Tiba-tiba Review Film Dua Garis Biru Karya Gina S. Noer - Lo pakai kondom nggak sih?
DUNIA MELIHATKU - Ok. Aku tahu, kenapa judulnya ada kata "tiba-tiba". Sejujurnya aku menghindari membahas Film Dua Garis Biru Karya Gina S. Noer. Kenapa? Bukan karena film ini kontroversial lho, tapi aku yakin banget sudah sejagad raya yang menulis Review Film Dua Garis Biru. Penasaran? Coba deh berselancar di internet dengan keywords "Dua Garis Biru". Bejibun ampun dan hampir semua yang membahas Film Dua Garis Biru sepemikiran alias sama. Kalau aku? Kok aku tiba-tiba Review Film Dua Garis Biru Karya Gina S. Noer? Langsung aja yuk!
Film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer secara keseluruhan mendapatkan apresiasi luar biasa sebagai film edukasi seks dari sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk para creater yang memberikan review mereka terkait film ini. Beberapa creator mereview film Dua Garis Biru dari sisi jalan cerita, makna dari berbagai property atau adegan di film garapan Gina S. Noer, hingga review dari sisi medis-nya.
Pada adegan pertamanya, Dewi pulang ke rumah dan masuk ke kamar Bima. Dia marah-marah ke Bima selayaknya kakak pada umumnya. Kemudian di tengah-tengah kemarahannya, dia memberikan pertanyaan retorik kepada adiknya, "lo pakai kondom nggak sih?" Jika ini terjadi padamu, sebagai saudara atau sahabat dekat sedang marah-marah tentang "masalah ini", apakah kamu juga akan menanyakan kalimat tanya retorik seperti ini "lo pakai kondom nggak sih?" Pantaskah pertanyaan ini keluar?
Sampai saat ini, aku akhirnya berusaha mengingat-ingat kejadian-kejadian yang pernah aku alami. Well, sebagai manusia sosial, hidupku dan orang-orang di sekitarku nggak mulus-mulus amat lho. Aku juga punya teman, sahabat, bahkan saudara yang memiliki masalah terkait "hamil di luar nikah". Tapi, terlepas dari berjilbab atau tidaknya alias di luar konteks agama, aku belum pernah menanyakan "kamu pakai kondom nggak sih?" atau sejenisnya yang artinya mengarah ke "boleh" melakukannya.
Gimana ya? Susah sih jelasinnya, tapi ini kayak... Eh, kamu abis bikin telor dadar yak? Kelihatannya enak nih, kamu pakai garam nggak sih bikinnya?
Sampai saat aku menulis ini, aku masih bingung dan aku ingatnya saat mendengar teman atau saudara terdekat mengalami kejadian ini, aku cuma bisa speechless dan dalam hati cuma bisa bilang "Sumpah, nggak nyangka sih dia bisa melakukannya", terus keluar dari mulutku cuma bisa marah-marah "masa depan kamu gimana? Terus aku cerita ke temen-temen kita gimana?" ya semacam begitu atau bisa semacam apa yang disampaikan Rachel Amanda, kecuali bagian "lo pakai kondom nggak sih", coret aja. Kamu pernah punya pengalaman yang sama seperti aku nggak?
Nah, seharusnya Gina S. Noer tidak perlu mengeluarkan pertanyaan retorik ini dalam percakapannya Dewi. Tapi, beda lagi jika keluarga Bima dan Dewi tidak ditampakkan religius dan Bima sudah kuliah, sepertinya lebih cocok sih. Nah, ini, Bima masih SMA dan dari keluarga religius. Rasanya menurutku kurang tepat saja sih.
Kamu ngerti kan maksudku? Misalnya nih, Bima merupakan anak bandel, udah lebih dewasa, kuliah barangkali. Lalu, ayah ibunya terlihat kurang peduli dan Dewi juga sebagai perempuan muda yang bebas. Kayaknya lebih cocok dengan pertanyaan "lo pakai kondom nggak sih?"
