Review: Novel WIM karya Rizki De, terbitan Andi Publisher
DUNIA MELIHATKU - Seseorang kayak aku yang hampir nggak pernah membaca cerita ringan, tiba-tiba dapat suguhan cerita remaja terbitan Andi Publisher, rasanya jadi pengen berbagi review atau resensi dengan kamu di sini. Kenapa? Alasan pertama adalah sesekali aku pengen dong mereview cerita remaja dan yang kedua karena ini buku terbitan Andi Publisher yang notabene terkenal sebagai penerbit buku ilmu pengetahuan. Nah, buku fiksi yang aku pegang kali ini adalah novel Wim karya Rizki De. Wah, gimana nih keseruan bukunya?
![]() |
Novel Wim, karya Rizki De, terbitan Andi Publisher. Gambar: Nid |
Sejujurnya, aku agak bingung harus mengulas dari mana karena buku ini truly ringan buat aku. Ini bukan karena aku nggak ngerti alur ceritanya, tapi aku takut salah gaya bahasa yang terkesan berat saat mengulas. Tapi, let me try my best!
Kisah cinta ringan di SMA pada tahun 1970-an
Awalnya, aku pikir Wim itu sebuah singkatan karena ditulis kapital semua, yaitu WIM. Tapi, alangkah terkejutnya ketika aku tahu bahwa Wim adalah nama tokoh utama dari novel karya Rizki De. Novel Wim memiliki kesan polos dengan cover sederhana tapi cantik untuk dilihat dengan judul novel yang memberi kesan sederhana juga, Wim. Rasanya emang dari awal aku lihat, novel ini akan memberikan cerita sederhana dan polos.
Novel Wim yang baru diterbitkan pada tahun 2021 ini menceritakan kisah cinta remaja pada tahun 1970-an dan setting tahun ini kurang diperlihatkan karena cerita fokus pada seorang remaja yang bersekolah di salah satu SMA yang terkenal di kota Malang (kota tempatku tinggal). Nah, aku tahu sekolah yang disebut memang sekolah terkenal, jadi aku mikirnya setting tahunnya masih beberapa tahun belakangan.
![]() |
Membaca novel Wim karya Rizki De, yuk! Gambar: Nid |
Anak Penjajah Indonesia itu cantik sih, tapi di-bully
Tapi, kalau kejadiannya beberapa tahun belakangan, kok masih ada cerita bullying untuk bule berkulit putih dengan rambut warna blonde (pirang)? Bukannya kalau ada bule di sekolah, remaja cenderung suka dan mendekat. Tapi, di novel Wim justru diceritakan sebaliknya, bule bernama Marry ini mendapat perlakuan tidak adil atau tepatnya di-bully.
Novel karya Rizki De ini menceritakan Wim, remaja keturunan Tionghoa dan miskin tapi keren jatuh cinta dengan Marry, gadis yang di-bully sebagai anak penjajah. Nah, di sinilah kisah cinta mereka penuh liku karena keduanya sama-sama menjadi sosok yang dilihat oleh sekolah.
Wim, dilihat sebagai sosok remaja laki-laki yang pada awalnya nakal dan miskin, tapi menjadi sosok yang dipuja-puja oleh banyak perempuan karena dia ternyata berbakat di bidang olahraga. Sementara, Marry, gadis keturunan penjajah itu dimusuhi satu sekolah, tapi Wim jatuh cinta dan muncul sebagai pelindung Marry.
Lalu, apakah Wim dan Marry bisa bersama pada tahun 1970-an?
Bagaimana alur ceritanya?
Novel Wim, karya Rizki De bisa dibeli di toko buku online Andi Puublisher ini memiliki alur flashback yang sederhana. Pada BAB awal, diceritakan masa sekarang (pada masa itu di novel), lalu disambung dengan menceritakan kenangan Wim sampai menuju BAB akhir, dan kembali ke masa sekarang (pada masa itu di novel). So, novel ini cocok banget sih untuk siapa saja yang ingin menikmati masa remaja pada tahun 1970-an.
Menariknya lagi, kisah Wim dan Marry juga diceritakan dari dua sudut pandang. Pada setengah buku pertama, cerita diceritakan dari sudut pandang Wim. Selanjutnya, sepertiga berikutnya cerita diceritakan dari sudut pandang Marry. Lalu, pada bab menuju akhir, cerita kembali ke sudut pandang Wim.
![]() |
Toko Buku Online Andi Publisher. Gambar: Nid |
Bahasa dan dialog Novel Wim itu...
Bahasa yang digunakan Rizki De juga lebih ke bahasa sehari-hari saat menarasikan ceritanya. Rizki De suka mendeskripsikan sesuatu dengan lugas. Aku tipe pembaca yang menyukai narasi yang lebih ke arah mendayu-dayu dan tidak terlalu banyak dialog, sehingga kesan ceritanya akan lebih kuat. Tepatnya, aku lebih suka jika dialog yang bisa dinarasikan, lebih baik diganti narasi.
