DUNIA MELIHATKU - Nama Seno Gumira Ajidarma sudah tidak asing di telingaku beberapa tahun belakang. Sebelum mengenal Seno, aku sudah mengenal Pramoedya Ananta Toer dan Jostein Gaarder terlebih dahulu. Padahal kalau menurut teman-teman pegiat literasi, perkenalanku dengan Seno terbalik. Seharusnya sih, aku mengenal Seno dulu baru dua penulis itu. Tapi, iya mau gimana lagi, sudah takdirnya, kan? Gara-gara baru kenal Seno Gumira Ajidarma, aku mulai berburu tulisan-tulisannya. Lalu, pandanganku tertumbuk pada sebuah buku yang lebih tebal dari kamus di rak terbawah sebuah toko buku, Senja dan Cinta yang Berdarah - Seno Gumira Ajidarma.

Senja dan Cinta yang Berdarah - Seno Gumira Ajidarma. Gambar: Nid

Buku berjumlah 822 halaman dengan tulisan rapat ini benar-benar mewah dan aku tidak memikirkan tentang kapan aku akan selesai membaca buku ini kalau kamus saja tidak sanggup aku selesaikan. Haha... Tapi, mari pikirkan itu nanti saja. So, lho, iya... Aku belum selesai membaca buku Senja dan Cinta yang Berdarah, baru juga setengah buku. Sssttt... jangan protes!

Kumpulan Cerpen Senja dan Cinta yang Berdarah

Buku ini berisi 85 cerpen Seno yang sudah dimuat di harian Kompas dalam kurun waktu 1978-2013.

Cerpen-cerpen dalam buku ini disusun secara kronologis dengan maksud agar kita mengetahui pergeseran minat kepengarangan Seno dari tahun ke tahun.

Proses kepengarangan Seno ternyata mengalami pergeseran. Gambar: Nid

Aku sependapat dengan penyunting buku, Novelis Pemenang Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012 lewat buku "Semusim, dan Semusim Lagi", Andina Dwifatma, ada 3 periode pergeseran minat kepengarangannya.

Periode pertama; Seno senang menulis tema-tema eksistensial.

Periode kedua; Seno masih menyukai tema eksistensial, namun ada pula cerpen-cerpen kritik sosial. Ada pula cerpen-cerpen bertema romantis.

Sementara, periode ketiga; Seno semakin matang dalam kepengarangannya. Pada masa inilah, Seno menulis cerpen-cerpen legendarisnya, seperti "Sepotong Senja untuk Pacarku", "Pelajaran Mengarang", dan beberapa cerpen lainnya lagi.

Periode mana yang menarik?

Periode pertama dan kedua masih menjadi periode yang menurutku cukup berat untukku yang selama ini menyukai cerpen-cerpen yang cenderung romantis. Selain itu, aku juga sudah terlanjur mengenal Seno Gumira Ajidarma sebagai sosok yang menyukai tulisan bertema romantis karena cerpen pertamanya yang aku kenal, yaitu "Sepotong Senja untuk Pacarku".

Cerpen itu membuatku jatuh cinta pada Seno yang aku pikir bisa memahami hati perempuan. Aku mulai membaca karya-karya lainnya dan juga menelusuri kata-kata mutiara bikinan Seno yang memang menceritakan tentang perasaan antar manusia, khususnya kepada pasangan.

Namun, buku Senja dan Cinta yang Berdarah membuatku tahu bahwa Seno ternyata awalnya tidak menulis cerpen-cerpen romantis dan sangat bertolak belakang dengan tema bacaan yang aku sukai selama ini. Itu sebabnya, periode pertama dan kedua awal membuatku menguras banyak tenaga untuk memahami cerpen-cerpen Seno.

Seno banyak menulis tentang "kritik sosial" dengan santai. Gambar: Nid

Gaya Kepengarangan Seno

Semakin banyak cerpen-cerpen yang aku baca, semakin aku memahami bahwa Seno menuliskan cerpen-cerpen dengan persoalan sosial ini ditulis dengan gaya tutur yang santai, tapi serius dan imajinatif.

Salah satu cerpen karyanya yang membuatku benar-benar tidak habis pikir adalah "The Pinocchio Disease". 