Bisa juga, tanpa perlu mengganti setting utama cerita, Gina S. Noer juga bisa mengganti adegan "kondom" sebagai bagian dari edukasi seks dengan adegan Bima dan teman-temannya sedang bercerita dan browsing tentang kondom itu sendiri di internet atau bahkan sejenis guyonan-guyonan sederhana terkait kondom di antara anak-anak SMA, seperti "apa sih kondom ini?" atau "katanya, kondom bikin nggak hamil" atau "Iih, Bima itu berani banget ya dan pasti dia nggak pakai kondom". Selain, agar pesan lebih tersampaikan juga tidak terdengar kurang nyaman di kehidupan keluarga yang notabene 'baik-baik saja' dan masih aneh kalau harus mengucapkan 'kondom' di antara sesama keluarga.
Asri Welas hadir sebagai ibu muda yang tengah hamil dan bertemu dengan keluarga Bima dan Dara ketika sedang menunggu di rumah sakit. Dia dengan ramah menawarkan buah dan memulai obrolan. Kemudian, dia terkejut ketika mengetahui kebenaran dan merasa heran. Ya, dia benar-benar mewakili ibu-ibu yang ramai sih. Pasti deh! Pulang dari periksa, dia langsung heboh. Hehe...
Kalimat ini tuh sebenarnya maknanya dahsyat sekali. Kenapa? Dengan kamu sering ngobrol dengan orang-orang terdekat kamu atau orang tua kamu, aku yakin hubungan kamu dan mereka pasti akan terjalin dengan baik lho. Hal ini dikarenakan kalimat 'tanpa sadar' bisa saling terbuka dan mengerti satu sama lain.
Makanya, orang tua sebaiknya sering-seringlah ngobrol dengan anak-anak mereka. Aku merasakan sendiri nikmatnya bisa mengobrol dengan orang tua yang mau terbuka memberi ruang dan waktu untuk ngobrol santai dengan anak-anaknya. Aku jadi berani untuk menyampaikan keinginanku dan bisa menanyakan hal apa saja kepada mereka.
Sebelum terlambat, mari saling memberi ruang dan waktu untuk orang-orang terdekat kita.
Menurut kamu, Film Dua Garis Biru karya Gina S Noer bagaimana?
![]() |
Dewi memarahi Bima. Printscreen: Nid |
Film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer secara keseluruhan mendapatkan apresiasi luar biasa sebagai film edukasi seks dari sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk para creater yang memberikan review mereka terkait film ini. Beberapa creator mereview film Dua Garis Biru dari sisi jalan cerita, makna dari berbagai property atau adegan di film garapan Gina S. Noer, hingga review dari sisi medis-nya.
- Trailer Film Bumi Manusia Sudah Tayang? Wah..
- Review Novel Bumi Manusia Pendekatanku dengan Minke dan Pram
"Lo pakai kondom nggak sih?"
Rachel Amanda sebagai kakak perempuannya Bima benar-benar memiliki karakter sebagai kakak pertama. Ia berjilbab dan diperlihatkan sebagai perempuan religius. Aku suka karakter Dewi dan aktingnya.Pada adegan pertamanya, Dewi pulang ke rumah dan masuk ke kamar Bima. Dia marah-marah ke Bima selayaknya kakak pada umumnya. Kemudian di tengah-tengah kemarahannya, dia memberikan pertanyaan retorik kepada adiknya, "lo pakai kondom nggak sih?" Jika ini terjadi padamu, sebagai saudara atau sahabat dekat sedang marah-marah tentang "masalah ini", apakah kamu juga akan menanyakan kalimat tanya retorik seperti ini "lo pakai kondom nggak sih?" Pantaskah pertanyaan ini keluar?
Sampai saat ini, aku akhirnya berusaha mengingat-ingat kejadian-kejadian yang pernah aku alami. Well, sebagai manusia sosial, hidupku dan orang-orang di sekitarku nggak mulus-mulus amat lho. Aku juga punya teman, sahabat, bahkan saudara yang memiliki masalah terkait "hamil di luar nikah". Tapi, terlepas dari berjilbab atau tidaknya alias di luar konteks agama, aku belum pernah menanyakan "kamu pakai kondom nggak sih?" atau sejenisnya yang artinya mengarah ke "boleh" melakukannya.
Gimana ya? Susah sih jelasinnya, tapi ini kayak... Eh, kamu abis bikin telor dadar yak? Kelihatannya enak nih, kamu pakai garam nggak sih bikinnya?
