Sisi Seksualitas dalam Bumi Manusia
DUNIA MELIHATKU - Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer telah difilmkan. Seperti yang telah aku review, film Bumi Manusia juga bagus dan seperti diharapkan. Menurutku, bahkan jauh lebih bagus dari bayanganku yang tidak berharap banyak, khususnya dari sisi sinematografi yang telah digarap totalitas oleh Hanung Bramantyo dan kru. Namun, aku baru menyadari satu hal yang menurutku cukup sensitif, yakni sisi seksualitas dalam Bumi Manusia. Kamu masih ingat plot sensitif ini?
Aku mungkin termasuk salah satu dari ribuan pengagum karya Pramoedya Ananta Toer, makanya aku sering sekali mengulas karya-karya Eyang Pram. Kenapa? Agar aku selalu mengingat apa-apa yang aku pikirkan tentang karya-karyanya. Begitu juga terkait seksualitas dalam Bumi Manusia.
Aku baru-baru ini membaca dari blog sebelah yang mengangkat isu "Soal Seksualitas dalam Film Bumi Manusia". Menarik. Aku menyadari bahwa bagi orang yang tidak tahu atau memiliki pikiran yang dangkal akan segera menghakimi gaya Nyai Ontosoroh dalam mendidik Annelies dan Minke di sisi seksualitas.
- Review Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer
- Review Novel Anak Semua Bangsa Karya Pramoedya Ananta Toer
- Review Novel Jejak Langkah Karya Pramoedya Ananta Toer
- Trailer Film Bumi Manusia Sudah Tayang? Wah...
- Review Novel Rumah Kaca Karya Pramoedya Ananta Toer
- Review Film Bumi Manusia Karya Hanung Bramantyo
Jika aku boleh meniliknya dengan pikiran orang yang awam dengan teori moralitas yang disampaikan oleh Dosen Unusia, Jakarta, Ulil Abshar Abdalla. Aku mengatakan bahwa aku hidup di era sekarang, mengutip kata-kata Pak Ulil, aku hidup di "era hijrah" dan film Bumi Manusia adalah mereka yang hidup di era zamannya. Dua era ini tentu memiliki perbedaan yang terpaut jauh. Bumi Manusia merupakan kisah pada era 1898 hingga tahun 1918, sedangkan aku hidup di era 2019. Berapa tahun kita terpaut? Seabad lebih. Hitung sendiri saja ya... Hehe...
Baik novel maupun film Bumi Manusia, dua kejadian atau adegan Nyai Ontosoroh yang mengizinkan Minke dan Annelies melakukan hubungan intim. Pertama, Nyai meminta Minke memeragakan dia mencium Annelies di hadapannya. Kedua, Nyai bersikap santai saat menemukan Minke dan Annelies tertidur bersama dengan setengah telanjang, padahal keduanya belum ada ikatan suami istri. Berbeda dengan novelnya, pada filmnya, dua adegan ini terasa nyata dan terlihat sekali. Tentu saja, era tahun Nyai hidup berbeda dengan era sekarang, di mana nilai-nilai moralitas, pendidikan, agama, hingga lain sebagainya semakin berkembang dan dikuatkan.
Pendapatku sebagai orang umum. Aku melihat Nyai merasa bahwa apa yang dia alami sesuatu yang benar-benar tidak adil. Dia dijual oleh ayahnya kepada Belanda totok. Dia dipaksa menjadi gundik alias selir Hindia-Belanda. Namun, orang-orang diam saja dengan apa yang dia alami, bahkan cenderung abai.
Pram menggambarkan dengan baik bagaimana Nyai ingin memberontak atas apa yang dia alami. Maka, dia tidak ingin Annelies mengalami kejadian pahit seperti ibunya. Apalagi jika kita baca dalam novelnya, tergambar jelas bahwa Minke yang datang dari keluarga priyayi terlihat pandai dan sopan. Jadi, aku merasakan bahwa Annelies yang tidak memiliki teman diperbolehkan mencintai Minke. Asal keduanya bahagia.
