Entah, ini mungkin takdir…
Kita bertemu di persimpangan jalan karena cinta. Kamu yang dipenuhi dengan warna pudar, tiba-tiba menabrakku yang tengah berlari dalam tangis, dan aku jatuh terduduk dengan rambut tergerai ke depan. Menutupi seluruh wajahku.


Lalu, katamu “maaf, aku tak sengaja...”

Hello Broken Heart. Gambar: Pixabay


Aku hanya sesenggukan mendengar kata-katamu. Air mata ini semakin berjatuhan seolah saling balapan jatuh ke ubin. Bagaimana bisa kamu dengan aura sedihmu masih sempat meminta maaf padaku. Bagaimana dengan ia?


“Maaf, aku patah hati.” Kamu ulurkan tangan kananmu, berharap aku menyentuhnya dan berkata, “halo Patah Hati, kenalkan, aku....” Tidak! Mana mungkin aku akan dengan senyum manis mengatakan hal itu. Pun demikian mereka, siapa sih yang mau kenal Patah Hati?


BENTAR! Siapa sih yang pernah mengenalmu dengan baik, Patah Hati? Siapa sih yang mau bersahabat denganmu, Patah Hati? Hastaganaga… Kukira hanya orang-orang gila karena cinta yang mau dengan sepenuh hati mengenalmu. Gila saja! Ngapain sih? Jelas-jelas lebih menyenangkan mengenal Cinta. Ya, cinta yang memiliki aura kebahagiaan.


Lihat dirimu! Bercerminlah. Tubuhmu bau. Warna bajumu bahkan pudar, pucat, dan entah warna apa. Di bilang warna hitam, bukan. Putih, apalagi? Abu-abu? Entahlah, mungkin dulu. Bahkan, kamu juga begitu jelek. Punya kantong mata. Serta ingusan. Rambut pun tak terawat. Masih mending sapu milik Ibuku, dari pada rambutmu.


“Maafkan aku...”


Sekali lagi, aku mendengar dan perlahan aku mendongak. Melihatmu yang tersenyum samar penuh penyesalan. Aku tak tahu harus berbuat apa selain hanya menatapmu. Lantas, seolah kamu mengatakan “Maaf, kamu jadi mengenalku.”


Entah, aku bingung… Aku kalut. Aku lelah. Aku benci. Aku sedih. Aku marah. Dadaku bahkan terasa sesak sekali.


Bahkan, aku menyesal. Kenapa aku harus bertemu denganmu, Patah Hati? Kenapa? Kenapa aku harus mengenal Patah Hati setelah mengenal Cinta?


“Pergilah!” Rintihku, memohon padamu untuk meninggalkanku duduk sendiri di tengah keramaian yang sunyi. Aku terlalu malu dan lelah untuk sekedar berdiri dan berjalan di tengah hingar bingar manusia dalam kotak kenyamanan ini.


“Tidak! Bukannya aku ingin tinggal, kamu yang membuatku tinggal.”

Bagaimana bisa aku yang membuatmu tinggal? Aku menatapmu penuh kemarahan. Kenapa aku harus? Aku tak mau mengenalmu yang penuh warna kesedihan. Terlalu mengerikan untuk mengenalmu. Aku berteriak marah seketika karena hatiku tersayat semakin dalam.


“Please, tinggalkan aku!” Pintaku pada akhirnya memohon.


Namun, kamu bersikeras mengatakan bahwa akulah yang membuatmu tinggal di pojok hatiku. Bagaimana bisa aku yang membuatmu tinggal? Buat apa?


Lantas, aku menatapmu ragu… Mungkinkah ini memang takdir. Mungkinkah kamu adalah satu makhluk yang harus aku kenal, sebelum aku benar-benar bertemu cinta yang sesungguhnya.


“Halo Patah Hati…” Bisakah aku berteman denganmu?



Terbit juga di Tumblr: Einid Shandy

11 Comments

  1. Mempir juga ke blog saya dong kelimpit.blogspot.com
    Slam knal 🙏

    ReplyDelete
  2. setiap pertemuan selalu ada rencana baik Nya.

    ReplyDelete
  3. Tidak mau berteman dengan patah hati, sungguh terlalu menyakitkan.
    Saya belum pernah putus cinta, tapi sering patah hati hahaha
    Kagak asyik banget ya hidup saya :D

    Patah hati itu gak enak, bukan sekadar putus cinta, tapi dikhianati, tidak dianggap, itu juga sukses bikin patah hati, dan saya gak suka rasanya huhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi...
      Gpp Kak, kayaknya asyikan nggak pernah patah hati deh, enak.
      Mending cinta sejati.
      Terima kasih Kak.

      Delete
  4. halo patah hati, terima kasih sdh mampir menyapa. Karenamu aku belajar banyak hari ini dan untuk hari esok. Terima kasih sudah berkenan mampir dihatiku, karenamu jg hatiku jadi semakin kuat,, wlaupun luka tersayatnya masih terasa sakit.. Makasih kak Einid sudah mengajak ku menyapa patah hati.. Halo patah hati, kumohon jangan dtg lagi ya,, hehehe sudah lelah hayati

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Kak... Wah... ternyata mampir ke sini, aku nggak nyangka dong.
      Makasih juga ya Kak sudah bisa menerima tulisanku.
      Semoga kita bisa merayakan patah hati dengan baik ya kak.

      Delete
  5. Patah hati... hal yang selalu aku rasakan, sehingga aku di dewasakan oleh patah hati. Patah hati bisa jadi teman atau guru yang baik, jika kamu menanggapi nya juga dengan positif,dia akan banyak mengajarkan kan kamu, tentang banyak hal, dan itu akan menjadikan kamu pribadi yang dewasa,tapi inget jangan lama lama ya patah hatinya,kasian kamu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya... bener banget, intinya tulisan ini adalah tentang penerimaan kepada patah hati yang kita alami.
      Begitu.
      Semoga patah hati yang kita rasain bisa membuat kita lebih dewasa ya Kak.

      Delete

Berjejaklah ketika berpetualang di sini.

TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.