Dunia selalu mengalami perkembangan, termasuk dunia percetakan. Salah satunya, majalah. Kamu pasti sering mendengar kata majalah. Bagaimana perkembangan majalah di tengah hiruk pikuk dunia yang kini berada pada Era Revolusi Industri 4.0? Sini deh, duduk tepat di sampingku, aku ceritakan sedikit tentang perkembangan majalah pada zaman now.

Majalah Cetak. Gambar: Nid


Aku tidak tahu tepatnya kapan pertama kali majalah diperkenalkan. Namun, majalah menjadi salah satu hiburan yang menyenangkan untuk kebanyakan orang-orang karena majalah memiliki bahasa yang hangat dan berbagai macam rubrik yang menyenangkan.



Bagaimana sih bahasa yang digunakan oleh majalah?

Bahasa yang ada di dalam majalah biasanya menggunakan bahasa yang santai dan hangat. Sehingga pembaca merasa sangat dekat sekali dengan penulis atau majalah tersebut. Namun, ada juga majalah jenis tertentu yang menggunakan bahasa ilmiah. Contoh majalah dengan bahasa santai yaitu, majalah anak-anak atau remaja. Sedangkan, majalah dengan bahasa ilmiah yaitu, majalah pendidikan atau majalah untuk profesor atau ahli tertentu.

Majalah anak-anak ini lucu. Gambar: Nid

Selain itu, bahasa dan materi pembahasan yang digunakan juga menyesuaikan "target pembaca". Siapa yang akan membaca majalah? Jika targetnya adalah majalah anak-anak, tentu saja bahasa dan materi pembahasannya juga disesuaikan dengan anak-anak. Begitu juga untuk majalah remaja dan dewasa.
Kamu juga perlu tahu. Selain majalah memiliki bahasa yang santai dan hangat, namun bahasa yang digunakan juga tidak boleh ngawur. Eh, maksudnya di sini, bahasa yang digunakan harus sesuai dengan kaidah ejaan yang disempurnakan. Sehingga, para pembaca pun tidak akan kesulitan mengikuti isi majalahnya.

Salah satu rubrik yang ada di dalam majalah. Gambar: Nid

Rubrik apa saja yang menyenangkan di dalam majalah?

Majalah merupakan media publikasi atau terbitan yang memuat artikel dari banyak penulis. Nah, tentu saja isi majalah akan bermacam-macam jenisnya. Nah, berbagai macam jenis isi dari sebuah majalah ini dikenal dengan sebutan Rubrik.

Rubrik di dalam sebuah majalah sangat beragam dan menarik sekali. Namun, dari majalah satu ke majalah lainnya memiliki rubrik yang berbeda. Hal ini, sama seperti isi tas kamu dan isi tas aku. Isi tas kita tentu berbeda satu sama lain dan mungkin juga ada yang sama namun beda merk atau brand saja. Misal, isi di dalam tas kamu ada smartphone dan di dalam isi tas aku juga ada smartphone. Tapi, pasti brand smartphone kita beda kan? Nah, hal ini juga berlaku untuk majalah satu dengan majalah lainnya ya.

1. Salam Redaksi
Rubrik ini tentu saja berisi tentang salam dari para pengurus majalah yang dikenal dengan redaksi. Rincian isi dari salam redaksi ini seperti menjelaskan secara singkat tema dan judul majalah. Jadi, pembaca akan selalu mendapatkan salam sapaan yang berbeda setiap waktunya.

2. Surat Pembaca
Rubrik menyenangkan lainnya yang membuat pembaca semakin dekat dengan majalah adalah surat pembaca. Rubrik ini memuat surat dari pembaca yang telah dikirimkan. Eits, tapi tidak semua surat yang telah terkirim akan diterbitkan ya... Biasanya majalah memilih surat pembaca pilihan untuk diterbitkan dan diberi balasan langsung. Keren kan?

3. Berbagai macam artikel
Rubrik utama majalah merupakan artikel seperti opini, reportase, dan lain sebagainya dari redaksi majalah yang telah dilakukan oleh para wartawan majalah. Rubrik ini biasanya mengangkat sesuatu atau tokoh terkenal yang sesuai dengan jenis majalah mereka.

