Dunia Melihatku - Dulu awal Covid-19 atau Virus Corona datang ke Indonesia, orang-orang sibuk menjadi orang pertama yang menyebarkan cerita di beranda media sosial atau bahkan di status 24 jam. Demikian aku. Sibuk sekali. Lalu, bagaimana? Siapa yang menjadi orang pertama? Entah, tidak tahu. Namun, kini agaknya berbeda. Orang-orang mulai bosan dengan Corona. Entah, sepertinya orang-orang mulai bosan dan tak lagi peduli menjadi orang pertama yang paling tahu tentang Corona. Aku? Sama.

Mereka senang, kita pun senang. Gambar: @duniabelajarmalang

Sejak setelah sakit hingga mengalami kecemasan karena Covid-19, aku tidak lagi sibuk membanjiri beranda media sosialku dengan Corona. Tapi, sekarang sih aku kembali lagi membanjiri beranda media sosialku dengan Corona. Cuman nggak sibuk nyari berita berapa banyak kasus Covid-19. Nggak! Aku lebih fokus ke bagaimana cara kita memerangi Covid-19.

Bagaimana Aku Perang Melawan Covid-19

Jangan bayangkan aku benar-benar membawa pedang ya. Covid-19 ini kan kayak hantu, kalau kita bawa pedang, yang ada pedangnya dipenuhi virus. Haha... apa'an sih? Ah, kebanyakan nonton film ini. Jadi, seperti yang sudah aku ceritain sebelumnya, aku jadi relawan Covid-19. Yap, aku bersama tim dari @duniabelajarmalang membuka galang donasi Covid-19.

Siapa target kita? Seperti yang kamu lihat, komunitas Dunia Belajar bukan komunitas besar dan donasi yang terkumpul tidak sebanyak yang kamu kira. So, untuk sementara, target kita masih mereka para tunawisma. Bayangkan? Kita semua sudah mengikuti aturan pemerintah untuk jaga jarak fisik hingga pakai masker, bagaimana dengan mereka? Apakah mereka juga bisa seperti kita? Mampukah mereka?
Himbauan jarak fisik, tak lantas aku melupakan mereka. Kasihan mereka. Tidak begitu tahu bagaimana pergerakan dunia, namun tetap harus di jalanan karena ibu mereka adalah bumi yang mereka pijak. Sementara kita? Selain bumi, kita punya ibu di rumah atau setidaknya kita memiliki orang-orang yang bisa memeluk kita kalau kita sedih. Sedangkan mereka? Dipeluk siapa? Hanya dipeluk bumi yang mereka pijak.

"Ini apa?" Ini Masker dan Hand Sanitizer, Kakek

Rasanya hatiku terluka saat seorang Kakek dengan lugu bertanya apa yang tengah kita berikan kepadanya. Ya Tuhan, apakah dunia telah lupa keadaan mereka karena terlalu sibuk menolong diri sendiri?

Kakek tidak tahu cara menggunakan masker dan hand sanitizer. Gambar: @duniabelajarmalang

Jarak fisik tentu ada. Namun, tak rela rasanya, jika kita memberikan masker dan hand sanitizer begitu saja kepadanya. Kita kemudian turut membantu mengenakan masker dan mencontohkan bagaimana cara menggunakan hand sanitizer. Kita jelaskan pula apa itu Covid-19 dan mengapa begitu berbahaya. Kita jelaskan pula kepadanya.

Kek, jalanan sepi. Orang-orang tak banyak hilir mudik. Toko-toko tutup. Pasar juga tak sepenuhnya buka. Kakek tahu ke mana orang-orang pergi? Mereka tak lantas berbondong-bondong pindah kota. Tapi, mereka mengunci diri di rumah, Kek.

Ini perintah presiden kita. Mereka waspada. Mereka ingin memulihkan kota dan negeri elok nan permai kita dari virus menakutkan yang tak kasat mata, tapi menghancurkan. Kota kita menjadi kota mati, Kek. Tapi, hanya sementara. Kakek akan melihat keramaian lagi kelak.  Percayalah.

"Kakek, jaga kesehatan ya... Jangan sampai terpapar virus Corona." Doaku begitu Kakek mengangguk-angguk setelah mengenakan maskernya. Kedua bola matanya tampak mengatakan iya dan aku yakin ada senyum manis yang tersembunyi dibalik masker pemberian kita. Seolah ada ucapan terima kasih karena kita masih peduli padanya.