Sampai saat aku menulis ini, aku masih bingung dan aku ingatnya saat mendengar teman atau saudara terdekat mengalami kejadian ini, aku cuma bisa speechless dan dalam hati cuma bisa bilang "Sumpah, nggak nyangka sih dia bisa melakukannya", terus keluar dari mulutku cuma bisa marah-marah "masa depan kamu gimana? Terus aku cerita ke temen-temen kita gimana?" ya semacam begitu atau bisa semacam apa yang disampaikan Rachel Amanda, kecuali bagian "lo pakai kondom nggak sih", coret aja. Kamu pernah punya pengalaman yang sama seperti aku nggak?
Nah, seharusnya Gina S. Noer tidak perlu mengeluarkan pertanyaan retorik ini dalam percakapannya Dewi. Tapi, beda lagi jika keluarga Bima dan Dewi tidak ditampakkan religius dan Bima sudah kuliah, sepertinya lebih cocok sih. Nah, ini, Bima masih SMA dan dari keluarga religius. Rasanya menurutku kurang tepat saja sih.
Kamu ngerti kan maksudku? Misalnya nih, Bima merupakan anak bandel, udah lebih dewasa, kuliah barangkali. Lalu, ayah ibunya terlihat kurang peduli dan Dewi juga sebagai perempuan muda yang bebas. Kayaknya lebih cocok dengan pertanyaan "lo pakai kondom nggak sih?"
Bisa juga, tanpa perlu mengganti setting utama cerita, Gina S. Noer juga bisa mengganti adegan "kondom" sebagai bagian dari edukasi seks dengan adegan Bima dan teman-temannya sedang bercerita dan browsing tentang kondom itu sendiri di internet atau bahkan sejenis guyonan-guyonan sederhana terkait kondom di antara anak-anak SMA, seperti "apa sih kondom ini?" atau "katanya, kondom bikin nggak hamil" atau "Iih, Bima itu berani banget ya dan pasti dia nggak pakai kondom". Selain, agar pesan lebih tersampaikan juga tidak terdengar kurang nyaman di kehidupan keluarga yang notabene 'baik-baik saja' dan masih aneh kalau harus mengucapkan 'kondom' di antara sesama keluarga.
Asri Welas mewakili ibu-ibu yang 'ramai'
Aku nggak nyangka dong kalau ada Asri Welas karena aku suka sekali dengan kehadiran Asri Welas yang mampu menghidupkan sebuah film dengan karakternya yang khas namun nggak membosankan. Aku kira sosok Asri Welas di berbagai film tidak bisa tergantikan.Asri Welas hadir sebagai ibu muda yang tengah hamil dan bertemu dengan keluarga Bima dan Dara ketika sedang menunggu di rumah sakit. Dia dengan ramah menawarkan buah dan memulai obrolan. Kemudian, dia terkejut ketika mengetahui kebenaran dan merasa heran. Ya, dia benar-benar mewakili ibu-ibu yang ramai sih. Pasti deh! Pulang dari periksa, dia langsung heboh. Hehe...
- Review Novel Anak Semua Bangsa Karya Pramoedya Ananta Toer
- Review Novel Jejak Langkah Karya Pramoedya Ananta Toer
"Seharusnya kita sering-sering ngobrol kayak gini ya, Bim"
Sedikit bonus, aku benar-benar terharu dengan kalimat sederhana ini. Aku salut dan ingin saat itu juga di depan Gina S. Noer aku mengucapkan terima kasih yang luar biasa karena dia membuat kalimat penyesalan sederhana ini ada untuk disampaikan oleh ibunya Bima ke Bima di tengah-tengah penyesalan mereka.Kalimat ini tuh sebenarnya maknanya dahsyat sekali. Kenapa? Dengan kamu sering ngobrol dengan orang-orang terdekat kamu atau orang tua kamu, aku yakin hubungan kamu dan mereka pasti akan terjalin dengan baik lho. Hal ini dikarenakan kalimat 'tanpa sadar' bisa saling terbuka dan mengerti satu sama lain.
Makanya, orang tua sebaiknya sering-seringlah ngobrol dengan anak-anak mereka. Aku merasakan sendiri nikmatnya bisa mengobrol dengan orang tua yang mau terbuka memberi ruang dan waktu untuk ngobrol santai dengan anak-anaknya. Aku jadi berani untuk menyampaikan keinginanku dan bisa menanyakan hal apa saja kepada mereka.
