Aku Mungkin (Tidak) Diinginkan
DUNIA MELIHATKU - Hai Dunia, sudah kubilang kan? Aku akan kembali lagi meski tak sesering dulu. Karena ada hal-hal yang perlu aku dahulukan sebelum kamu kali ini.
Jangan buru-buru, aku ingin cerita secara perlahan karena kali ini aku perlu membagi betul-betul apa yang ada di kepalaku. Kepalaku sudah penuh sesak bahkan beberapa isinya terpaksa aku selipkan di bagian luar otak rasanya, bisa jadi ada di belakang telinga atau di balik dagu. Haha... Hanya analogi belaka.
Hei, aku baru sadar sekarang ini dunia semakin panas ya. Sial memang, manusia-manusia itu terlalu asyik sampai lupa kalau dunia juga perlu dirawat.
Tapi, menikmati hiruk pikuk di pojok bersamamu, selalu membuatku tidak merasa kecil, Dunia.
Kamu tahu, aku hampir saja tidak tertarik pada hubungan serius dulunya?
Iya ya, ralat, aku dulu tidak tertarik pada hubungan serius.
Yap, jadi sekarang aku sudah tertarik. Tapi, tunggu dulu...
Tebakanmu tepat...
Bisakah aku ada dalam hubungan serius?
Ah, Dunia, kenapa kamu selalu memotong ceritaku dan ucapan-ucapanmu benar semua.
Aku jadi malu dan ingin pulang saja kalau kamu terus-menerus memotong ceritaku. Klasik memang, tapi ayolah, biarkan aku bercerita kali ini.
Kamu lagi-lagi terkekeh seperti biasanya sambil mengaduk-aduk isi cangkirmu yang kuintip masih berisi kopi.
"Kali ini kopi pahit lagi?"
Tidak, sengaja kutambahkan gula merah karena aku ingin menikmatinya dengan senyum. Ujarmu kemudian menyesapnya seteguk.
Kamu diam menungguku bercerita...
Jadi Duniaku yang selalu tenang,
Saat aku operasi dulu, Bundaku cemas. Ia beberapa kali menanyakan kehadiran seseorang yang tidak datang menjengukku. Ia tidak berharap seseorang itu datang membawa bunga, ia hanya berharap seseorang datang menjengukku meski dengan tangan kosong.
Lalu, aku hanya membiarkan waktu yang menjawab kehadirannya. Aku sudah tidak berharap apapun meskipun aku tahu kami sedang baik-baik saja.
Aku masih berkomunikasi baik dengan dia, meskipun aku tidak tahu apakah ini akan berlangsung lama atau dia akan pergi meninggalkanku seperti seseorang yang sebelum dia.
Siapa dia? Tentu saja, dia adalah seseorang yang sudah beberapa bulan terakhir sebelum aku operasi waktu itu dekat denganku. Kami sering menghabiskan waktu berdua baik di warung kopi, alam, maupun rumahku.
Bundaku terlalu khawatir anaknya tidak diinginkan karena terlalu sering staycation di rumah sakit, tapi aku sudah tidak peduli, yang penting aku bisa menikmati dunia.
Sepulang dari rumah sakit, dia tak kunjung datang juga. Alhasil, Bundaku semakin bertanya-tanya. Bahkan, ia menanyakan langsung.
"Dia sedang sibuk, Bund." Jawabku.
Suatu hari, dia menjengukku bersama temannya di rumahku dan kecemasan Bundaku seketika menguap bersama angin. Tentu aku senang, tapi kamu tahu? Ada masalah lain yang datang. Aku tak bisa mendengarkan suaranya. Kebisingan itu semakin berkurang. Suaranya teramat sangat jauh rasanya.
Kenapa bisa begitu? Entahlah, hiruk pikuk itu tak terdengar meski terlihat. Aku ingin menangis rasanya dan tidak ingin melihatnya karena terlalu malu. Aku tidak mau dia melihatku yang dalam keadaan buruk semakin buruk.
Aku takut dia pergi seperti seseorang di masa lalu.
Maaf, apakah ada tissue? Atau sesuatu yang bisa mengusap air mataku?
Dunia,
Aku merasa bahwa segalanya berhenti berputar untukku meski aku tidak rela.
Lantas, dia pulang dan aku ada pada harapan cemas meski Bundaku tersenyum. Aku cemas dia akan memilih pergi.
Aku cemas, apakah dia akan berhenti melihatku kali ini?
0 Comments
Berjejaklah ketika berpetualang di sini.
TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.