DUNIA MELIHATKU - Seperti yang sudah kita ketahui selama ini bahwa Indonesia memiliki minat baca yang rendah. Kenapa sih bisa begini? Ada yang bilang bukan karena masyarakat Indonesia yang malas, tapi fasilitas untuk membaca itu masih tidak mudah didapatkan. Lho... Kan banyak... Ada perpustakaan hingga toko buku. Iya sih banyak, tapi cuma di kota dan belum tersebar sampai ke pelosok. Tapi, yang ada di kota sendiri juga malas membaca. Yuk, kita simak informasi dari Gubuk Tulis, Ruang Mengenal Literasi Era Digital.

Lalu, apa masalahnya?

Gubuk Tulis berbagi cerita di Tamu Kita. Print Screen: Nid

Kenapa Indonesia Masih Rendah Literasi?

Sepertinya kita perlu sedikit menuangkan alasan dari rendahnya literasi masyarakat Indonesia, padahal sudah ada perpustakaan dan toko buku. Seperti yang kita ketahui, perpustakaan kecil di setiap daerah belum memiliki buku-buku terbaru, sehingga masyarakat juga berkecil hati untuk menemukan apa yang mereka inginkan. Sementara,buku-buku yang dijual juga masih memiliki harga yang cukup tinggi. Jadi, masih bisa dibilang susah ya?

Hayoo... ngaku deh, kamu lebih memilih beli buku atau beli baju atau bahkan beli makan kalau memiliki uang cukup, bukan uang lebih lho. Uang cukup. Pasti kamu masih mengesampingkan buku, apalagi memang tidak hobi membaca buku kan? Yang hobi baca buku saja nggak beli buku kok, masih usaha cari ruang-ruang mengenal literasi secara gratis.

Gubuk Tulis, Solusi Belajar Literasi Era Digital

Nah, bagi kamu yang memang belum siap membeli buku dan belum terbiasa membaca buku. Tapi, sadar bahwa literasi itu penting sekali. Kamu bisa belajar literasi di era digital di Gubuk Tulis. Komunitas yang suka sekali mengajak anggotanya ngopi ini, ada di Malang Raya. Kenapa aku bisa bilang ruang belajar literasi di era digital?

Menurut pendirinya, Al Muiz Liddinillah dan Viki Maulana, perkembangan teknologi sangat pesat dan nggak bisa dihindari lagi. Kita semakin mudah mendapatkan informasi karena adanya smartphone dan internet kan? Nah, tapi sudah yakin belum kalau informasi yang kita terima atau bagikan benar atau malah hoaks?

Nah, seperti yang selama ini kita dengar bahwa kemudahan mengakses informasi tidak berbanding lurus dengan kemampuan literasi generasi muda nih. Ah, jadinya ya asal dong. Makanya, kedua pendiri ini mendirikan Gubuk Tulis.

Gubuk Tulis itu Gratis Kamu Ikuti

Beli buku saja belum mampu, kok malah ikutan komunitas? Hmm... Kamu perlu membuang jauh-jauh pikiran buruk seperti ini ya. Komunitas ini nggak memungut biaya buat kamu-kamu yang ingin belajar literasi. Gubuk Tulis memiliki media sosial dan situs untuk memberikan bahkan menerima tulisan-tulisan. Gimana? Menarik bukan?

Kalau tentang buku-buku, kamu bisa saling pinjam dengan teman-teman sekomunitas. Iya kan?

Masih penasaran lebih lanjut seperti apa sih Gubuk Tulis itu? Tengok Gubuk Tulis yang menyempatkan diri mampir ke Tamu Kita UBTV.


Gubuk Tulis menjadi Komunitas Literasi Pilihan Era Digital

Gubuk Tulis dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang luar biasa hingga akhirnya komunitas ini menjadi salah satu komunitas pilihan generasi muda di bidang literasi. Hal ini dibuktikan dengan Gubuk Tulis sudah memiliki program online dan offline yang menarik dan siap memberikan yang terbaik untuk generasi muda dan semuanya.

Yuk, jika kamu domisili Malang Raya, coba mampir ke Gubuk Tulis untuk belajar literasi.

