulisan. Lewat novel lebih terasa karena kita bisa menghayati lebih lama. Trus mungkin kan kalo lewat mbaca, kita jadi membangun dunia dan ekspentansi tersendiri dari yg kita baca. Kalau film kan kita seperti dibuatkan dunianya.
    Menonton atau membaca merupakan dua pengalaman yg berbeda. Lebih suka yg mana terserah yg mengapresiasinya.
    Kalau saya pribadi sih lebih suka membacanya.
    Nice review inid ☺

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak.
      Aku malah baru inget perlawanan Minke di buku Bumi Manusia setelah menonton filmnya dan langsung dalam hati bilang "eh, Minke kapan melawan melalui tulisan ya?"

      Soalnya aku baca novelnya sudah lama banget.

      Tapi, akhirnya nonton lagi (diajakin sih kalau yang ini).

      Lalu, baru sadar kalau di filmnya ada. Tapi, kurang greget karena sekilas banget adeganya.

      Delete
  6. Baru nonton trailer-nya kak. Semoga bisa nih saya nonton-nya. Soalnya ada unsur sejarahnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, semoga Kak Ridzal bisa menyempatkan menonton Bumi Manusia ya. Semangat!

      Delete
  7. belum pernah baca buku nya..
    tapi aku penasaran banget sama film ini.. kata temen2 ku bagus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Kak... Disegerakan nonton film Bumi Manusia Kak. Atau masuk list film yang akan di tonton nantinya ya.

      Delete
  8. Saya membaca bukunya tuntas dan tuntas
    Tapi kenapa, kalau di filmnya kok saya belum nonton.
    Mungkin lain waktu, jika ada kesempatan mau nonton juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keren ya Kak?
      Hihi...
      Jangan keburu nonton, gpp kok Kak.
      Kalau belum nonton biasanya masih punya bayangan sendiri yang bisa jadi jauh lebih asyik.

      Tapi, selamat menonton jika sudah waktunya menonton ya Kak.

      Delete
  9. Mas Hanung ini orangnya populer banget yah, karya - karya , kerennn dan banyak yang sukses. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kang, populer di kalangan pecinta kegombalan yang keren.

      Mas Hanung mungkin mau jadikan Kang Nata sebagai perayu handal kayak Minke?

      Delete
  10. Saya coba nonton dilan 1990 lagi setelah nonton bumi manusia, baru berasa sesuatu yang beda jauh antara ikbal sebagai dilan dan minke, dari bertuturnya saat merayu beda kok, gesture dilan yang slengean, sedangkan gesture minke yang terpelajar dengan topi yang selalu diletakan di bagian perut juga sudah memberikan kesan beda, mata dilan yang sendu romantis di setiap scene, sedang mata minke digambarkan seperti remaja yang bingung dan tegang menghadapi hal-hal baru yang ia temui, itu juga udah beda bawaannya. Saya juga gak nonton dilan 1991 soalnya. Tapi akting ikbal sebagai minke justru saya anggap lebih hidup dan emosinya lebih fluktuasi dibanding ikbal sebagai dilan.

    Film ini berhasil menggeser image minke yang selama ini saya anggap dewasa dan mapan seperti reza rahadian, menjadi ya cocok aja dibawakan oleh remaja seperti ikbal. Gak kebayang aja kalo reza rahadian pas jalanin adegan dipecut oleh ramanya, pasti akan aneh.

    Tapi, walaupun ga adil bandingin akting ikbal dan Ine, mau tidak mau Ine memang bersinar sebagai nyai ontosoroh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Kak Veeth...
      Wah, keren banget sampai membandingkan sejauh itu antara Dilan & Minke. Aku juga setuju sih setelah mencoba menonton trailer Dilan lagi.

      Well, kita nggak bisa menyamakan karena memang pembawaannya juga sudah beda dan malah jauh lebih keren di sini.

      Aku nggak pernah membayangkan Reza menjadi Minke remaja karena aku baca bukunya & aku membayangkan dengan mata mata kepalaku sendiri bahwa Minke seusia SMA. Nggak cocok kalau orang dewasa yang jadi Minke.

      Tapi, besar kemungkinan Reza cocok jadi Minke dewasa di buku-buku terakhirnya Pramoedya Ananta Toer.

      Delete
  11. melihat posternya mirip poster film dari Thailand ;-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah... Masa' Kak? Aku yang nggak update sama film Thailand nih Kak.

      Delete
  12. Sayang akhirnya aku nggak jadi nonton ini x(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kenapa nggak jadi nonton Bumi Manusia Kak? kan sayang. :(

      Delete

Berjejaklah ketika berpetualang di sini.

TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.