4. Cerpen atau Puisi atau comic
Wah... Kalau rubrik ini sih menjadi rubrik yang juga selalu ditunggu-tunggu para pembaca karena rubrik ini diisi oleh penulis-penulis luar majalah yang mengirimkan tulisan mereka ke majalah. Penulis luar ini bisa saja pembaca majalah itu sendiri. Jadi, kamu boleh banget menulis untuk majalah.

5. Dan sebagainya
Yap, tentu saja rubrik yang ada di sebuah majalah sangat banyak sekali. Jika kamu benar-benar penasaran, kamu boleh kok coba jalan-jalan ke toko buku atau mungkin ke kios-kios pagi untuk beli majalah yang kamu suka. Kamu pasti menemukan isi majalah yang sangat beragam.

Wah, ini comic lucu yang ada di dalam majalah anak-anak. Gambar: Nid



Lantas, bagaimana perkembangan majalah pada zaman now?

Majalah pada awalnya diperkenalkan dengan dicetak dalam bentuk buku namun dengan ukuran yang biasanya lebih besar dari buku tulis anak sekolahan. Ukuran yang digunakan majalah biasanya ukuran kertas A4.

Kertas yang digunakan juga tidak seperti kertas dalam buku tulis, buku paket, bahkan tidak seperti koran kertas. Majalah menggunakan kertas yang tebal dan halus. Sehingga, setiap lembar majalah tidak mudah sobek.

Tinta cetakannya juga boleh dibilang bagus sekali sehingga mempengaruhi pembaca untuk tidak bosan membaca atau sekedar melihat-lihat. Tintanya bisa berwarna-warni untuk tulisan atau gambarnya. Malah, tinta hasil cetakannya terlihat seperti cetakan foto-foto lho.

Oleh karena itu, harga sebuah majalah juga tidak bisa dibilang murah. Namun, majalah zaman sekarang berbeda dari zaman dulu lho.

Kamu pernah mendengar e-magazine atau majalah elektronik?

Kamu dan aku yang hidup pada Era Revolusi Industri 4.0 saat ini, tentu akan memilih segala sesuatu yang lebih simple dan praktis. Begitu juga dalam memilih majalah, sebagai generasi milenial, kita pasti memilih majalah elektronik atau e-magazine.


Nah, apa sih e-magazine ini? Kok terdengar lebih keren ya? Yap, sudah jelas kan ada huruf e di depannya, mirip dong sama e-book yang dikenal oleh ribuan manusia di dunia ini. Jadi, majalah elektronik atau e-magazine merupakan majalah online yang bisa kita konsumsi melalui gadget (atau media elektronik) seperti smartphone, laptop, atau komputer menggunakan internet.

Bagaimana perkembangan majalah pada zaman now?

Terdengar lebih simple dan praktis dong pastinya? Tapi, kamu jangan berharap akan bisa menemukan cetakan berwarna-warni dengan kertas tebal yang terlihat sangat cantik sekali ketika disentuh dan dilihat dari jauh. Hal ini dikarenakan majalah elektronik menggunakan web yang tentu saja tidak sebebas majalah cetak. Majalah elektronik juga cenderung hanya dinikmati mereka yang mengerti teknologi, serta harus menggunakan gadget dan internet.

Nah,
Kamu mau memilih majalah cetak atau elektronik?


Terima kasih untuk teman-teman yang menemaniku mencari ide;
Andesi, Nita, dan Yuni.
Lovely Regards for you, girls.



95 Comments

  1. Menarik.. cerdas.. seperti orangnya.

    ReplyDelete
  2. Sebenarnya lebih suka yang cetak sih. Kebayang dulu pas lagi kecil suka beli majalah gaul trus dipotong potong bagian foto idola kita, trus ditempel di buku diary. Haha.

    Sekarang sih lebih suka e-magz, apalagi kalau bisa download gratis dari websitenya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak.
      Bahkan sampai sekarang aku suka yang cetak sih, enak saja gitu. Bisa fokus waktu baca dan nggak bikin mata capek.

      Btw, kita sama. Aku juga dulu hobby gunting-gunting gambar di majalah karena keren-keren dan kertas majalahnya kan bagus.

      Hehehe...

      Delete
  3. dulu selalu beli majalah PC Media ama PC chips tapi sekarang lebih suka membaca di internet

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah... kelihatan banget kalau Kakak suka dunia IT ya.
      Aku cuma nengok saja sama majalah itu, nggak ngerti.
      Hihi...

