DUNIA MELIHATKU - Selama #NewNormalLife masih bertahan tidak keluar rumah kalau tidak penting-penting amat kan? Aku juga dong. Eh tapi, ada yang seru nih... Generasi muda sekarang banyak banget yang akhirnya move on dari tim rebahan saja. Aku sekarang juga udah mulai mengurangi rebahan. Tahu-tahu aku dapet kiriman story dari adikku, Poppy, tentang salah satu film pendek karya temen-temen. Poppy bilang, coba di review. Nah, yuk kita rame-rame Review Film Pendek - Bowoh (2020).

Film Pendek - Bowoh (2020). Printscreen: Nid

Film Bowoh; Mirip, tapi Beda

Melihat dari judulnya dengan 1 kata, "Bowoh" dari Bahasa Jawa yang artinya pergi ke pesta pernikahan untuk turut bersuka cita. Film ini sudah pasti akan membawa unsur tradisional di dalamnya. Yap, film ini menggunakan percakapan Bahasa Jawa. Selain itu, film ini juga menggambarkan suasana pedesaan yang masih asri dengan pembuka film yang cukup menarik. Seperti orang desa pada umumnya, ketika kita melihat orang di jalan, kita pasti terbiasa untuk saling menyapa. Namun, itu hanya pancingan. Lalu, shoot beralih ke 3 pria yang tengah berdiri di depan rumah sederhana. Dua di antaranya membawa smartphone untuk menandakan bahwa orang-orang desa juga sudah modern. Jadi, dari sinilah film dimulai...

For Your Information. 3 pria ini umurnya beda, ada yang masih remaja, pemuda, dan bapak-bapak.

Masih ingat film yang menggambarkan Indonesia banget dan viral? Itu lho Bu Tejo? Inget kan? Nah, film ini juga menggunakan cara penyajian yang sama, tapi  beda di bagian kendaraan dan cara mendapatkan kendaraannya. Coba lihat sendiri deh ya... Asyik, di sinilah perbedaannya. Taksi Online. Pada adegan ini lucu karena kita semua pasti mikirnya taksi online pada umumnya. Salut sama ide ceritanya.

Kamu pasti mikir, ah pasti nanti isinya ghibah lagi. Eits, jangan buru-buru menyimpulkan dulu! Mereka nggak ghibah kok. Masa' pria-pria bergosip? Kan nggak cocok sama karakter pria yang cool dan macho.

Bedanya lagi, mereka sedang memperdebatkan hal viral lainnya, yaitu Anjay. Awalnya sih debat tapi lama-lama mereka keasyikan mengatakan kata Anjay bahkan sampai teriak-teriak di tengah jalan. Setiap ketemu hal-hal seru di jalan, mereka rame-rame mengucapkan Anjay. Lucu nggak sih? Eh, nggak tahunya diberhentikan Pak Hansip. Tuh kan inget Bu Tejo dan kawan-kawannya yang diberhentikan Pak Polisi?

Lagi-lagi, cerita Bowoh ini membawa perbedaan yang di luar dugaanku sebagai penonton. Barangkali, kamu juga nggak menduga bahwa alur akan mirip tapi properti, kisah, dan semuanya murni beda. Penasaran kan? Langsung ditonton aja ya.

Tunarungu Bisa Ikut Menonton dengan Asyik

Anyway, kamu inget kan kalau di antara kita ada teman tunarungu? Nah, pernah kepikiran nggak sih gimana mereka menikmati musik atau film jika mendengar saja susah atau bahkan tidak bisa? Pasti pernah dong kalau sempat bertemu mereka.

Film Bowoh tidak melupakan mereka. Film ini kerjasama dengan Akar Tuli dan Tuli Mendongeng. Senang rasanya ada film pendek yang juga memberikan Bahasa Isyarat di pojok kiri bawah film. Selain teman-teman tunarungu, setidaknya penonton umum juga bisa sambil belajar memahami Bahasa Isyarat. Nggak perlu belajar kok, tapi pasti bisa merasakan sulitnya Bahasa Isyarat itu.

Namun, kenapa ya aku merasa kesulitan untuk cek pergerakan Bahasa Isyarat yang ada di pojok? Tapi, rasanya kayak terlalu jauh saja karena bentuk landscape filmnya lebar sekali. Cuma ya iya sih bentuk landscape film kan ukurannya gitu. Tapi, giliran film aku full screen di layar monitor komputerku, orang yang membawakan Bahasa Isyarat terlihat jelas dan nggak ngerasa landscape-nya terlalu lebar.

Bagaimana Hubungan Latar Waktu dan Topik Viral?