- Review Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer
- Review Novel Anak Semua Bangsa Karya Pramoedya Ananta Toer
- Review Novel Jejak Langkah Karya Pramoedya Ananta Toer
- Trailer Film Bumi Manusia Sudah Tayang? Wah...
- Review Novel Rumah Kaca Karya Pramoedya Ananta Toer
- Review Film Bumi Manusia Karya Hanung Bramantyo
Jawaban dari didikan Nyai kepada Annelies dan Minke dapat dilihat atau dibaca pada adegan di mana Nyai marah karena kehidupan pribadi keluarganya telah diungkit-ungkit di pengadilan kulit putih yang seharusnya fokus mencari pembunuh Herman Mellema. Nyai tidak hanya marah atas kehidupan pribadi keluarganya saja yang telah diungkit, tapi juga bagaimana dia akhirnya dijual sebagai gundik dan tidak seorang pun peduli. Kisah tentang kemarahan Nyai pada era dia hidup tergambar jelas di novel Bumi Manusia.
Kalau aku boleh jujur, aku bisa merasakan kemarahan atas kemunafikan orang Belanda yang terjadi pada era tahun 1890-an. Aku setuju dengan tulisan "Soal Seksualitas dalam Bumi Manusia". Oleh karena itu, novel dan film Bumi Manusia hanya boleh dikonsumsi oleh mereka yang berusia 17 tahun ke atas. Mari beri pengertian kepada generasi milenial yang membaca atau menonton film Bumi Manusia, khususnya mereka yang belum membaca novel Bumi Manusia agar mengerti sisi seksualitas dalam Bumi Manusia.
Jadi, apakah kamu sudah siap membaca atau menonton film Bumi Manusia?
Jadi, apakah kamu sudah siap membaca atau menonton film Bumi Manusia?
14 Comments
sepertinya tak bias dihindar segi ini…..
ReplyDeletegreat reviews
Iya Kak Erlambang, sisi seksualitas memang menjadi salah satu kekuatan fimm Bumi Manusia menjadi menarik.
Deletethis book is very interesting, i wanna know more about that.
ReplyDeleteJULIE ANN LOZADA BLOG
INSTAGRAM: @julieann_lozada
Thank you Ann.
Deletenah penggambaran dan perwatakanya serta situasinya membuat kita masuk di era itu
ReplyDeleteIya Kak. Bener-bener. Penggambaran & perwatakan dalam Bumi Manusia sesuai sih menurutku, nggak bisa dirubah-rubah lagi.
DeleteSebelumnya aku gak tau buku ini (kuper), tapi setelah baca banyak review jadi penasaran bgt.. keknya bagus banget ya... dan iya,, gak bisa menyamakan kondisi jaman sekarang dg jaman dulu banget..
ReplyDelete-Traveler Paruh Waktu
Hai Kak Bara...
DeleteTerima kasih jadi penasaran. Hehe... Bumi Manusia layak menjadi salah satu novel ketche sih menurutku. Hehe...
Semoga jadi membaca ya.
temanya kedengaran agak berat, ya mbak...
ReplyDeleteBerat tapi keren Kak. Aku suka Bumi Manusia.
DeleteBelum dua-duanya. Nonton filmnya belum, baca bukunya juga belum. Kemarin pas ke gramedia saya lihat buku bumi manusia ini sih, pengen beli cuman... Kantong lagi sepi😁
ReplyDeleteWah... Boleh pinjam saja kak. Biar lebih hemat. Yuk pinjam aja. Semangat!
DeleteSemoga kesampaian, setidaknya membaca novel Bumi Manusia.
Sisi sejarahnya ada, sisi seksualtasnya juga ada. Jadi penasaran ini sisi lainnya..
ReplyDeleteSisi sejarah hingga sisi seksualitas. Ah, ada sisi cintanya juga kok Kak. Hehe...
DeleteBerjejaklah ketika berpetualang di sini.
TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.