      Delete
  4. Bahasa majalah memang renyah buat dibaca seperti bahasa tulisan di blog ini. Saya lebih suka majalah fisik daripada elektronik (EBOOK, WEB) yang gak terasa monoton, dan bisa dibaca lama di waktu santai tanpa lelah di mata..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Kak Fatoni sudah mengapresiasi bahasa tulisan di blog ini. Hihihi...

      Setuju, kalau disuruh memilih, aku suka majalah fisik. Enak saja dibaca lama dan nggak bikin radiasi mata.

      Salam.

      Delete
  5. Dulu saya termasuk yang langganan beli majalah, tampilan dan bentuk yang menarik bikin gk bosen buat baca. Beda dengan koran yang tulisannya menurut saya telalu rapat jadi kesannya banyak banget.

    Sayangnya di kota saya (desa) udah gk ada pengantar majalah (biasanya tiap pagi di anterin bareng koran)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bedanya lagi, kertas yang digunakan. Kertas majalah tebal dan halus. Suka banget sama kertas dan warna dari majalah.

      Yach, sekarang peminat majalah fisik mulai berkurang, jadi ya sepi sih kalau majalah. :(

      Di sini juga begitu kok. Huhu...

      Delete
  6. Sayangnya, ada yang tutup usia ada juga yang beralih dari media cetak menjadi media digital. kadang merasa sedih ketika mendengar ada media yang tutup usia, padahal kiprahnya sudah sangat lama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh iya Kak, bener tuh...
      Ada yang sudah tutup usia, padahal majalahnya keren.
      Mungkin karena tergilas dunia digital nih.
      :(

      Delete
  7. saya dulu suka beli majalah hai...terus ada lagi tabloid...
    sekarang informasi mudah diakses dan semakin praktis... sulit majalah jika untuk komersial di era sekarang... kecuali majalah yang khusus dicetak untuk keperluan tertentu...
    bagus sis, jadi nostalgia...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak, orang-orang sekarang cenderung memilih yang ada di depan mereka, yaitu gadget.
      Padahal majalah cetak juga bagus.

      Terima kasih Kak.

      Delete
  8. kalo di suruh milih mungkin yang versi cetak lebih bagus ketimbang yang majalah elektronik, cuman baiknya itu kalo yg elektronik kita lebih hemat buku, jadi majalah cetak kalo udh gak kepake palingan kan di simpen di tumpuk ampe banyak dan ahirnya ke buang sia-sia :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau kebuang nggak sia-sia sih sebenarnya, kan bisa didaur ulang. Tapi, memang lebih sederhana majalah elektronik, selain nggak makan tempat juga tidak buang-buang kertas.

      Salam.

      Delete
  9. Kalau melihat perkembangannya, bagus juga dibikin e-magazine. Sisanya tinggal dibuat punya ciri khas tersendiri biar berbeda dari media online..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju Kak.
      Kalau ada bedanya kan asyik ya. :)
      Jadi orang tertarik untuk berkunjung dan baca.

      Delete
  10. Dulu waktu kecil dirumah langganan majalah, sampai ganti beberapa kali, gaya bahasanya yg ringan namun tetap informatif jadi daya tariknya,...kalau utk memilih ya tentunya saya lebih suka majalah cetak, nyaman dibaca nggak bikin sakit di mata

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi, sayangnya majalah cetak sudah tergantikan oleh majalah elektronik.
      Kalau bahasa memang santai tapi informatif.

      Terima kasih Kak.

      Delete
  11. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  12. desain nya makin unik dan cantik majalah sekrang karena kemajuan teknologi ya kak, sehingga foto yang tadinya biasa aja bisa di bikin apik dan lebih hidup serta berwarna ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aih iyaaa Kak... kemajuan teknologi bikin majalah juga ikut maju dan jadi lebih keren.

      Delete
  13. Saya lebih suka electronic, bsa mengakses langsung begitu terbit dan bsa dibaca dimana pun saat itu berada

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya, enak. Bisa kapan saja dan nggak bikin berat atau memakan tempat juga.

      Delete
  14. Kalau saya lebih suka majalah cetak, apalagi terbitan jaman dulu..
    "Sini deh, duduk tepat di sampingku, aku ceritakan..........." serasa punya kakak cewek jadinya @_@

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha...
      Tapi, aku bukan kakak kamu. Eh, jadi fokusnya ke kakak cewek.