Sementara, untuk bahasa dialog, aku rasa Rizki De menggunakan bahasa dialog yang cukup kaku atau tepatnya tidak kasual, sehingga itu memberi kesan kepada pembaca bahwa pada masa itu semua tidak sesantai sekarang. Jadi, kesan kehidupan remaja pada masa itu tampaknya memang menggunakan dialog formal.
Contoh dialog yang aku maksud begini:
![]() |
Dialog remaja pada tahun 1970-an. Gambar: Nid |
Hmm... Meski dialog tidak kasual seperti novel remaja kekinian, novel remaja ini tetap saja asyik dinikmati sembari minum teh hangat di sore hari. Justru, kamu akan menemukan hal-hal baru pada kehidupan tahun 1970-an.
Jika kamu menyukai buku terbitan Andi Publisher untuk teman belajar kamu, tidak ada salahnya juga jika kamu mencoba membaca karya fiksi yang dapat kamu beli di toko buku online Andi Publisher, salah satunya novel Wim karya Rizki De yang membawa kita ke cerita remaja pada tahun 1970-an.
"Tak pernah kulihat cinta begitu sulit.
Datang dan pergi tanpa sepengetahuanku,
menghilang dalam sekerjap mata"
Wim - Rizki De
43 Comments
Kisah semasa remaja itu sangat indah untuk dikenang, ya, Mbak. Apalagi kisah cinta. Selamat pagi. Terima kasih telah berbagi.
ReplyDeleteHalo, iya Bunda, selalu, kisah remaja selalu menjadi kenangan indah, apapun itu.
DeleteTerima kasih Bunda.
Kembali ke tahun 70'an? Waw, belum pernah terbayangkan sebelumnnya. Sepintas, dialog pada buku tersebut, agak 'gimana' ya Mbak, tapi jadi unik. Ngebayanginnya jadi kaya nonton film Haji Rhoma Irama
ReplyDeleteHaha... lebih lama dari Rhoma Irama rasanya kak. Boleh dibaca di kala senggang ya.
DeleteGreat novel
ReplyDeleteThanks Rehana.
Deletelumayan unik juga ya kak model sudut pandangnya dari 2 arah...satu dari wim satunya marry...
ReplyDeleteo ternyata marry dirundung teman sekolah karena dikatakan anak penjajah...kasihan juga ya. padahal harusnya emang kalau ada blasteran ya teman teman oada senang ya, logikanya kan gitu...soalnya biasanya wajahnya cantik...
beruntung ada wim yang meski miskin tapi dia berbakat di bidang olahraga sehingga muncullah dia sebagai guardian angelnya si marry. Memang kalau cowok kelihatan ada nilai plus sih jika bakat di bidang olahraga hehe..
Hai Kak Gustyanita Pratiwi,
DeleteMungkin pada tahun 1970-an memang anak-anak penjajah masih dimusuhi karena menyebabkan peperangan, ya kan? Tapi, kalau sekarang, zamannya udah beda.
Aku juga suka sosok Wim.
Yuk, yuk, membaca kak!
Cantik bahasa dalam novel ni. Pasti seronok membaca keseluruhan isi. Selamat membaca :)
ReplyDeleteTerima kasih kak, yuk baca.
Deletegood infonya serr
ReplyDeleteVisit Us
Yuhuu
Deletegood sekali infonya
ReplyDeleteVisit Us
wah, kisah cinta semasa SMA jadul ya seru donk ya... jd penasaran
ReplyDeleteIya dong, seru banget sih menurutku. Hehe...
DeleteHello!
ReplyDeleteGreat post. I really like your blog, it's interesting and inspiring! I will be happy to come to read more entries :)
I wish you all the best!
Greetings from Poland!
Hey
DeleteThanks for visiting my blog.
I wish you all the best too!
Novel sastra biasanya berat dibanding dengan novel percintaan ala k-pop. Jujur untuk Indonesia yang berat berat selalu dihindari walaupun jauh lebih sangat bermutu.
ReplyDeleteSinetron harus happy ending baru laku. Kalau yang mengungkap realitas bahwa sesungguhnya orang baik tidak harus hidup berbahagia dan berakhir bahagia bakalan kena hujat...he he he...
Saya suka buku buku sastra dan membacanya sesekali. Basis saya lebih ke ilmu pasti dan tidak terlalu peka terhadap hal hal romantis.
Mungkin buku yang paling sering saya baca adalah buku buku tulisan Carl Sagan yang menceritakan perihal astronomi dengan sangat epik, bukunya Mat ridley 'Genom' yang menceritakan perihal genom laksana menulis sebuah novel tentang takdir manusia yang tidak mungkin dapat kita hindari.
Di teruskan dan di perbanyak review buku buku sastra dan novelnya, mbak Einid, pasti akan saya ikuti..
Halo kak Sofyan, menarik, aku dari dulu jarang membaca buku percintaan remaja sebenarnya. Tapi, bukan berarti aku tidak mau membaca kalau memang ada yang mau kolaborasi denganku.
DeleteAku juga suka kalau ceritanya tidak harus selalu happy ending karena realitanya tidak semua berakhir happy ending.
Wah, aku kurang bisa mengikuti buku-buku sejenis ilmu pasti karena dari dulu memang menyukai buku fiksi meski tidak harus romantis.
