Judul: Cantik itu Luka (Beauty is a Wound)
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Umum (GPU)
Cetakan ketujuh Juli 2015
Halaman: 479
ISBN: 978-602-03-1258
Telah diterjemahkn ke bahasa Jepang dan Malaysia, dan segera terbit dalam bahasa Inggris New Directions, New York)

CANTIK itu menyenangkan dan anugrah bagi yang mendapatkannya tanpa harus membeli kosmetik, obat-obatan, atau bahkan operasi plastik. Tapi, novel milik Eka Kurniawan ini menghadirkan bahwa cantik itu tidak selamanya menyenangkan dan anugrah. Mengapa bisa demikian?

“Di akhir masa kolonial, seorang perempuan dipaksa menjadi pelacur. Kehidupan itu terus dijalaninya hingga ia memiliki tiga anak gadis yang kesemuanya cantik. Ketika mengandung anaknya yang keempat, ia berharap anak itu akan lahir buruk rupa. Itulah yang terjadi, meskipun secara ironik ia memberikan nama Si Cantik.” (Cover belakang)


Dari sinopsisnya tentu dapat kita tebak bahwa novel ini berlatar sejarah dan dapat kita rasakan sisi feminitas yang ditampilkan oleh Eka sebagai penulis pria yang mengangkat perempuan sebagai tokoh utama.

Berdasarkan dari judul novel, latar sejarah, dan pelacur sebagai tokoh. Sejujurnya, jika kita lihat dari tokoh dan latar—tentu kita sudah biasa melihat maupun mendengarnya karena bangsa kita pada jaman penjajahan sudah akrab dengan sisi kehidupan tersebut. Maka, cantik itu goresan luka bagi pelacur karena dia terlahir cantik dan dampaknya negatif bagi dirinya alias menjadi cantik tidak selamanya anugrah karena pada akhirnya dia menjadi pelacur.


NAMUN, setelah membaca novel ini, aku sampai pada kesimpulan bahwa Eka mampu menggarap novel ini dengan sangat apik sebagai penulis pria yang memilih tokoh perempuan sebagai tokoh utama yang didukung oleh berbagai macam karakter yang tampak nyata dengan ciri khasnya masing-masing.
“…, Dewi Ayu bangkit dari kuburan setelah dua puluh satu tahun kematian. Seorang bocah gembala dibuat terbangun dari tidur siang di bawah pohon kamboja, kencing di celana pendeknya sebelum melolong, dan …” (Paragraf 1, hal 1)

Novel ini dibuka dengan penampilan yang tidak aku duga sama sekali karena seolah-olah novel ini akan membawaku untuk seutuhnya membaca cerita beraliran mistik. Tapi, tidak! Novel ini tidak mengarah ke aliran mistik. Novel ini akan membawa kita pada kehidupan pada masa dulu. Di mana perempuan menjadi korban pada masa peperangan.

Eka menceritakan gadis Indonesia-Belanda bernama Dewi Ayu, gadis yang cerdas dengan paras cantiknya sebagai gadis berdarah campuran. Kehidupannya berlatar di Halimunda, yang pada saat itu dikuasai oleh tentara Jepang dan Dewi Ayu dipaksa menjadi pelacur seperti gadis-gadis lainnya yang memiliki paras cantik.

Dewi Ayu memiliki karakteristik yang berbeda dari gadis-gadis lainnya yang dipaksa menjadi pelacur saat itu, jika yang lainnya menangis ketakutan dan berharap mereka dapat terbebaskan dari kehidupan pelacuran. Maka, Dewi Ayu menghadapi hal tersebut dengan sangat tenang dan bahkan dia telah mengetahui sejak awal bahwa dia akan dijadikan pelacur oleh tentara-tentara Jepang ketika dia dibawa ke rumah Mama Kalong, pemilik rumah pelacuran yang paling terkenal di sana saat itu.

Pada akhirnya, kehidupan pelacuran membawanya pada titik di mana dia menjadi pelacur paling cantik dan paling mahal di Halimunda hingga akhir hayatnya. Dari kehidupan tersebut, dia dikaruniai tiga anak gadis yang tidak diketahui siapa bapaknya. Ketiga anak gadisnya mewarisi kecantikan Dewi Ayu yang membawa tragedi hingga akhirnya pada kehamilan anak keempatnya dia berharap anak tersebut lahir buruk rupa seperti saran dari pembantunya yang bisu, Rosinah, sehingga tidak terjadi tragedi kepada anaknya yang keempat. Benarlah anaknya yang keempat lahir buruk rupa meski ironisnya diberi nama Cantik dan pada kenyataannya di novel tetap membawa tragedi seperti ketiga kakaknya.