Bagaimana bisa dia terpikir menulis sosok karyawan yang melakukan korupsi mengalami hidung panjang hingga akhirnya memiliki plot twist yang bisa dibilang jauh dari bayanganku. Lalu, berakhir dengan baik. Seketika, aku tertawa membaca akhir cerpen ini. Lucu sekali... Tapi, ini tema serius.

Seno dan Penghargaannya

Sampai di sini, aku memahami jika Seno mendapatkan berbagai macam penghargaan karena cerpen-cerpennya disajikan dengan apik, khususnya cerpen-cerpen yang bertema kritik sosial. Seno berhasil menulis dengan santai, sehingga pembaca tidak merasa bahwa dirinya tengah membaca sesuatu yang benar-benar "serius".

Kumcer ini tidak banyak dilihat di toko buku, tapi layak dibaca. Gambar: Nid

Mengenal Seno melalui "Senja dan Cinta yang Berdarah"

Kamu tahu, kumcer Senja dan Cinta yang Berdarah mungkin sangat tebal dan lebih tebal dari kamus yang pernah kamu baca pada masa sekolah kamu. Namun, kumpulan cerpen ini wajib masuk dalam daftar bacaan kamu, khususnya jika kamu memang ingin menjadi salah satu penggemar "Seno Gumira Ajidarma". Kenapa? Agar kamu benar-benar mengenal sosok yang kamu gemari. Sehingga, saat kamu ngopi sembari ngomongin Seno bareng temanmu, kamu nggak bakalan "terbengong-bengong" saja.

Mari, aku hantarkan kamu untuk membaca Senja dan Cinta yang Berdarah karya Seno Gumira Ajidarma.

Membaca fiksi selalu mendapatkan pelajaran baru.

Einid Shandy

39 Comments

  1. Sastrawan kawakan yang kutahu nama besarnya di dunia kepenulisan sejak SMa...Seno, pramodya, ramsad rangkuti, sutarji calzoum bahri, dsb... Seno Gumira Ajidarma salah satu yang terbaik dengan karya karyanya

    cerpen cerpen beliau memang ada fase-fasenya ya...tapi dahulu kala yang sering kubaca kebanyakan yang tema kritik sosial kak...kalau yang romantis aku agak jarang nemu...dan abis baca dari sini aku jadi penasaran pengen baca juga...

    Sejujurnya aku lagi merindukan membaca karya sastra karya-karya penulis kawakan macam Seno Kak...ada pendalaman-pendalaman tema yang dibungkus secara filosofis yang kontemplatif. Membuat pembaca ketika menamatkan sampai halaman akhir jadi ikut merenung. Nice review kak! ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah, sayang... Sewaktu sekolah aku tidak begitu mengenal para sastrawan Indonesia karena terlalu sibuk membaca novel-novel luar negeri.

      Sekarang, aku baru tahu kalau karya-karya sastrawan Indonesia itu keren-keren.

      Aku juga suka karya Seno dengan alasan yang sama nih. Thanks Kak.

      Delete
  2. Lihat bukunya tebal bukan main, itu sepertinya tdak cukup waktu seminggu untuk menghabiskan semua ceritanya ya kak, tebalnya saja 822 halaman. Jangan jangan setahun baru tamat. Eh tapi bagi yang suka karyanya sepertinya bisa cepat selesai ya.

    Lama juga menulis cerpen, dari tahun 1978-2013. Tapi cerpennya bagus bagus dan kadang ada kritik sosial ya.

    Tapi sejujurnya aku baru kenal nama Seno Gumira Ajidarma, kalo Pramoedya kadang pernah dengar tapi belum pernah baca bukunya, kudet sekali ya.,😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha... Aku sudah hampir setengah tahun masih belum selesai Kak, sering aku tinggal-tinggal karena berat banget. Satu cerpen bisa mikir berhari-hari. Capek juga bacanya.

      Kalau Pram emang kayaknya terkenal banget semenjak pernah viral dan ada filmnya juga. Keren sih emang. Aku dulu juga review cerita-cerita Pram di blog sini. Hehe...

      Delete
  3. wahh menarik sekali nihh cerpen seno gumira ajidarma nya udahh gituu tebel lagi sampe 822 halaman, memang beliau ituu dari dulu karyanya bagus baguss

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya ampun, bukunya tebal sekali. Wah bisa setahun baru kelar deh. Terimakasih atas reviewnya.