Wah, ini menarik, tapi, mungkin aku kurang tertarik dengan buku-bukunya atau semoga someday aku tertarik membaca buku-buku karya Carl Sagan yang kakak rekomendasikan.
Terima kasih apresiasinya, aku usahakan ya kak.
menarik, baca ini jadi kebawa suasana taun 70an ya
ReplyDeletedan kisahnya juga khas simple anak remaja yang mengalami jatuh cinta, nggak stress juga nih kalau baca ini
Halo kak, buku ringan yang boleh dibaca di kala senggang. Sesekali membaca buku ringan kan boleh ya kak? :)
DeleteJadi Wim itu nama tokoh utama dari novel terbitan Andi Publisher, padahal penerbit ini terkenal sebagai penerbit buku ilmu pengetahuan ya.
ReplyDeleteUnik juga setting nya tahun 1970an, pasti belum banyak yang tahu, kalo tahun 1990an cukup banyak ya, yang terkenal itu dilan.
Baru tahu tahun 70an orang bule malah di-bully seperti marry ini. Padahal tahun 80an bule malah disukai ya, contohnya film-film tahun 80an banyak yang menggaet bule
Iya kak, aku pertama juga nggak kepikiran kalau Wim itu nama orang.
DeleteSelain itu, mungkin situasinya 1970-an, secantik apapun bule, tetep dibully.
Wah, bener-bener. Tahun 80an bule-bule mulai disukai.
Great novel with beautiful review! I dont think so i get this novel "Wim" (rizki de) from our library here in Turkey but subject is really interesting; i would like to compare 1970's love stories, Romance things to todays issues. Thanks. Greetings from Turkey.
ReplyDeleteHave a wonderful and lovely Sunday!
DeleteHey, thanks. Really? Wow, nice, you know this book in your Turkey Library.
DeleteInteresting post!
ReplyDeletehttps://redamancyy.blogspot.com/
Interesting comment :)
DeletePercintaan diantara dua benua. Menarik
ReplyDeletePercintaan antara bule dan orang Tionghoa di Indonesia yang baru merdeka. Menarik. :)
DeleteNice review ♥
ReplyDeletethis book looks really good:)
ReplyDeleteThank you Leonia. :)
DeleteOh...menarik juga cerita di novel ini. Anak nakal dan miskin kok berani2nya menyukai gadis bule anak penjajah? Hmmmmmm... kontranya pasti banyak ya. Pasti ada sesuatu dalam diri si cewek sehingga amat disukai. Kisah romansa ringan seperti ini enak dirasakan, mengingat zaman muda dulu eeeaaa... :D
ReplyDeleteWah, satu sekolah nggak suka sama dia kak, yang biasa aja sama dia hanya saudaranya Wim karena Wim suka dia.
DeleteBener. Bener. Ringan tapi asyik, bikin rindu sekolah lagi. :)
Dua sudut pandang cerita dalam satu novel itu memang menarik banget dan pasti punya tingkat kesulitan tersendiri dalam menulisnya.
ReplyDeleteBtw, gue juga dulu juga pernah baca buku cerita anak SMA 70an ringan tapi tidak kaku, judul bukunya "Gita Cinta dari SMA" karya Eddy D. Iskandar
Iyaaa, soalnya kita nggak ada di zaman itu ya kan.
DeleteWew, aku belum pernah baca buku itu tapi pernah denger judulnya, kayaknya itu novel terkenal deh. Kalau bahasa nggak kaku, asyik kayaknya.
covernya menarik, saya termasuk pembaca buku yang mempertimbangkan cover sebelum memutuskan untuk membeli buku. Hehehehe
ReplyDeleteHaha... Saya termasuk mempertimbangkan sinopsis, penulis, dan ketebalan, semakin tebal, semakin menarik. Haha...
DeleteWah, menarik nih. Udah lumayan lama aku gak baca buku dengan cerita remaja (---mungkin karena pengaruh usia, hahaha). Ternyata ya dulu dan sekarang berbeda, bahasa sekarang lebih santai. Bisa betul atau bisa juga memang gaya penulisnya yang begitu :)
ReplyDeleteBtw, anak-anak memang cenderung untuk "membully" yang berbeda. At least pengalamnku dulu begitu. Kalau ada anak yang berbeda di sekolah pasti digangguin. Entah itu beda karena penampilan, atau beda karena sifat.
Iya, anak-anak sekolah kebanyakan memang kalau ketemu hal yang beda pasti membully. Mereka belum mendapatkan pelajaran "perbedaan itu indah" dengan menyeluruh.
DeleteAku juga jarang banget sih baca novel remaja, ini juga karena penerbit Andi ngasih ide aku baca novel remaja. Barangkali biar aku nggak kebanyakan baca novel berat. Hihi... Dan tra taaa... ini ide yang menarik, akhirnya aku merasa ringan banget baca Wim.
jadi kepengen baca novel nih
ReplyDeleteBoleh, yuk baca novel yuk. Hehe...
DeleteBerjejaklah ketika berpetualang di sini.
TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.