Seperti yang aku jelaskan di awal bahwa novel ini dibuka dengan kebangkitan Dewi Ayu dari kubur setelah dua puluh satu tahun kematiannya yang mengecoh pembaca ke arah novel mistik. Novel ini juga didalamnya terdapat beberapa kejadian mistik lainnya yang secara ajaib turut mengindahkan novel ini. Seperti, tragedi di mana anak pertama Dewi Ayu, Alamanda, yang akan melahirkan bayi, tapi ajaibnya bayi itu tiba-tiba lenyap menjadi angin sebelum hari kelahiran dan hantu-hantu yang berkeliaran di kota, mengganggu penduduk dan membuat sebagian kecil orang-orang hampir gila karena keberadaan hantu-hantu tersebut.

Eka tidak ragu menggambarkan gairah sex pria yang muncul akibat memandang wanita cantik dengan tubuh moleknya. Dia bahkan tidak segan-segan menampilkan masyarakat yang tampaknya ‘mesum’ dengan gaya yang apa adanya. Selain itu, dia juga menampilkan tokoh-tokoh lainnya seperti Sang Shodanco, Kamerad Kliwon, Maman Gendeng, dan lain sebagainya dengan kisahnya masing-masing namun tidak membuat kita melupakan bahwa novel ini berawal dari Dewi Ayu yang membawa tragedi.

Eka Kurniawan merajut novel ini dengan gaya yang sangat klasik, tempo lambat, alur maju-mundur yang sangat kuat, hampir tanpa jeda yang membuat pembaca, termasuk aku, seperti sedang marathon tanpa mendapat kesempatan mengambil napas. Namun, Eka memiliki gaya penuturan yang tampak sepadan dengan masa yang diceritakan. Sehingga membuatku setuju bahwa cantik itu tidak selamanya menyenangkan atau cantik itu tidak selamanya anugrah. Sebab cantik itu luka.
“Sebab cantik itu luka.” (Kalimat terakhir, halaman 478)

45 Comments

  1. Belum baca sih, tapi kalau yang nulis Eka Kurniawan sudah pasti bagus...dan erotik hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berarti kenal karyanya Eka ya? Pernah baca buku yang judulnya apa?

      Delete
  2. wih , ini review novel baru yak? udah diliat dari ceritanya pasti keren kali :v tapi ada alur maju mundur , nya yg bikin aura mistisnya dapet ~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Novel lama Kak... pertama terbit desember 2002.
      Cuma baru baca awal tahun ini dan baru bulan ini sempat nulis reviewnya.

      Delete
  3. iya lho sepintas kayak ada mistik2nya gitu
    sepertinya novelnya menarik nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tapi sama sekali gak ada mistik-nya kok Kak.
      Kalau tertarik silahkan dibaca Kak.

      Delete
  4. Wah kayanya bagus tuh, banyak pelajaran yag bisa diambil.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak.
      Keren ceritanya. Silahkan dibaca jika suka.

      Delete
  5. Uwaaaaaa bang Eka Kurniawan emang keren deh.
    Dulu pernah organisasi penulis aku, hampir ngundang bang Eka buat jadi pembicara. Tapi sayangnya gagal. Huhuuuuu
    Padahal kesempatan emas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yaaach... Sayaang, kok gagal? Coba jadi... Pasti keren.
      Tapi, aku baru saja ketemu dia.

      Delete
  6. buku eka kurniawan aku belum pernah baca
    tapi biasanya kalo dari segi sudut pandang penulis laki laki, penggambaran bagian sex-nya juga alami sih hihi
    jadi penasaran

    ReplyDelete
  7. Ngebaca karakter Dewi Ayu ini, kayanya dia punya karakter yang mirip Daisy Buchanan, tokoh wanita di novel The Great Gatsby.

    Apalagi quote nya agak-agak mirip. Bedanya, Daisy berharap anak perempuannya terlahir sebagai wanita bodoh. Nice review :)

    Wah kayanya rame nih novel. Beli ah di tukang tajil.. Kali aja ada...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, aku ngga tahu novel itu. Terima kasih Kak.

      Hihihi... di tukang takjil adanya takjil aja deh kayaknya.

      Delete
  8. Dari awal lihat bukunya di toko udah tertarik sih, tapi masih belom kuat keinginan buat baca. Habis baca review jadi beneran pingin baca.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha...
      Aku malah awalnya ngga tertarik sama sekali. Tapi begitu baca, sumpah... luar biasa keren.

      Delete
  9. aslinya sih genre yg biasa aku baca beda sama yg sperti ini.
    cuman, habis baca review jdi ingin nyoba baca!

    mkasih mbak reviewnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha...
      Aku tahu genre yg kamu maksud.
      Hati2 kepala pusing baca ini novel. Hati2 jadi shocked.

      Sama2 mas.

      Delete
  10. Wah, benar juga sih kalau dipikir dua kali bahwa cantik itu bisa jadi bukanlah sebuah anugerah melainkan sebuah luka. Apalagi hingga dijadikan seorang pelacur seperti itu. Jadi teringat novel ayat-ayat cinta 2, di sana aisyah sampai menggoreskan paras wajah cantiknya ke dinding supaya tak dijadikan budak seks.