Tapi, ada yang sedikit kurang related dari topik viral yang diangkat. Padahal topik viral yang diangkat terjadi di era Pandemi Covid-19. Sampai kapanpun, kita akan selalu ingat bahwa "Anjay" menjadi viral di era pandemi, ya kan? Seharusnya, Pak Hansip menggunakan masker / faceshield sebagai contoh yang baik. Begitu juga dengan ke-3 pria tersebut dengan ada jarak juga duduknya, mungkin bisa duduk ala kereta, dari depan ke belakang. Baru ketika cerita mulai naik, para aktor mulai melepas masker dengan tidak sengaja karena kerepotan ngobrol apalagi teriak-teriak dan mulai duduk berbarengan.

Selain itu, orang-orang yang ditemui di jalan juga tidak ada yang bermasker, termasuk yang naik sepeda motor, jalan kaki yang kelihatannya orang luar desa yang sedang jalan kaki, atau cewek cantik berjilbab.

Tapi, bukankah taksi online memberikan masker gratis juga kepada mereka untuk dipakai? Lalu, kenapa tidak dipakai dulu untuk menunjukkan contoh baik.

Atau memang sengaja tidak mencampuradukkan kapan kejadiannya? Maksudku, tidak mengaitkan topik viral "Anjay" dengan era Pandemi Covid-19? Atau ini karena di desa?

Mungkin juga memang di desa suasananya tidak tidak ada masker dan sejenisnya kalau kru film Bowoh sudah research ke desa.

Tonton Film Pendek - Bowoh (2020) di youtube ya...


Apapun keadaan kamu,

bersyukur dan nikmati hidup dengan penuh tawa.

20 Comments

  1. tampak biasa-biasa tapi bagus dan menarik untuk ditonton

    ReplyDelete
  2. Sejak film tilik, film2 pendek jadi hits banget ya mbak, akupun klo lg ada waktu luang pasti nonton film pendek, yg ini aku belum nonton, next time pgn aku tonton.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa... Sejak film-film pendek hits, jadi banyak film-film pendek bermunculan. Yuk, nonton Kak.

      Delete
  3. Sepertinya para pemainnya tidak pakai masker karena settingnya ada di pedesaan dimana memang masih jarang orang yang pakai masker. Disini soalnya juga begitu.

    Hampir mirip dengan film Tilik ya, bedanya ini mau ke tempat kondangan, bukan ke rumah sakit.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bener-bener Kak. Kayaknya emang gitu deh. Tapi, aku sejauh ini, maen ke desa Nenekku, pada pake masker. Cuma kalau udah di rumah aja nggak maskeran. Malah lebih patuh daripada di kota.
      Ah, entahlah...

      Iya, mirip. Sepertinya memang dibuat mirip Kak.

      Delete
  4. Sepertinya menarik sih, tapi entah kenapa saya nggak mau untuk menonton. Yang film pendek Tilik pun tak saya tonton, orang pada viral ngomongin saya diem aja haha..

    ReplyDelete
  5. Wah, keren banget ada sign languagenya! Salut. Bisa ngebantu teman-teman kita yang memang memerlukannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak, mereka bekerjasama dengan komunitas sign language. Keren.

      Delete
  6. Ulasan kerennya kak Einid bikin aku penasaran nonton film pendek ini.
    Meski jujur, sebenarnya aku kurang suka nonton produksi film lokal karena masih 'sederhana' kesemua hal tekhnisnya dibandingin dengan film produksi Hollywood.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak pa-pa. Setiap orang memiliki selera yang beda sih Kak. Semangat!

      Delete
  7. reviewnya keren banget, saya jadi penasaran dengan film pendeknya
    Saya jadi tahu arti dari bowoh, dan saya baru tahu istilah itu walau saya lahir di jawa dan dibesarkan pula dijawa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah... Aku sudah dari kecil tahu arti bowoh karena memang sehari-hari ada istilah yang masih menggunakan Bahasa Jawa meskipun kebiasaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

      Delete
  8. Aku semenjak nonton tilik itu jadi keranjingan nonton film pendek nih, Mbak Einid. Apalagi ternyata film pendek Indonesia sekarang ini bagus-bagus dan lebih 'mengena' di hati. Jadi makin suka ngubek-ngubek YouTube buat cari film pendek, deh. 🤭

    Ngomong-ngomong yang bowoh ini aku belum tonton. Oke fix, nanti nonton film pendek yang ini 😆😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha... sama Kak, aku jadi suka film-film pendek nih. Keren. Ada artinya setiap film yang disajikan.

      Delete
  9. Paling menarik adalah ide penggunaan bahasa isyarat bagi penonton yang berkebutuhan khusus.

    Padahal ini hanya film pendek, namun mereka memikirkan sampe ke sana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Kak, iya Kak. Keren banget dan yang menggunakan bahasa Isyarat juga kuat. Mereka mau mengisyaratkan.

      Delete
  10. Wkwk, sekilas lucu Kak riviewnya. Eh, tumben riview film pendek kak? Jadi kepo saya sama jalan cerita filmnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha... Ngakak. Baru kali ini ada yang bilang gini.
      Iya, diminta review film nih Kak.

      Delete

Berjejaklah ketika berpetualang di sini.

TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.