      Delete
  15. Tapi tetap sih, baca di fisiknya lebih mengasyikan, kalau baca di hape gk betah berlama-lama. Kecuali artikel berita online. Tp kalau bentuknya majalah/tabloid dalam bentuk digital, pasti gk betah berlama-lama baca jika dibandingkan baca fisiknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Capek mata ya Kak?
      Aku aja capek mata kadang-kadang kalau blogging, jadi harus sedikit demi sedikit.

      Delete
  16. aku sih suka baca dalam bentuk apa aja yang penting bermanfaat :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi...
      Aku mah pilih-pilih kalau mau baca sesuatu.

      Delete
  17. Dulu suka koleksi majalah Bobo sama majalah Korea, entah lupa namanya. Sekarang, udah langka kayak gitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak... Sekarang sih sudah langka kayak ada tumpukan majalah hasil koleksi di rumah.

      Delete
  18. Wah sudah lama sekali tidak membaca majalah. Kebiasaan zaman skrg maen scrolling aja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaaa... Sukanya scrolling nih. Aku sekarang baca e-magazine.

      Delete
  19. Dulu saya sering beli Gadis dan Hai. Suka sm tulisannya, gaya2 modelnya, bajunya bagus2, info musik2nya. Sekarang2 ngga pernah lg :') bingung, majalah apa yg cocok sm seusia saya gini. Huahahahah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baca-baca blog saja Kak. Blog juga kayak majalah. Banyak tulisan menarik yang bisa dibaca kapan saja dan dan siapa saja.

      Delete
  20. Ddulu saya paling suka dengan majalah, tapi karena majalah terbitan baru tergolong mahal. saya carinya majalah bekas. Semisal bobo dan gadis. Di Jakarta ada majalah yang menjadi kesukaan saya, majalah seputar kelapa gading yang dibagikan gratis bagi warga kelapa gading. Isinya baguslah, bisa menambah wawasan. Tapi ya itu, saya dapatnya yang bekas, karena bukan warga kelapa gading.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak. Majalah sekarang mahal. Mungkin karena bahannya sih.

      Wah asyik ya... Bisa beli bekas tentang majalah.
      Aku lebih suka majalah elektronik sih.

      Salam.

      Delete
  21. Salah satu majalah yang saya sukai adalah majalah BOBO ..... tapi sayang majalah tersebut kayaknya kalah saing dengan media elektronik :( yang semakin lama semakin booming

    ReplyDelete
    Replies
    1. Majalah Bobo sekarang jadi majalah elektronik juga dan keren sih hasilnya Kak & masih banyak yang baca.
      Tapi, ya radiasinya jelek.

      Salam.

      Delete
  22. Perbedaan majalah cetak dan digital diulas apik.

    Membaca artikel ini anak-anak cilik jaman now jadi tau kalo dulu pernah ada majalah cetak, dijual secara eceran atau juga berlangganan perbulannya.
    Sekarang ..., hampir kesemua majalah cetak yang pernah eksis, berubah jadi majalah digital.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah... iyaa... Makasih pujiannya Kakak.

      Iya Kakak, Generasi Milenial nggak tahu asyiknya majalah cetak dulu yang rubriknya justru lebih berwarna dari majalah elektronik. Aku tuh paling suka kirim surat atau cerpen gitu, jadinya seru. Kalau tulisan diterbitkan seneng banget dan langsung deh dibuat kliping, malah serunya lagi kalau hasil tulisan kita diterbitkan dan dapat hadiah dari majalahnya.
      Semakin semangatlah jadinya.

      Salam.

      Delete
  23. Saya juga penggemar majalah suka beli langganan sama lopernya, syukurlah sebagian media sudah bertransformasi menjadi majalah digital agar terus eksis :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaaa Kak... Syukurlah sekarang majalah-majalah cetak banyak yang bertransformasi jadi majalah elektronik. Jadi tetap eksis dan disukai banyak pembaca.

      :)

      Delete
  24. majalah bobo ternyata ada versi elektrik / digitalnya juga..
    baru tau saya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, aku tuh juga baru tahu setelah browsing-browsing. Hihi...

      Salam Kak.