Tak Lantas Aku Melupakannya

Tak adil rasanya jika kita sibuk menolong diri sendiri tanpa menolong mereka yang tak mampu. Bayangkan? Kita sudah susah-susah menolong diri sendiri, tapi mereka ternyata tak tertolong. Lalu, mereka terpapar virus semua. Apa yang terjadi di negeri kita ini? Ah, hancurlah kita. Kota-kota akan semakin mati. Para polisi, medis, hingga relawan di pertahanan terakhir semakin lelah hingga lupa lelah itu sendiri.

Apalagi kita juga sudah sering mendengar berita pahlawan Covid-19 di pertahanan terakhir juga terpapar virus hingga meninggal. Sedih rasanya...

Lalu, kenapa kita malah melupakan mereka yang tak punya rumah dan sibuk bekerja harian di luar rumah. Mereka tentu mengalami kesulitan melebihi kita yang masih asyik belajar, bekerja, dan beribadah di rumah aja sambil sesekali masak mie instan. Rezeki mereka tentu berkurang luar biasa karena kota-kota di negeri tercinta kita mendadak menjadi kota-kota mati.

Mari kita sama-sama menolong mereka. Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang bisa menolong mereka? Mereka justru rentan sakit, rentan terkena virus, dan rentan menularkan juga.

Beri sedikit rezeki kamu untuk mereka ke @duniabelajarmalang. Tidak apa-apa meski hanya 10.000, semoga kamu mendapatkan gantinya di masa depan. Tuhan tidak lupa. Percayalah... 

Namun, kalau kamu tak mampu berbagi sedikit rezeki kamu, tak apa. Kamu bisa mengajak teman-teman kamu untuk berbagi rezeki untuk mereka melalui 
@duniabelajarmalang.

Pesan singkat:
Kami menerima uang (sekecil apapun itu), keperluan logistik yang berkaitan dengan Covid-19, sembako, pakaian lama, koran-koran lama, hingga apa pun yang dapat kami jual dan dijadikan donasi yang layak untuk mereka.

Maukah kamu turut menolong mereka? Atau bagaimana kisah kamu dan kota kamu melawan Covid-19? 



22 Comments

  1. alhamdulillah.. kegiatan nya bagus sekali mba. keren

    ReplyDelete
  2. Kasihan kakek itu ya, dia sepertinya tidak tahu mengapa orang semakin sedikit, diberikan masker juga masih tidak paham.

    Mbak Shandy tetap semangat ya membantu sesamanya. Insya Allah virus Corona akan pergi.😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak, sedih rasanya tahu banyak orang belum tahu arti masker dan hand sanitizer. Huhu...

      Aamiiin...
      Semangat berjuang melawan Covid-19 dengan di rumah aja ya Kak.

      Delete
  3. Kecanggihan internet emg luar biasa ya, dalam sekejab informasi apapun bisa tersebar seantero dunia, virusnya blom nyampe, eh paniknya udah dtg duluan. Jadi inget, pas katanya dulu pernah ada wabah sars dan mers, ketika saya cuma tau sekilas lewat berita di tvri malam hari, sisanya gak peduli, karena gak pernah nonton tv, blom ada internet di handphone. Sibuk nyari makan buat nyambung hidup. Hingga kemaren2 gak akan pernah tau kalo gak karena info yg bersliweran di internet, bahwa dulu jg sempat kyk gini di negara terdampak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak, aku dulu juga nggak tau berita-berita, semenjak internet mulai menjadi salah satu kebutuhan dasar, wah... segalanya jadi mudah dan cepat.

      Sedangkan untuk mereka yang tidak mampu menjamah internet, tetap tertinggal di belakang. Sedih sekali rasanya Kak.

      Semoga kita bisa menyebarkan kebaikan selalu.

      Delete
  4. Luar biasa semangat kak Einid jadi sukarelawan epidemi.

    Semoga makin berkah , kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak.
      Terima kasih banyak.

      Jaga kesehatan ya Kak.

      Aamiin...

      Delete
  5. Semangat ya, Mbak Einid. Semoga semakin banyak yang bisa ditolong dan terhindar dari virus ini. Aku setuju sama kata Mbak Einid, percuma kita egois menjaga diri sendiri kalau di luar sana banyak orang yang terpapar dan tak tertolong sama sekali.

    Jujur, aku gak setangguh Mbak Einid. Di sini aku hanya sendiri dengan suami. Tidak mengikuti organisasi tertentu sama sekali. Sebenarnya ingin rasanya ikut menjadi relawan seperti halnya yang dilakukan Mbak Einid. Tapi kalau hanya berdua sepertinya efeknya kurang. Jadi kami hanya ikut membantu melalui sumbangan saja. Dan tentunya selalu #stayathome supaya membantu untuk tidak berkontribusi menambah jumlah penularan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin... terima kasih atas apresiasinya dan serta turut sadar dengan mereka ya Kak.

