Memulai Hidup Tanpanya
DUNIA MELIHATTKU - Pernahkah kamu sadar bahwa suatu hari kamu tak akan melihatnya lagi, apalagi memeluknya dengan penuh kasih sayang? Katakan saja pada dirimu sendiri. Aku pernah, bahkan beberapa kali memikirkan perasaan ini. Sesekali aku menggubris perasaan ini, namun berkali-kali aku menolak kehadiran perasaan ini. Aku takut jika perasaan ini menjadi nyata adanya. Kan kata mereka, kata-kata adalah doa, bukankah begitu?
![]() |
Aku merasa hilang setelah kehilanganmu. Gambar: Pixabay |
Namun, sungguh, terlalu sulit untukku menolak kehadiran perasaan ini. Ia terus memaksa untuk bertamu. Seolah mengingatkanku bahwa nyatanya perasaan ini suatu saat akan menjadi nyata. Bukankah kita tidak hidup dalam keabadian? Bukankah suatu saat ia benar-benar akan meninggalkanku, atau sebaliknya, suatu saat aku yang akan meninggalkannya lebih dulu. Hanya Tuhan yang tahu.
Siapapun ia, saat kamu kehilangannya, kamu akan benar-benar menangis dan mengucapkan betapa tak siap kamu kehilangannya. Bahkan, kamu sering bertanya-tanya kepada Tuhan, kenapa harus secepat ini? Kenapa bukan aku yang meninggalkannya? Atau kenapa tidak ada kehidupan yang abadi? Pertanyaan-pertanyaan ini terus menerus menghantui hingga kamu mungkin terlalu lelah dan berhenti bertanya karena Tuhan hanya berbisik bahwa ini rencana-Nya, kamu tak berhak mengusik rencana-Nya.
Hingga akhirnya kamu sadar bahwa hidup terus berjalan dan kamu tidak mungkin bergerak di tempat. Lalu, kamu mau tak mau harus memulai hidup tanpanya.
Ternyata memulai hidup tanpanya, tak semudah kamu belajar membaca atau menulis. Kamu harus mulai melakukan segala hal tanpanya, meski kadang-kadang kamu rindu dan tanpa sadar berharap ia tiba-tiba datang untuk menolongmu.
Kenyataannya berat sekali. Mulailah dari sekarang untuk meluangkan waktumu untuk ia atau mereka yang kamu begitu takut tak lagi dapat melihatnya di suatu hari.
Begitulah rasanya. Hingga detik ini, aku masih memikirkannya. Bahkan aku kadang berharap ia bisa datang sebentar untuk menolongku. Namun, Tuhan tidak pernah melakukannya. Tuhan teguh pada rencananya.
Sudah beberapa tahun belakangan ini aku kehilangannya, lelaki pertama yang aku cintai, Ayah. Namun, sudah beberapa tahun belakangan ini juga aku masih merasa bahwa aku sedang memulai hidup tanpanya.
Namun, aku belajar bahwa suatu saat aku akan kehilangan orang-orang yang aku cintai dan kasihi. Begitu juga saat ini. Aku kembali kehilangan seseorang, kali ini aku kehilangan Bulek, adik dari ayahku.
Mengapa rencana Tuhan bisa sedemikian rapi? Tuhan Maha Sempurna.
Maka, sudah seharusnya aku dan kamu menyadari bahwa kehidupan ini kembali lagi kepada Tuhan.
Hey kamu, pikirkanlah lagi perasaanmu. Pernahkah kamu merasa takut kehilangan seseorang dalam hidupmu? Pernahkah kamu membayangkan hidupmu tanpanya?
29 Comments
Ya Allah, bener-bener bayangin kehilangan orang kesayangan, huhuhu..
ReplyDeleteSemoga kita siap dengan rencana Tuhan Yang Maha Esa ya Kak.
Deleteassalamualaikum... selamat tahun baru 2020... maaf laa baru sempat nak datang jenguk ke blog ni... insya allah sy akan kembali fokus sm mcm sebelum ni.... harap2 tak serik utk terjah blog sy nanti ya...
ReplyDeleteWa'alaikumsalam wr.wb.
DeleteSelamat tahun baru 2020 juga ya Kak.
Iya Kak Anies, semangat ya!
assalamualaikum... selamat tahun baru 2020... maaf laa baru sempat nak datang jenguk ke blog ni... insya allah sy akan kembali fokus sama seperti sebelum ini.... harap2 tak serik utk terjah blog sy nanti ya...
ReplyDeleteWa'alaikumsalam wr.wb.
DeleteSelamat tahun baru 2020 juga ya Kak.
Iya Kak Anies, semangat ya!