      Delete
  25. Sebenernya lebih suka majalah cetak

    Sayangnya kurang ramah lingkungan
    Terus harganya juga makin mahal aja sehingga sekarang2 jadi lebih suka baca yang gratisan aja di internet kan wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kertas makin mahal. Kan kertas terbuat dari pohon. Terus pohon di Indonesia harus dijaga.

      Salam.

      Delete
  26. saya juga sama kak suka yang sudah dicetakk.. menambah banyak koleksi majalah dirumah.. jadi ketika bete melanda dan bingung mau ngapain. Tinggal baca sambil ngopi cantik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya... asyik saja kalau di rumah punya koleksi banyak. Kalau ada tamu, bisa buat tamunya buat baca-baca sambil menunggu atau ya setidaknya kita bisa pamer sama tamu. Hehe...

      Delete
  27. Kalau ingin yang praktis saya milih e magazine, ga usah nenteng2 ke mana2...cukup bawa hp saja..�� tapi kadang baca majalah berupa lembaran kertas ngangeni juga...hihi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga rindu lembaran kertas. Ngangenin. Tapi, sekarang pada pindah ke era digitalisasi. Huhu...
      Tapi, gpp.
      Mau nggak mau kita memang harus mengikuti perkembangan teknologi.

      Delete
  28. dulu aku seneng banget baca majalah. saking seneng nya kepengen bikin majalah sendiri sampai akhirnya kepilih jadi pimpinan redaksi majalah sekolah. seru banget ngisi rubrik2 untuk majalah.

    kalo sekarang sih udah sedikit kayaknya ya yg nerbitin majalah. lebih banyak e-magazine soalnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah wah... Keren Kak.
      Aku juga pernah jadi ketua jurnalistik di sekolah karena ya pengen banget punya majalah sendiri.

      Sekarang sih semuanya e-magazine ya Kak.

      Salam.

      Delete
  29. Benar juga. Sudah lama tidak membaca majalah cetak. Digitalisasi seakan tidak pandang bulu, sebab majalah kini ikut-ikutan menjadi digital.

    Terima kasih artikelnya, Kak. Salam hangat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak.
      Pada Era Digital, semuanya menjadi digital.
      Jika tidak digital, ia akan tertinggal di belakamg.

      Terima kasih kembali Kak.

      Delete
  30. Sebenarnya lebih prakyis yang sekarang, tapi kok kangen yang majalah versi cetak ya...soalnya mau dibuka kapan aja gampang tinggal buka kalau ada di rumah tapi kalau e majalah ini emang praktis tinggal buka gadged aja sih...jadi ya bagus semua ah malah jadi bingung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju... kayak kerenan majalah cetak. Bisa dipamerin ke mana-mana dengan di bawa. Jadi ketahuan kita lagi baca apa'an ya Kak.

      Tapi, lagi-lagi lebih praktis sebuah e-magazine.

      Ah, jadi bingung deh.

      Salam Kak.

      Delete
  31. widih rupanya kali ini memang benar-benar mereview majalah bobo ya teh, majalah anak-anak yang paling disukai dijamannya, karena saat itu belum ada gadget atau hp android sehingga anak-anak lebih suka menghabiskan waktu untuk mengisi aktivitas mereka untuk membaca cerita,berbada halnya dengan anak sekarang sukanya main gadget mulu,dari pagi samapi kemalam, mainnya cuma satu,yaiutu game,tentu ini menjadi bahaya tersendiri bagi remaja masa kini dan semoga saja generasi muda jaman sekarang lebih bijak ketika bersosial media

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kakak.
      Tapi fokusnya di perkembangannya kok Kak.

      Sekarang sih memang kebanyakan main game, tapi semoga ke depannya bisa lebih bijak untuk orang tua yang membolehkan anak main game, biar anaknya bisa melakukan yang lainnya.

      Semangat Kakak!

      Delete
  32. yg cetak aja sudah jarang dicetak apalagi dijual... semua sudah digital... huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, sekarang semuanya jadi digital Kak.
      Jadi makin praktis, jadi nggak kelihatan lagi baca apa.
      Hehe

      Delete
  33. Tapi sekarang udah banyak yang tutup dan bangkrut yaaa :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi tidak sedikit yang beralih ke majalah digital kok Kak. :)

      Delete
  34. Perkembangan zaman membuat orang lebih pilih e-magazine ya, padahal membeli dan membaca majalah itu lebih asik karena mata lebih santai, apalagi kena aroma terapi kertasnya hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, nggak radiasi. Terus aroma kertas dan kalau kertas disentuh enak banget.
      Hehe...