    Semangat mereview buku buku selanjutnya ya! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, menjadi cantik memang suatu kebanggaan tapi juga kalau berakhir menyedihkan juga jadi suatu bencana.

      Terima kasih. Ditunggu saja ya kak.

      Delete
  11. Kalau untuk buku yang ini sepertinya saya belum pernah baca soalnya pas kemarin dicari belum ada berarti belum pernah baca seperti bisa dicoba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cari di mana Kak?
      Di toko buku masih ada lhom
      Banyak pula.

      Delete
  12. Duuuh, Eka Kurniawan ya penulisnya? Nggak usah diragukan lagi deh ya :D pasti keren :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pernah baca karya Eka ya?
      Iya, gak ragu bacanya.

      Delete
  13. belum baca, tapi dari riviewnya udah menarik banget jadi pensaran :D

    ReplyDelete
  14. Kemarin liat ini di perpustakaan kota. Tapi besoknya pas mau minjem, udah dipinjem org lain :(
    Jd makin tertarik utk baca setelah liat reviewnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sabar. Sabar. Itu tandanya kamu disuruh baca yang lain dulu atau mau aku pinjami? Aku punya. ;)
      Keren ceritanya.

      Delete
  15. ceritanya menarik ya saya suka judul dan ringkasan dari belakang bukunya pun. tapi saya pribadi kurang suka berbau sejarah , kalau mistik masih oke. cuma kayanya kok jadul amat kalau ada unsur sejarahnya walau memang menggambarkan jaman dahulu udah ada kasus pelacur seperti sekarang2 ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yapz, pelacuran dari dulu hingga sekarang sebenarnya selalu. Hanya saja yang ditampilkan novel ini lebih kepada bagaimana dengan 'keterpaksaan' menyajikan kehidupan masa itu (sejarah) serta sisi di mana 'bagaimana ia menghadapi keterpaksaannya' dengan berbagai sikap kegilaannya di masa itu.

      Tapi, it's okay! Setiap orang memiliki point of view dan kegemaran yang beda-beda.

      Delete
  16. Novel2nya mas Eka kurniawan memang bisa bgt ya...alur n ceritanya itu bikin serasa ikut larut kedalamnya, mulai dari Lelaki harimau,o,Dendam rindu harus dibalas tuntas, dan terakhir ku baca Cantik itu luka....mantap , review-nya jga bagus bgt 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya... keren sih cerita-cerita tulisan Eka Kurniawan. Terima kasih Kak.

      Delete
  17. Setelah lihat review nya aku jadi tertarik untuk membelinya

    ReplyDelete
  18. Bisa dibilang, novel eka ini melawan tabu, semua yang ngeri untuk dibayangkan tersedia di novel ini, mulai dari perilaku incest, seks pada hewan (saya lupa istilahnya wkwk) sampai pernikahan di bawah umur. Meskipun begitu, novel ini bagi saya tetap keren. Tokoh yang saya sukai di cerita ini adalah kamerad Kliwon, saya pikir cuma dia satu-satunya tokoh yang bisa dibilang masih sedikit 'cool' jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh laki-laki lainnya yang dibuat amburadul oleh Eka. Oh ya, saran saya bagi yang belum baca, jangan membacanya sembari makan ya. selera makan kamu nanti menurun, soalnya banyak adegan yang unexpected :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya... semuanya sudah diceritakan oleh Eka di sini.
      Terima kasih.
      Siap. Siap.

      Delete
  19. baca reviewnya sangat menarik mulai dari cerita mistis bangkit dari kubur tapi ternyata bukan cerita mistis, kehidupan dewi ayu sendiri kelihatannya sangat pelik tapi dihadapi dengan penuh ketenangan jiwa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak, Eka mampu menghipnotis sejak awal sehingga hal ini membuat menarik.

      Terima kasih.

      Delete
  20. wah bagus nih kak review nya, jadi lebih paham nih ttg cantik itu luka ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak, judulnya memiliki filosofi yang sangat kuat.

      Delete
  21. agak gak nyaman aku baca novel ini, soalnyaa banyak adegan ehem-ehemnya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, terlalu banyak adegan seks-nya sih Kak, itu yang bikin aku kurang suka juga.

      Malah, jadi bertanya-tanya, emang setiap orang ditakdirkan begitu ya pada zaman itu?

      Delete
  22. Waktu ke gramedia beberapa waktu lalu saya juga lihat buku ini tapi cuma baca judulnya doang. Emang dasar saya lenih suka sampul yang warnanya cerah😁, ternyata setelah baca reviewnya keren banget ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwk...
      Coba deh dibaca Kak, bagus kok filmnya dan enak dibaca. Tapi, ya berat sih sebenarnya novel Cantik itu Luka ini. Huhu...

      Delete

Berjejaklah ketika berpetualang di sini.

TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.