Sebelum terlambat, mari saling memberi ruang dan waktu untuk orang-orang terdekat kita.
Menurut kamu, Film Dua Garis Biru karya Gina S Noer bagaimana?
Terima kasih Kak Putri sudah menemani menonton.
41 Comments
baca ulasannya, jadi penasaran nih sama alur ceritanya..
ReplyDeleteHehehe... Apakah sudah menonton?
DeleteBaru trailer-nya kak, hehehe..
DeleteSaya belum pernah menontonnya, dari review diatas saya juga kurang bisa mengerti akan keseluruhan tema film yang disampiakan.
ReplyDeleteTadi langsung nonton trailernya oh begitu ceritanya.
Iya, maaf kak, saya sih sedang fokus membahas "Lo pakai kondom nggak sih di film Dua Garis Biru"
DeleteBelum nonton, tapi dari review kak einid aku jadi tau kayak gimana tema filmnya. betewe ini mirip banget kayak film korea di tahun 2005 yang judulnya jeny & juno.
ReplyDeleteMirip, tapi menurutku lebih keren ini karena semua masalah ada. Kalau Jenny & Juno masih ringan. :)
Deletewah takut nih lihat dialognya sekarang nggak ada yang tabu lagi ya
ReplyDeleteHehehe...
DeleteIya, bikin kaget dan krik sih. :D
jadi penasaran sama filmnya. Bener kata "kondom" agak tabu sih kalau diucapin dalam keluarga yg religius. Jaman SMA aja aku sama temen2 suka jokes soal kondom tp sebatas kondom (silicon case) hp wakaka.Sering ngobrol dengan ortu pun alhamdulillah ortuku terbuka orangnya tapi seringnya kita anaknya harus manut mereka kalau enggak manut nanti auto dosa, nah ini yg sedang kuperbaiki dalam hubungan dengan anakku sekarang, agar aku juga bisa paham apa yg diinginkan anak nggak sebatas egoku belaka.
ReplyDeleteIya nih Kak, aku juga, dulu zaman SMA ya bahasnya kondom untuk hp. Hehe...
DeleteSebenernya film ini film sederhana. Karena dalam kehidupan nyata ada banyak yang kaya gini. Ini bukan masalah tabu-gak tabu, tapi gimana kita bisa dewasa dalam menanggapi segala sesuatu.
ReplyDeleteiya kalau kita yang lihat bang kalau anak SMP gimana coba
DeleteMakanya kita harus ajarin seorang anak berpikir kritis.
Deleteanak sekarang diotaknya hanya freepire ama pubg dab mobile legend bang , apalagi dijejali dengan youtuber toxic yang jadi idola mereka
DeleteWkwkwkwk... ini di luar konteks tabu nggak tahu emang Kak, cuma agak aneh saja, nggak singkron sama keadaan keluarga.
DeleteAnak sekarang diotaknya freepire sama pugb, nggak juga kok Kak. Yang penting balik lagi ke orang tua merawat anaknya gimana. Iya kan? :)
kalau mau rilis film ini di malaysia rasanya tak lepas barangkali😊
ReplyDeleteFilmnya keren sekali lho Kak... serius...
DeleteBaru tahu nih film, meskipun pernah lihat di iklan youtube tapi aku skip dan tidak ingat wkwk. Ternyata begitu, wkwk. Eh aku udah pindah blog kak, jadi yang Fikpedia diganti aja dengan Nurhidayat dan url https://www.nurhidayat.web.id + deskripsi membahas design dan teknologi wkwkwk. Maaf kak, aku jarang kunjungi blog ini. Terimakasih..
ReplyDeleteSeteah aku balik lagi kesini, karena waktu itu aku belum tonton trailernya. Sekarang ditonton dan uh kayanya ini film bakal seru..
DeleteHehehe... silahkan ditonton ya Kak. Siap, sudah nid ganti kok.
DeletePembahasan di awal masih hitam-putih, Nek. Jadinya, bahasan hanya di seputaran mana bermoral dan mana tidak. Tapi adegan alternatif soal kondom boleh juga, meski Dara dan Bima diceritakan lebih sering bersama ketimbang bareng teman-teman mereka yang lain. Dan lagi, akses internet Bima hanya untuk main gim.