      Salam Kak.

      Delete
  35. Udah jarang banget baca majalah.. tp gara2 baca artikel ini jd inget dulu pernah koleksi majalah misteri hahaha
    Sayang bngt sekarang udah jarang... karna sekarang serba berita digital ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduh, majalah misteri itu kayaknya majalah horor dan aku baru tahu ada majalah horor, eh kalau beneran horor sih.

      Hehe...

      Delete
  36. Nah ini dia cerita tentang majalah dari sudut pandang generasi muda. Ternyata memang benar ya, majalah dalam bentuk fisik itu sudah mulai tergeser oleh e-magz. Yah , memang sudah jamannya begitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak... sudah sangat tergeser dan sekarang majalah cetak sudah jarang dijual secara eceran di mana-mana.
      Susah sudah cari majalah cetak.
      :(

      Delete
  37. harus diakui kerana teknologi internet hari ini majalah mulai 'hilang' sedikit demi sedikit...

    baca entry ini saya teringat satu article tentang majalah Playboy. dulu ia cukup gah dan kerap best seller tetapi disebabkan teknologi hari ini, ia umpama seperti kian dilupakan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah... benar sekali Kak, aku jadi ingat. Dulu majalah itu sangat dikenal.

      Terima kasih.

      Delete
  38. izin follow ya kak, agar mudah bersilaturrohim sesama blogger ;)

    ReplyDelete
  39. Dengan e-majalah, gak perlu berat2 bawa kemana2.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kita jadi bebas mengkonsumsi e-magazine dari mana saja. Salam Kak.

      Delete
  40. Kalau Mpo lebih suka yang memasak baik membaca e-magazine maupun cetak.

    Dahulu dan sekarang lebih ke tuntutan jaman akan tetapi majalah Memnag penting untuk perubahan diri dan ekonomi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak Mpo...
      Karena tuntutan zaman, majalah mengalami perkembangan dan perubahan menjadi e-magazine yang lebih praktis dan memudahkan orang-orang membaca e-magazina apapun.

      Salam Kak.

      Delete
  41. Aku lebih senang majalah cetak dulu masih kecil langganan majalah bobo, ananda, aneka sewaktu remaja langganan majalah gadis, mode dan hai.
    Sekarang sudah banyak yang nggak beredar ya alias gulung tutup redaksi majalahnya karena tergerus pekembanfan zaman dan biaya produksinya yang tinggi .Beralih debgan e-magazine.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang menjadi e-magazine. Tanpa harus berlangganan, sudah bisa di baca kapan saja ya Kak.

      Salam.

      Delete
  42. Sekarang sudah banyak media cetak yang tutup. Lebih ke e-magazine. Meski, belum semua orang nyaman membaca yang digital

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, masih ada banyak yang belum terbiasa dengan e-magazine. Jadi pasti pembaca e-magazine hanya mereka yang sudah melek teknologi Kak.

      Salam.

      Delete
  43. Wah bener banget tuh. Terima kasih informasinya. Sangat membantu

    ReplyDelete
  44. Iya Kak. Lumayan susah karena pengencer sudah nggak jualan majalah lagi. Hanya jualan koran saja. :(

    ReplyDelete
  45. Fix ini yang nulis pasti generasi th 90-an. Cuma mereka yang ngalamin masa-masa majalah cetak dan majalah bobo, wkwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huahahaha...
      Iya. Generasi 90an yang ngalami majalah cetak dan dan transisinya ke majalah online.

      Ah, bikin ketahuan aja deh. Kan nggak enak Kak.

      Salam.

      Delete
  46. dulu jarang sekali baca majalah kebanyakan itu juga majalah bekas dari saudARA yang merantau

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah... karena nggak ada majalah, akhirnya bela-belain baca majalah bekas. Tapi, gpp. banyak artikel yang masih bisa dibaca kok.

      Delete
  47. Majalah, kalau generasi milenial sekarang ini lebih suka baca status orang lalu komentar-komentar, dibanding dengan membaca majalah.

    ReplyDelete

Berjejaklah ketika berpetualang di sini.

TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.