      Iyaa... Gpp Kak. Kakak dan suami juga turut membantu dengan #dirumahaja serta kalau ada rezeki lebih boleh bersumbang juga untuk para relawan yang berusaha menyalurkan kebahagiaan kecil kalian yang dititipkan ke kita untuk mereka.

      Semangat ya Kak...

      Delete
  6. Sungguh mulia dirimu. Aku juga kepikiran gimana orang rasanya orang orang yang gak punya rumah, sedangkan pemerintah memerintahkan untuk diam dirumah.

    Para pedagang yang rezekinya dijalanan juga kian memprihatinkan, aku ada baca tentang tukang becak yang sehari nggak ada orang yang make jasanya. Gimana bisa makan?

    Salah satunya aku sendiri yang kalau nggak kerja jaga toko. Gimana mau dapat duit buat kebutuhan hidup, jaga toko juga pembelinya sedikit. Kudu ekstra hati hati, jaga kebersihan, jaga jarak pula. Kian makin meringis isi dompet.

    Corona memang bajingan ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Kak, terima kasih atas apresiasinya.
      Iya, aku dan teman-teman jadi kepikiran tentang mereka. Nggak mungkin juga mereka berharap berada di keadaan "tidak mampu" jika bukan karena latar belakang yang "kurang baik" juga kan?

      Jangankan tukang becak, ojek online bahkan sehari cuma bisa dapat 1 sampai 2 penumpang saja karena semakin sepi. Tempat-tempat publik di tutup, tak mungkin ada masyarakat yang mau ke mana-mana kan?

      Bahkan penjaga toko, tidak ada lagi pembeli? Kalaupun ada pembeli, hanya satu dua yang mereka tentu hanya orang-orang sekitaran saja.

      Corona memang bajingan!

      Delete
  7. wah...mantap aktifitasnya: membantu sesama.

    ReplyDelete
  8. Jadi apakah ini yang dimaksud dengan filantropi?

    Entalah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwk...
      Sudah lama aku baca komentar kamu dan hal pertama yang aku lakukan adalah tertawa sembari berkata "bisa jadi bisa nggak".

      Tapi, aku juga ngerasa ini filantropi karena kenapa kita tak menolong tim medis Indonesia?

      Ah, tapi menurut kita, sudah ada tetangga sebelah yang menolong dan mendukung, jadi kita memilih mereka yang hampir tak diinginkan atau tak terlihat.

      Delete
  9. banyak orang2 di luaran sana yg ternyata belum mengerti tentang virus ini dan bahayanya ya,, contohnya seperti kakek itu.. sungguh kasihan kalau mereka terkena covid-19 karena kurangnya informasi kepada mereka. :(

    -Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya dan hal ini menyadarkan kita bahwa dunia kita jauh berbeda dengan dunia mereka atau sebaliknya.

      Semoga kita semua bisa saling membantu dengan memberi pengertian betapa berbahayanya virus ini, namun bukan dengan cara menakut-nakuti. Beri pengertian juga kita bisa menangkalnya dengan banyak cara, salah satunya dengan menjaga kebersihan tubuh dan tangan.

      Delete
  10. Sama mba. Dulu aku jg sempat mengalami kecemasan, khawatir kalo badan yg sedang drop kala itu disebabkan covid. Ternyata bukan. Dan benar, puasa medsos itu membantu pemulihan kondisi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, syukurlah bisa pulih lagi setelah puasa medsos.
      Aku sampai detik ini sering bikin status "tidak menerima pertanyaan Covid-19" karena background sebagai seseorang yang bisa menjadi ruang bertanya terkait Covid-19.

      Semoga kita tetap sehat dan tidak mudah cemas, tapi tetap waspada.

      Semangat ya Kak!

      Delete
  11. Mata saya jadi burem pas baca kisah si kakek😭. Di luar sana ada banyak orang nggak beruntung yang lebih menderita karena adanya pandemi. Nggak punya kerja, nggak ada rumah dan keluarga, lapar. Ah... Bikin mewek bayanginnya.
    Semoga Allah selalu melindungi mereka.
    Semangat untuk kegiatannya mbak sandy💪 keren banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga sedih Kak begitu turun ke jalanannya, aku merasa selama ini aku egois jika bilang aku kurang beruntung. Nyatanya aku lebih beruntung dari mereka. Tepatnya, kita jauh lebih beruntung dari mereka.

      Semangat juga ya Kak, semoga usaha kita untuk turut memerangi Covid-19 tidak berhenti. Semangat!

      Delete

Berjejaklah ketika berpetualang di sini.

TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.