ReplyDeleteMungkin kalau nenek sempat, untuk memperkaya sudut pandang soal psikologi, kehamilan tidak diinginkan dan lainnya, bisa baca website alternatif seperti magdalene, voxpop dan lainnya.
Siap Poppy. Baiklah... aku agak kurang kurang nyaman saja sih, belum mau ke arah sana dulu. Lagi membaca yang lainnya dulu ini.
Deletemenarik….karena diangkat dari fakta sehari hari…
ReplyDeleteExcellent review
Terima kasih Kak Erlambang.
DeleteAku malah belum nonton film ini mbak.
ReplyDeleteEntah knp kalau ada sodara atau tmn yg hamil dilaur nikah, aku malah pilih no comment, rasanya canggung banget buat bertanya seperti itu (lo pake kondom ga sih?) malah kayaknya ga mungkin banget ya tanya seperti itu mbak hehehe
Nah, ternya memang nggak hanya aku yang berpikiran seperti itu. Canggung sih, meskipun itu cowok yang ditanyain.
DeleteSayangnya, dalam dunia kesehatan di Indonesia, itu salah satu kunci penting yang disosialisasikan ke masyarakat
ReplyDeleteNggak apa-apa, asal pake kondom
:'(
Soalnya dalam bidang kesehatan yang ditekankan itu sebatas dia tidak menyebarkan penyakit menular atau sebatas dia tidak hamil. dmei menjaga prevalensi penularan HIV/Aids dan penyakit lainnya, serta mencegah prevalensi kehamilan tak diingingkan.
Karena pencegahan lewat nilai sudah dianggap jadi bagian dari jobdesk institansi lain, sedangkan bidang kesehatan fokus di pencegahan penularan penyakit dan pencegahan kehamilan tak diingingkan
Tapi sebagai muslim gimana lah ya hiks hiiks
#curhat anak kesehatan
Iya nih Kak, aku kurang mengerti tentang bidang kesehatan yang ada cuku menekankan sebatas tidak menyebarkan penyakit menular atau tidak hamil.
DeleteAku mendengarkan dengan baik curhatanmu, tapi nggak bisa kasih solusi karena aku mengalami kegelisahan edukasi seks yang masih seputar "tidak menularkan / tidak hamil".
Pertanyaan yang serem tuh bagi saya yang konservatif hehehe
ReplyDeleteAku nggak konservatif sih, cuma lingkungan keluarga yang konservatir, kalau tiba-tiba terdengar kata ini, mungkin langsung kena sidang. Hehe...
Deletefilm degradasi moral nih :)
ReplyDeleteKenapa? Nggak kok, film ini bagus.
DeleteDalem kali judulnya kaka saya suka :v
ReplyDeleteJudulnya saja yang suka? Hehe... becanda, terima kasih Kak.
DeleteWah sepupuku kerja untuk edit poster ini nih...hehe I'm a proud cousin. *Norak
ReplyDeleteWow... keren dong kok... Aku suka posternya Dua Garis Biru, kenalin dong. Imut imut gimana gitu, pengen dibikinin juga dong Kak.
DeleteBaru tahu kalau ada adegan dan kalimat kayak gitu, karena jujur yang menyakitkan saya belum nonton film ini sampai sekarang, kalau mau nonton harus ke bioskop dulu di madiun... Wah... Jauh banget, jadi cuma sempet nonton trailernya aja
ReplyDeleteLhooo... tinggal di mana Kak?
DeleteSayang, padahal film ini termasuk film yang keren lho Kak, aku aja suka banget.
Duh udah komen panjang lebar malah eror... Wkwk intinya saya belum nonton tapi fari review kakak diatas, saya rasa memang dari cerita filmnya juga di ceritakan apa adanya secara gamblang sesuai fenomena di masyarakat yang saya serimg temui 2 tahun terakhir ini...
ReplyDeleteYap... terima kasih kakak. Semoga nggak error-error lagi ya Kak biar komentarnya tersimpan dan terkirim dengan baik. Terima kasih.
DeleteBerjejaklah ketika berpetualang di sini.
TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.