Rasa takut kehilangan pasti ada pada setiap manusia,, hal itu pasti,, kita yg kehilangan atau mereka.. :(
ReplyDeleteIya Kak dan saat itu aku benar-benar tidak menyangka karena aku belum sempat benar-benar menyiapkan diri ke arah sana, jadinya sedih berkelanjutan. :(
Deleteternyata ayah. kukira seseorang yang lain.
ReplyDeleteIya, ayah Kak. Not others.
DeleteRasa kehilangan orang yang dikasihi pasti ada mbak, aku juga kadang takut kehilangan istri, takut juga kehilangan orang tua.
ReplyDeleteIya Kak, bener banget. Rasa kehilangan itu juga luar biasa pula.
DeleteSemoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin...
Tidak ada yang abadi di dunia. Dan sebagai makhluk fana kita selalu siap untuk kehilangan apapun.
ReplyDeleteKadang perasaan menjadi makhluk fana membuat kita merasa tidak aman. Saya juga berhari hari terduduk menyandar tembok menyembunyikan sedu sedan ketika mendengar ayah telah pergi dari tempat yang jauh.
Lama baru pulih dan melanjutkan hidup normal. Dan selalu merasa dia masih hidup di hati.
Iya Kak, saya kuat beraktivitas sehari-hari karena memang jarang bertemu. Tapi, sedih sekali rasanya saat itu karena mendadak selalu berusaha menyadarkan diri that it wasn't a dream. Dan rasanya baru terasa setelah berbulan-bulan lamanya karena ada banyak hal yang aku tidak bisa lakukan tanpanya.
Deleteterharu membacanya
ReplyDeletesemua pada akhirnya kembali kepada sang khalik, tapi jangan dulu kalau boleh meminta kepada sang pemberi hidup, hehehe
ReplyDeleteIya Kak, tentu... Kita dapat berencana dan meminta kepada-Nya, tapi kita harus ikhlas dengan hasil yang kita peroleh.
DeleteSesuatu memang tak ada yang abadi. Namun jika itu sejodoh akan tetap ada perpisahan terakhir yang sangat begitu bermakna hingga jadi satu kenangan abadi.
ReplyDeleteMeski semuanya itu suatu kehilangan yang terkadang enggan kita alami. Tetapi kehidupan tetap ada akhirnya.😄
Iya Kak Satria. Terima kasih ya Kak.
DeleteAku tak bisa berkata apa-apa dong Kak.
Pernah ngebayangin dan rasanya tidak akan pernah siap meskipun sudah mempersiapkan diri
ReplyDeleteSiap tak siap harus ikhlas jika memang sudah waktunya Kak.
DeleteHidup ini memang penuhi rasa was-was dan kawatir
ReplyDeleteTakut kehilangan, walau sebenarnya hidup ini pasti akan pergi. Entah siapa yang duluan
Dan saat kehilangan itulah, kita baru sadar betape pentingnya keberadaannya.Tapi mau tidak mau, ya harus ikhlaas.
Iya Kak, bener banget. Aku speechless. Huwaa... rasanya hidup memang penuh rasa was-was dan khawatir.
Delete:(
ini ada bawang nya apa ada apanya ya?
ReplyDeleteAda bawangnya memang Kak, sengaja bikin nangis. Hehe...
DeleteYang sering terlintas adalah jika Papa dan Bunda pergi, kadang aku berpikir mungkin lebih baik aku duluan yang pergi karena aku tidak tahu bakal kuat atau tidak berpisah dengan mereka.
ReplyDeleteSering ngebayanginnya, oleh karena itu sebaik mungkin aku ingin meluangkan waktuku untuk mereka, semampuku.
True. Aku sering menyampaikan pesanku ke teman-teman meluangkan waktu untuk orang tua mereka selagi masih bisa. :)
DeletePernah dulu aku berpikir, bagaimana rasanya jika aku ditinggal pergi oleh orang yang aku cintai? Sepertinya aku akan sangat bersedih, aku mungkin gak siap untuk ditinggalkan selamanya. Mungkin lebih baik jika aku dulu yang dipanggil terlebih dahulu, supaya aku tidak merasakan betapa pedihnya menanggung rindu yang tidak bisa ditebus. Tapi lalu aku tersadar. Jika aku berharap aku dulu yang dipanggil, betapa egoisnya aku. Jika aku benar begitu betapa teganya aku membiarkan orang yang aku kasihi bersedih akan kepergianku asalkan aku tak merasa kesedihan itu.
ReplyDeleteIya ya, mereka akan sedih atas kita jika kita menginginkan hal itu. Terima kasih karena menyadarkanku juga.
DeleteBerjejaklah ketika berpetualang di sini.
TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.