Katanya, Media Bikin Salah Paham: Belajar Daring atau Platform PJJ Permanen?
DUNIA MELIHATKU - Masih ingat postinganku dengan judul Belajar Daring Permanen atau Platform PJJ Permanen, Semoga... Semoga Apa? Semoga masih, kalau belum ingat, boleh diingat-ingat dengan bantuan membuka lagi postinganku. Lalu, apa hubungannya dengan postingan kali ini? Ada sih.
Tahukah kamu, postinganku itu berhasil membuat beberapa temanku sebagai netizen mengeluarkan julidnya. Seperti, ini salah siapa sebenarnya? Media atau Mas Nadiem Makarim yang bikin salah paham? Aku tidak tahu! Tapi, aku menarik kesimpulan dari berbagai media yang memberitakan kelanjutan dari berita tersebut bahwa media yang menyalahartikan maksud dari Akang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Akhirnya bertebaran artikel dengan judul senada "Nadiem Menilai Banyak yang Salah Mengartikan PJJ Permanen". Nah, siapa yang salah paham? Iya kita-kita inilah yang jadi salah paham. Kenapa bisa? Media-media sebelumnya membuat judul-judul yang akhirnya viral, seperti:
- Belajar Daring Akan Permanen
- Menteri Nadiem Wacanakan Belajar Jarak Jauh Permanen
- Geger Wacana Belajar Online Permanen, Ingat 7 Kisah Pelajar Susah Sinyal
- Wacana Pembelajaran Jarak Jauh Permanen Dipertanyakan, Ketua Umum IGI: Bisa Kewalahan Kita
- Tina Toon Kritik Mendikbud Nadiem Makariem Soal Belajar Jarak Jauh Permanen: 'Gak Semua Orang Kaya!'
- Mendikbud Nadiem Mau Permanenkan Belajar Online, Tina Toon Langsung Kritik Tajam
- Tak Tinggal Diam sebagai Anggota Dewan, Tina Toon Labrak Kebijakan Nadiem Makarim Soal Pembelajaran Jarak Jauh Bakal Permanen: Semua Dibayarin Mas Menteri?
Well, siapa yang tidak akan julid dengan judul-judul di atas? Judul-judul itu sengaja menggiring netizen untuk klik berita dan terus mencari-cari berita yang sama di media-media lainnya. Mereka ingin memastikan, benar tidak sih belajar daring akan permanen? Karena sudah banyak netizen, khususnya yang memiliki anak masih sekolah merasa kewalahan dengan belajar daring. Lha wong, mereka juga memiliki alasan unatuk menitipkan anak di sekolah selama kedua orang tua bekerja, kok sekarang orang tua ikut mendampingi belajar, ya toh?
Lalu, media menjadi beruntung. Kenapa? Otomatis berita mereka di media sosial jadi semakin naik dan viral mengalahkan berita-berita lain. Kalau sudah viral, iklan tentu ikut naik juga. Iya kan? Semakin banyak orang membaca berita, semakin banyak orang yang melihat iklan juga.
Lantas, siapa yang perlu kita salahkan di sini? Media atau Mas Nadiem?
Aku rasa, media harus bisa lebih serius untuk memberitakan sesuatu agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi. Jika ingin membuat berita viral, mungkin bisa membuat berita yang tidak menimbulkan kesalahpahaman. Kasihan yang diberitakan, setelah dihujat atau diprotes baru bisa klarifikasi. Bayangkan, Mas Nadiem nggak seharusnya melakukan klarifikasi seandainya tidak ada salah paham antara media dan dia. Eeaa...
Namun, kembali lagi, sebaiknya media bisa memberikan berita yang lebih baik lagi untuk menghindari memberikan berita yang menimbulkan kesalahpahaman. Alasannya agar masyarakat bisa tetap menjaga kepercayaan mereka kepada media.
Lalu, benarkah media yang bikin kita salah paham dengan keluarnya berita belajar daring akan permanen atau platformnya yang permanen? Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Kenapa?
Tapi, kalau semua media membuat berita yang sama, sepertinya perlu kita pertanyakan kembali? Apakah dari pihak pemberi informasi yang membuat semuanya salah paham?
Hal ini sama seperti ketika kita berada di kelas saat belajar. Jika seluruh siswa melakukan kesalahan yang sama, maka apa yang disampaikan guru yang perlu dipertanyakan, benarkah guru sudah memberi informasi dengan benar dan jelas?
Benarkah Media yang salah memberitakan atau Mas Nadiem yang salah memberi informasi?
Sampai di sini, mari kita mencoba berpikir dari segala sisi. Tidak melulu menyalahkan media atau juga pemerintah. Selama masih ada klarifikasi, setidaknya kita perlu bersyukur.
Daripada Bingung, Belajar di Dunia Belajar, Yuk!
Tapi, terlepas dari Belajar Daring yang masih terus berlanjut, adik-adik yang masih sekolah maupun kuliah bisa belajar di Dunia Belajar ya. Sementara, yang sudah kuliah dan juga kerja bisa juga jadi relawan dan atau pengajar sebagai bentuk nyata membantu Indonesia di bidang literasi dan pendidikan.