      Delete
    2. Hai Kak Yuli... Iya, saking tebelnya sampai ngerasa nggak kelar-kelar baca bukunya ini. Hehe...

      Delete
    3. Hai Kak Djangkaru Bumi, udah hampir 1/2 tahun ini Kak. Tapi, bentar lagi pasti selesai kok. Makasih Kak.

      Delete
  4. Eh, kayanya aku pernah liat di youtube kak. Cerpennya dibacain sama dian sastrowardoyo sama abimana aryasatya. Yang sepotong senja untuk pacarku. Serius aku baper dengarnya! Good ripiu kak!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, aku masih sering mendengarkan Sepotong Senja untuk Pacarku sebagai dongeng sebelum tidur. Cerpennya mengena dan suara pembacanya juga mantap.

      Makasih Kak.

      Delete
  5. Judulnya heboh. Tentu isinya lebih heboh.

    ReplyDelete
  6. Aku pernah dengar nama sastrawan senior Seno Gumira Ajidarma, tapi jujur kubelum pernah membaca karyanya.
    Mungkin, pernah baca di harian Kompas tapi ngga ingat pasti.

    Seperti Einid, aku lebih familiar dengan nama sastrawan dan karyanya, Pramoedya.

    Tapi buku ini bikin aku penasaran pengin kubaca semua 85 cerpen karya beliau.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh Kak, coba baca selama perjalanan mau travelling biar seru.

      Kayaknya Pram emang paling gampang dikenal deh ya Kak, aku aja baru tau Seno Gumira Ajidarma.

      Delete
  7. Aku lihat tampilan bukunya kaget lho, Mbak. Aku pikir kamus, tapi kok covernya gambar perempuan. Apa ini novel? Tapi kok tebel banget. Ternyata eh ternyata, kumpulan cerpen to 🤭. Dan aku makin terkaget-kaget, soalnya aku belum pernah lihat buku kumpulan cerpen yang tebelnya sampai segini. 😂

    Tapi sepertinya aku akan lebih menikmati buku kumcer tebal daripada novel tebal. Soalnya kumcer kan tiap chapter udah beda cerita, jadi baca pelan-pelan dan juga loncat-loncat pun masih enak. Kalau novel, jujur aku takut pas di tengah-tengah, aku malah udah lupa poin-poin penting yang ada di chapter awal. 🙈

    Ngomong-ngomong sepertinya asik baca kumcer ini, Mbak. Sambil membaca cerpennya, sambil memahami cara pikir dan sudut pandang penulisnya, karena kumcer ini diurutkan secara kronologis tahun terbitnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha... banyak yang kaget sebenarnya dengan buku ini Kak, termasuk aku sendiri waktu di toko buku juga nggak nyangka ketemu buku ini.

      Aku suka kumcer atau novel, masing-masing punya keunikannya sendiri.

      Kalau baca buku ini, dijamin semakin mengenal Seno Gumira Ajidarma.

      Semangat Kak!

      Delete
  8. Aku lupa pernah baca bukunya Seno Gumira Ajidarma yang mana, soalnya dulu kakak pertamaku suka banget dan koleksi karya-karyanya SGA.

    Jadi penasaran pengen baca yang ini, tapi inget halamannya jadi merinding sendiri, hahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha... aku baca udah 1/2 tahun nggak kelar-kelar ini, kayaknya bakal jadi setahun ini Kak.

      Tapi, aku bertekad bakal nyelesein ini segera. Wajib.

      Semangat Kak! Yok, baca yok!

      Delete
  9. Tebal banget bukunya.
    Bahkan nyaingi buku-buku kuliah kami di jurusan sejarah nih yang dulu kami anggap tebalnya seperti kitab suci.

    Tapi kayaknya seru juga sih bukunya. Karena selain bisa baca karya-karyanya, juga bisa sedikit memahami tentang penulisnya juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha... bukunya tebel banget emang Kak.
      Bikin sepet yang mau baca rasanya.

      Semangat! Yok, baca yok!

      Delete
  10. menariklah buku ni! boleh saya pinjam? hehehe sebab saya sekarang dalam mood membaca novel online dari indonesia ;-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Kak, yuk boleh banget, lagi suka novel apa Kak?