Terima kasih Tamu Kita UBTVGubuk Tulis, Al Muiz Liddinillah, Moh. dan Yazid Fauzi.

21 Comments

  1. "bicara" literasi digital memang perlu kemauan bersama, bukan hanya blogger, pegiat literasi tetapi pemerintah juga harus ikut hadir mensosialisasikannya secara masif dan sistematis supaya literasi menjadi suatu budaya.

    Memang pemerintah sudah merancang undang undang yang mewajibkan tenaga pendidik, peserta didik dan guru untuk giat berliterasi, tetapi hanya sebatas perintah undang undang dan belum tersosialisasikan secara masif dan sistematis. Sebagai contoh setiap sekolah diwajibkan untuk membaca buku sebelum pelajaran reguler dimulai. Ini hal baik, tetapi guru pernah tidak dikasih format penulisan laporan perkembangan literasi peserta didik. Sejauh yang saya tahu hal seperti itu tidak ada.

    Guru dengan setumpuk tugas administrasi diminta membuat lagi format literasi untuk mengukur kemampuan membaca siswa. Ini hanya akan membebankan para pendidik dan memberi kesan pemerintah setengah hati mengurusin literasi. Saran saya panggil pegiat pegiat literasi dan blogger ke istana untuk membahas hal ini secara khusus. Sistemnya kolaborasi partisipasi. Tujuannya jelas meningkatkan minat baca dan menulis.

    Demikian, maaf jadi curhat. Topik tentang literasi dan tulisan ini sangat menarik untuk dibahas secara umum pada ranah ilmiah dan formal🙏👌

    ReplyDelete
    Replies
    1. Indonesia memiliki sistem yang terlalu rumit di bidang pendidikan, menurutku.
      Guru harus membuat setumpuk rencana pembelajaran dan laporan hingga mau mengerjakan cara mengajar sudah kelelahan duluan. Akhirnya guru memilih mengajar ala kadarnya, yang penting rencana pembelajaran dan laporan yang bejibun ampun banyaknya sih.
      Tapi, aku hanya mengungkapkan pendapatku secara personal. Namun, mungkin pemerintah masih sedang mencari cara agar semuanya menjadi lebih baik.

      Semangat!

      Semoga kita sendiri memiliki kesadaran bahwa literasi sangat penting, sehingga tanpa harus disuruh oleh guru maupun pemerintah, kita sudah berusaha membaca dengan baik. Minimal membaca dulu kalau memang menulis masih sulit.

      Semangat ya Kak!

      Delete
  2. Aduh, sayangnya aku tinggal di daerah Banten mbak, bukan daerah malang.

    Tapi memang betul sih, minat baca masyarakat Indonesia masih rendah, bahkan para blogger ada beberapa yang juga minat bacanya rendah, hanya membaca judul saja lalu langsung ke kolom komentar. Tapi sedikit saja sih, ngga banyak.

    Semoga gubuk tulis nanti makin maju. Ngomong-ngomong bacaan apa saja ya yang ada di gubug tulis? Ada novel juga kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah... coba bikin di kota sana kak, barangkali jadi pencipta pertama komunitas literasi digital.

      Haha... nggak sedikit blogger yang kayak gitu sih, tapi it's fine, setidaknya mereka sudah berusaha. Kalau mereka menemukan artikel yang menarik pasti dibaca kok Kak.

      Aamiin...
      Banyak kok novel2 yang ada di Gubuk Tulis Kak.

      Delete
  3. seneng banget ada komunitas seperti ini, bisa bertukar buku dengan teman-teman lain, jadi koleksi bacaan menjadi semakin banyak.

    jujur kalau saya sendiri baca buku ga baca nih, palingan 2 bulan 1 buku, masih banyak pr yang harus diselesaikan perihal membaca

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak, bisa saling pinjem buku. Senengnya begitu.

      Oh iya, it's fine dari pada nggak baca sama sekali kan? Aku juga masih jarang baca novel kok Kak. Hehe...