Tidak ada lagi waktu untuk saling menyalahkan, tapi masih ada waktu untuk saling mengembalikan semua hal pada tempat yang benar.
Einid Shandy
Matahari tak terlalu terik tapi dinginnya musim kemarau membuat setiap orang bertahan di tempatnya masing-masing, 23 Juli 2020
Referensi:
- https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/ObzMoO1N-nadiem-menilai-banyak-yang-salah-mengartikan-pjj-permanen
- https://jernih.co/crispy/nadiem-banyak-orang-salah-kaprah-mengartikan-pjj-permanen/
- https://www.kompas.tv/article/92001/kemendikbud-tegaskan-belajar-dari-rumah-tidak-permanen-hanya-platform-saja
20 Comments
Aku suka banget dengan quote karya kak Einid.
ReplyDeleteTe O Pe 👍
Eh, Kak Himawan... Terima kasih ya Kak. Lagi suka bikin quotes-quotes akhir-akhir ini.
DeleteMasuk akal jika Nadiem menyiratkan itu dalam pernyataannya spt itu.
ReplyDeleteDia satu satunya alasan yang masuk akal perihal seseorang yang melihat masa depan yg tidak dapat dipisahkan dari perkembangan teknologi.
Belajar online itu sudah berjalan hanya saja kita masih gamang karena kesiapan kita menyisakan banyak masa lalu: nilai sosial atau nilai bersosialisasi. Dulu para pejuang kemajuan menyebutnya sebagai ganjalan status quo. Kini kita punya alasan yang lebih masuk akal, fasilitas yang masih belum memadai. Kesiapan kita menghadapi segala hal yang mendadak membuat kita gugup.
Namun zaman harus berjalan maju lurus ke depan atau memutar searah jarum jam. Kita tidak dapat mengembalikan kejayaan warnet, atau setrika arang nenek ke dalam rumah laundry zaman now dan apalagi zaman next.... Belajar daring, belajar online adalah kebutuhan dalam waktu.
Aku sendiri setuju jika platform PJJ menjadi permanen, tapi perlu waktu untuk menuju ke sana.
DeleteNamun, untuk belajar daring permanen sepertinya perlu ditolak dulu. Masyarakat perlu melakukan transisi.
Negara2 lain bahkan belum mengadakan belajar daring permanen.
Kembali lagi kepada pembaca, harus lebih bijak menyikapi pemberitaan dan tidak selalu menilai negatif setiap pemberitaan. Lebih baik selalu ditelaah dengan pikiran bening to?
ReplyDeleteIya, benar sekali Kak. Semangat!
Deleteterpulang kepada pembaca sama ada mereka mahu menerima berita yang positif atau sebaliknya...
ReplyDeleteTerima kasih ya Kak Anies. Suka sekali.
DeleteMedia skrg byk yg kasih berita sampah mbak, memang kita sebagai pembaca yg harus cerdas dlm menerima informasi, ga semua yg kita baca di media bisa diterima mentah2, netizen harus smart & jgn kebanyakan julid hahahaha
ReplyDeleteHalo halo Kak... Terima kasih ya Kak. Dibalik siapapun yang salah, semoga semua baik. Aamiin...
Deletekreatifitas anak ditentukan oleh orang tuanya (masa daring)
ReplyDeleteSetuju sekali! Peran orang tua luar biasa.
Deletesering orang tua nggak merasa mereka capable untuk menjadi pengajar di rumah, memang sistem yang direncanakan masih dalam perdebatan
ReplyDeletenanti saya liha-lihat lagi soal dunia belajarnya ya kak
Iya bener sekali Kak. Karena orang tua kaget. Semangat Kak!
DeleteMedia sekarang memang sukanya membuat judul yang aneh agar pembaca jadi klik dan beritanya viral. Memang tidak semua begitu sih, tapi banyak ngasih judul yang julid.😂
ReplyDeleteBetul sekali, tak perlu saling menyalahkan ya mbak. Mari kita semua berpikir positif saja.😊
Iya Kak, nggak perlu nyalah2in, bikin capek, mending saling mengembalikan semuanya ke tempat yang benar.
DeleteSekarang dunia sedang pada generasi terakhir kak, liat aja kelakuan manusia yang semakin semrawut acak adul entah kemana. Mungkin kita gak akan saling menyalahkan tapi akan ada aja orang yang jahatnya gak ketulungan.
ReplyDeleteYa ampun... sepertinya begitu Kak, semoga kita semua tetap dalam lindungan Tuhan.
DeleteAamiin...
tidak semua content yang media kongsikan kita terima sepenuhnya... ada yang benar ada yang palsu. yang palsu itu yang perlu kita berhati-hati
ReplyDeleteIya Kak, tepatnya kita harus berhati-hati agar tidak salah memilih yang palsu ya Kak. Semangat!
DeleteBerjejaklah ketika berpetualang di sini.
TERIMA KASIH sudah membacaku dan telah berjejak di kolom ini.