      Delete
  11. p/s mohon respon ya ;-)

    https://aniesandyou.blogspot.com/2021/05/terima-kasih-kawan-kawan-terima-kasih.html

    ReplyDelete
  12. Aku suka banget sama penulis yang bisa meenyajikan cerita dengan bahasa yang santai, jadi walaupun yg dibaca hal yg serius tapi kita dibawa seolah2 tidak demikian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seno Gumira Ajidarma termasuk salah satu penulis yang bahasanya enak dibaca Kak, nggak berat. Tapi, karena bukunya tebel, rasanya capek juga.

      Delete
  13. Buku berjumlah 822 halaman, dengan tulisan rapat, perjuangan yang hebat untuk menulisnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perjuangan hebat untuk menulisnya karena menulisnya juga tidak dalam waktu singkat Kak. Semangat membaca!

      Delete
  14. tebel juga ya bukunya, 822 halaman, gila sih kalo buat gw mungkin sebulan baru selelsei haha :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha... Kak, aku tuh udah baca sampai hampir setengah tahun, tapi nggak kelar-kelar saking capeknya sama tema yang diangkat.

      Delete
  15. Bukunya tebel banget yaa mbaa. Berasa lagi liat kamus. Hehe tapi, gak akan berasa lama karena terdiri dari kumpulan cerpen Seno Gumira Ajidarma. Tiap chapternya punya kisah berbeda.
    Omong-omong, saya belum pernah baca novel2 Seno tapi cukup familiar sama namanya. Terutama karena mba Dian Sastro pernah bacain cerpennya juga. jadi, penasaran sama Sepotong Senja untuk pacarku.

    Makasiii mbaa atas ulasannya, saya mau nyobain baca novel2 Seno

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo halo Kak, semoga jadi tertarik membaca cerpen-cerpen karya Seno Gumira Ajidarma ya.
      Bukunya tebal dan memang butuh kesabaran termasuk pada saat memegang bukunya karena selain tebal, tentu berat sekali.

      Terima kasih juga Kak.

      Delete
  16. Judulnya terdengar sadis untukku. Bukunya super tebal. Alamak, aku menikmati review-nya, tapi udah menyerah duluan untuk baca bukunya. Ehehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi... nggak perlu membaca bukunya sudah cukup kok, Kak. Semoga suka dengan review Senja dan Cinta yang Berdarah karya Seno Gumira Ajidarma.

      Delete
  17. Jujur. Baru sekali ini saya mengenal nama Seno Gumira Ajidarma. Terima kasih telah berbagi, Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih kembali Bu. Semoga ada keinginan mengenal Seno Gumira Ajidarma lebih jauh ya Bu.

      Delete
  18. Uwaaah mbaaa aku selalu suka Ama buku2 hard cover setebel ini. Makin tebel suatu novel, aku makin semangat bacanya. Hanya berlaku utk novel yaa, ga berlaku buat kamus hahahaha.

    Aku lgs Inget Ama nove favoritku Gone with the wind , Scarlett dan Harry Potter. Yg bukunya juga setebel dan hard cover begini

    Jujurnya, aku ga terlalu suka kumcer. LBH suka cerita yg full 1 buku. Tp bukan berarti aku ga baca. Kalo memang cerpennya menarik, aku baca juga sih. Dan ini seperti nya bagus. JD pengen banget cari bukunya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha... Kak Fanny, hebohnya aku baca komentar Kakak. Sama dong... Aku juga kayak Kakak, suka novel tebel dan nggak berlaku untuk non fiksi apalagi kamus.

      Aku juga lebih suka novel daripada kumpulan cerpen, tapi buku Senja dan Cinta yang Berdarah ini layak masuk wish list Kak. Soalnya, isinya nggak kalah asyik dengan novel.

      Delete
  19. Mba Einid, aku paling suka membaca kumcer, aku juga paling suka baca kumpulan puisi..

    SGA ini memang terkenal dari dulu dgn karya2nya bagus..

    Melihat buku yg begitu tebal, aku jadi ngap2 😊
    Blm baca ja udah takluk 🤣
    Gak sanggup... bisa bertahun2 lamanya baca...
    Tapi, bikin penasaran jugaaa...

    ReplyDelete

Berjejaklah ketika berpetualang di sini.

TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.