      Delete
  4. pingin banget ikutan kak, tapi saya di aceh.. hehehe.
    btw saya setuju dengan tulisan ini,, minat baca orang indonesia minim banget..
    buktinya banyak orang yang kemakan hoax, gara-gara cuman baca judul berita tapi males baca isinya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akhirnya terjadi banyak hoaks di mana-mana, padahal kalau menyebarkan hoaks bisa terkena tindak pidana, ya kan, Kak?

      Well, jauh sekali. Tapi, aku kira Kakak bisa cari komunitas di sana atau jadi pembuat komunitasnya saja Kak, kan keren?

      Delete
  5. Senangnya klo bisa gabung komunitas begini, wawasan kita juga akan berkembang disamping kemampuan menulis kita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, senang sekali rasanya kalau bisa gabung Gubuk Tulis Kak. Aku sih nggak gabung, hanya mengikuti beberapa kegiatannya kalau lagi ada kegiatan di dalamnya.
      Hehe...

      Delete
  6. di malaysia pun lebih kurang sama sahaja, mbak. meskipun dapat pengiktirafan World Book Capital 2020, ia seakan tidak merubah apa-apa. saya perhatikan, mana2 statement dalam media social pun ramai yang malas membaca apatah lagi kalau buku fizikal? hmm soo sad

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah Kak, tapi kita harus positive thinking agar kita bisa menjadi masyarakat yang tahu literasi itu penting menunjang kehidupan kita. As we know, sekarang ada begitu banyak informasi yang mudah masuk, namun sudah siapkah kita menyerap informasi-informasi tersebut dengan baik? Jika sudah siap, tentu literasi sudah bukan lagi bidang yang masih perlu diperhatikan secara maksimal.

      Namun, saat ini, literasi masih menjadi bidang yang perlu mendapatkan perhatian besar dari diri kita sendiri dan pemerintah.

      Ingatkan diri kita dan orang-orang di sekitar kita untuk berliterasi dengan baik.

      Delete
  7. Ngacung, saya juga malas baca :) Padahal beli bukunya rajin. Apalagi sekalinya beli buku bisa khilaf. Tapi begitu dirumah numpuk doang di rak buku. Ada tipsnya kalau begini mbak ? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Kak, wah tips rajin membaca ya? Sepertinya boleh juga nih, mungkin di lain kesempatan aku coba bikin post rajin membaca ya Kak.

      Btw, aku juga suka khilaf kalau beli buku dan akhirnya numpuk di rumah. Well, tapi aku selalu berusaha untuk rajin membaca dengan mengingatkan diri sendiri hampir setiap saat.

      Delete
  8. Menarik ni komunitasnya. Namanya juga sederhana tapi menarik: Gubuk Tulis.
    Sedih memang ketika diklaim bahwa siswa negara kita masih kurang tingkat literasinya.
    Tapi kenyataannya memang begitu, makanya perlu bgt ni muncul komunitas komunitas semacam ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Kak Dewi Apriliana...
      Iya nih, aku juga suka sama namanya, sederhana tapi bermakna. Gubuk Tulis.

      Ah, sedih rasanya setiap komentar yang melayang di sini selalu mengiyakan literasi kita rendah. Huhuhu... Tapi, semoga ke depan kita memiliki literasi yang baik, apalagi sudah ada banyak anak muda yang bergerak untuk memperbaiki literasi kita.

      Delete
  9. Aku punya pengalaman sedikit ngenes tentang beli buku nih, Mbak. Niat pengen beli buku murah, eh dapatnya buku bajakan. Sepertinya lebih oke kalau aku ikut komunitas macam gubuk tulis ini nih.😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, kok sedih sih Kak, malah ketipu sama buku bajakan.
      Aku sekarang sudah merubah mindsetku untuk tidak mudah tergiur dengan buku yang harganya murah. Takut bajakan juga.

      Well, yuk kalau ada di Malang ikut komunitas Gubuk Tulis.
      Eh, tapi kalau jauh, semoga ketemu komunitas yang senada ya Kak.

      Delete
  10. baru tau masalah ini, keren banget semuanya bisa tersalurkan dengan baik.

    ReplyDelete

Berjejaklah ketika berpetualang di sini.

TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.